Mohon tunggu...
Bima Widjanata Suwaji
Bima Widjanata Suwaji Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Seorang Penulis Biasa

Penulis dari kota kecil di Jawa Timur. Mendapatkan passion menulis setelah gemar membaca dan mulai menulis sejak SMA.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah Tenda Merah Di Ujung Barat Pantai Jawa

7 Mei 2017   18:59 Diperbarui: 7 Mei 2017   19:06 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saat terdengar nama pantai, mungkin hanya ombak dan pasir yang akan terbayangkan. Tapi tidak bagi traveler muda yang sedang menggilai sajak. Abim, nama sapaan akrab semua kawan-kawan sebayanya. Abim sempat mengeluarkan kamera untuk mengambil momen senja dikala matahari hendak pergi. Namun awan bergemuruh tak memberikannya kesempatan.

Abim melihat kabut dari kejauhan. Hujan turun dengan derasnya. Abim menggenggam payung hijau. Ada 2 tenda merah di ujung barat pantai. Tak dimengerti siapa yang tengah menikmati suasana pantai. Rumah Abim yang terbilang dekat dengan pantai membuatnya lelah untuk menikmati suara ombak lagi. Abim hanya sesekali berjalan menyusuri pantai seperti saat ini yang tengah dia lakukan.

Abim menghampiri tenda merah yang berada tepat di bawah pohon kelapa. Sebenarnya hanya ingin mengingatkan kalau berbahaya mendirikan tenda dibawah pohon kelapa. Namun keinginannya terhenti ketika sosok wanita sendirian berada dalam tenda. Abim terdiam. Dia melihat wanita yang tersenyum seperti sedang jatuh cinta. Sesekali tertawa. Tapi yang benar-benar mampu membuat Abim terdiam adalah karena sang wanita yang di depan matanya buta.

Abim sempat terheran-heran. Kemudian dia beranikan diri untuk bertanya. "Sedang apa kau disini?" Tanya Abim bersuara lembut. Rasa heran Abim berubah menjadi rasa sedih seketika. Sang wanita menjawab pertanyaan Abim secara lugas "Aku sedang menikmati alam". Hati Abim tersentak diam. Dilihat wanita itu buta! Berfikir lah Abim. Bagaimanapun cara menikmati semua sedangkan matanya buta.

Mencari jawaban hingga kepala terasa berat. Mata hati Abim terketuk tak sengaja. Selama ini dia hanya tau menikmati semua dengan melihatnya. Sedangkan wanita itu menikmati dengan mata hatinya. Menangis dalam derasnya hujan di ujung pantai. Abim telah lupa bahwa mata hati bisa menikmati semuanya tanpa ada campur tangan apapun. Nilai yang diberikan oleh mata hati sangat murni.

Setalah puas menangis, Abim melangkah. Sambil menggenggam payung di bawah Hujaman jutaan air hujan. Sempat terlihat ingin kembali untuk menemani wanita. Tapi sepertinya sudah tak mungkin lagi. Dia tak ingin hati kecilnya kembali menangis. Dia tak ingin kembali menjadi tersangka akibat perbuatannya yang telah dia lakukan selama ini. Dan pulang lah Abim dengan wajah layu.

Kembali ke esokan paginya menuju tenda merah yang sempat kemarin Abim tuju. Tapi pagi itu Abim tak menyuarakan apapun. Cuma ingin melihat sang wanita yang pernah membuatnya menangis. Dilihatnya dari kejauhan wanita itu ditemani sosok laki-laki. Bukan suatu masalah bagi Abim. Tanpa komando, Abim kembali pulang.

Semenjak hari itu. Setiap pagi Abim selalu menuju tempat yang sama. Sampai akhirnya tepat di pagi hari ke lima. Abim tak lagi melihat tenda merah itu lagi. Seperti merasakan kekurangan. Tapi tetap Abim lakukan tanpa ragu. Terus dilakukan dan terus dilakukan. Sembari menunggu kapan tenda merah itu berdiri lagi di tempat yang sama. Abim terus menunggu.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun