Mohon tunggu...
Bima Saputra
Bima Saputra Mohon Tunggu... Guru - Pengajar

Guru Ilmu Pengetahuan Sosial SMP Negeri 22 Bandar Lampung., Pembina II Pramuka Spandawa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tulisan Lama Tentang Ki Hadjar Dewantara, Masih Relevan?

2 Mei 2024   23:00 Diperbarui: 2 Mei 2024   23:12 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tulisan kali ini, penulis ingin memahami pemikiran Ki Hadjar Dewantara dalam dunia pendidikan. Tentu sangat menarik pembahasan ini, mengingat Taman Siswa yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara merupakan sekolah pertama yang memperkenalkan nilai-nilai kebangsaan di tengah hagemoni sekolah-sekolah Kolonial. 

Tujuannya jelas, supaya dijadikan pembelajaran untuk pendidikan hari ini, dimana nilai kebangsaan dalam pendidikan adalah aspek terpenting dalam membangun peradaban Indonesia lebih baik.


Mengenal Sosok Ki Hadjar Dewantara

Ki Hadjar Dewantara lahir di Yogyakarta pada 2 Mei 1889. Ki Hadjar Dewantara merupakan seorang keturunan dari keluarga Pura Pakualaman dengan ayahnya bernama Kanjeng Pangeran Haryo Suryaningrat putra dari Sri Paku Alam III, sedangkan ibunya ialah Raden Ajeng Sandiah yang berasal dari keluarga Kesultanan Yogyakarta. 

Berasal dari keluarga kerajaan Jawa membuat Ki Hadjar Dewantara menikmati berbagai fasilitas yang sangat baik daripada pribumi pada waktu itu. Waktu masih kecil, Ki Hadjar Dewantara sudah menunjukan rasa tidak senangnya terhadap pemerintahan kolonial Belanda. Sering terdengar anak-anak Belanda mengejeknya, lalu dibalas dengan ejekan pula dalam bahasa Belanda yang telah dikuasainya dengan fasih, tak jarang hal ini memicu perkelahian antara mereka.

Kehidupan masa muda Ki Hadjar Dewantara sangat dipengaruhi oleh suasana kesusastraan Jawa, agama Islam dan ajaran moral ayahnya. Tak jarang ayahnya menasehati Ki Hadjar Dewantara, supaya tidak terlalu berlebihan dalam menanggapi anak-anak Belanda yang mengoloknya.

Selain ajaran Islam dan didikan ayahnya, Ki Hadjar Dewantara juga diperkenalkan dengan dunia pewayangan dengan harapan makna filosofis wayang dapat diserap dan bukan hanya dijadikan tontonan semata. Melalui pewayangan maka timbulah rasa cinta terhadap kebudayaan sendiri daripada kebudayaan Kolonial.


Ki Hadjar Dewantara mendapat pendidikan agama yang lebih mendalam dari Pesantren Kalasan dibawah asuhan K.H. Abdurrahman. Selama di pesantren ini Ki Hadjar Dewantara juga menunjukan bakatnya sehingga ia dijuluki Jemblung Trunogati yang artinya ialah anak yang berperut buncit, tetapi mampu melahap pengetahuan yang luas. 

Ki Hadjar Dewantara terlahir dalam kondisi kurus dengan perut buncit, sehingga ayahnya sering memanggilnya Jemblung. Sedangkan julukan Trunogati merupakan pemberian K. H. Abdurrahman yang pelihat potensi dan bakat yang besar dari Ki Hadjar Dewantara, bahkan beranggapan bahwa kelak si Jemblung Trunogati ini akan menjadi orang besar.

Setelah menyelesaikan pendidikan pesantrennya, Ki Hadjar Dewantara melanjutan pendidikannya di Europeesche Lagere School (ELS) di Yogyakarta selama 7 tahun. 

Setamatnya dari (ELS), Ki Hadjar Dewantara meneruskan pelajarannya ke Kweekschool (Sekolah Guru Belanda) selama satu tahun, kemudian pindah ke STOVIA (School tot Opleiding voor Inlandsche Arsten atau Sekolah Dokter Jawa) di Jakarta. 

Jenjang pendidikan ini dijalani Ki Hadjar Dewantara dengan baik berkat penguasaan bahasa Belanda yang fasih dan nilai akademis yang bagus. Oleh karena itu, Ki Hadjar Dewantara menerima beasiswa dari pemerintah Kolonial untuk masuk ke STOVIA. Pada saat itu memang pemerintah kolonial Belanda memberikan keistimewaan kepada anak bangsawan untuk mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah yang didirikan oleh pemerintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun