Mohon tunggu...
Purwanto (Mas Pung)
Purwanto (Mas Pung) Mohon Tunggu... Guru - Pricipal SMA Cinta Kasih Tzu Chi (Sekolah Penggerak Angkatan II) | Nara Sumber Berbagi Praktik Baik | Writer

Kepala SMA Cinta Kasih Tzu Chi | Sekolah Penggerak Angkatan 2 | Narasumber Berbagi Praktik Baik | Kepala Sekolah Inspiratif Tahun 2022 Kategori Kepala SMA | GTK Berprestasi dan Inspirasi dari Kemenag 2023 I Penyuluh Agama Katolik Non PNS Teladan Nasional ke-2 tahun 2021 I Writer | Pengajar K3S KAJ | IG: masguspung | Chanel YT: Purwanto (Mas Pung) | Linkedln: purwanto, M.Pd | Twitter: @masguspung | email: bimabela@yahoo I agustinusp134@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ada Apa Dengan Siswa yang Nilai Ulangannya Rendah?

15 November 2019   11:45 Diperbarui: 15 November 2019   11:46 268
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gbr : http://jagoanbanten.blogspot.com/

Bulan lalu saya mengadakan perjalanan menggunakan jasa kereta api menujuke Purwakarta. Dibelakang saya duduk tiga orang. Mereka guru dari tiga sekolah yang berbeda. Hal itu tampak sekali dari topik yang mereka bicarakan mengenai "ngatrol" nilai alias mengubah nilai siswa agar semua lulus dan naik kelas. "Ya, percuma juga kita keras kepada anak anak, toh nanti pada akhir semester semua anak naik kelas.

Kita bukan menambah nilai tapi mengubah nilai", ungkap salah seorang guru. Temannya menimpali "kayak gitulah yang membuat saya menjadi malas ngajar. Idealisme guru dimatikan hanya untuk menaikan nama sekolah". Mereka ngobrol dengan semangat menggebu. Kadang seolah tidak peduli bahwa itu di kereta api, transportasi umum. Mendengar obrolan itu pikiranku melayang dan mengingat guru-guru disekolah. Banyak pertanyaan bermunculan. Sampai akhirnya kurenungkan hal berikut ini

Tiga Standar Pendidikan Menjadi Satu Kesatuan Tanggung Jawab Guru

Menanggapi obrolan tiga guru didalam kereta api di atas, guru harus bisa melihat bahwa tugas dan fungsi pokok guru dalam pembelajaran meyangkut tiga standar nasional pendidikan sekaligus, yaitu standar isi, standar proses dan standar penilaian. Obrolan mereka yang mempersoalkan sekolah (kepsek) minta mengubah nilai anak agar naik kelas (lulus) hanya menyangkut standar penilaian. Itu pun belum tentu guru melakukan penilaian sesuai standar penilaian dari pemerintah. Nilai akhir yang diperoleh siswa adalah hasil dari proses belajar atau hasil dari pengalaman belajar yang diperoleh dalam pembelajaran (standar proses).

Proses yang dilaksanakan guru berdasarkan standar isi yang dirancang dalam perencanaan belajar. Jika guru membuat perencanaan pengajaran secara benar dan kemudian dilaksanakan secara benar pula dalam proses pembelajaran -setiap akhir proses juga sudah ada penilaian proses-dan dilakukan penilaian secara benar maka kemungkinan adanya "katrol" nilai pada akhir semester adalah sangat kecil.

Lagikanya begini. Guru membuat perencanaan pengajaran, disitu ada rencana penilaian, ada rencana remedial, pengayaan. Kemudian guru mengajar. Disetiap akhir pengajaran ada penilaian proses. Artinya guru harusnya mempunyai nilai setiap siswa dari proses yang dilakukan melalui pengamatan. Selesai pengajaran materi tertentu, guru melakukan penilaian hasil belajar.

Misalnya ulangan harian. Guru membuat soal, ada analisis soal. Setelah dilaksanakan ulangan, guru memeriksa hasil ulangan siswa, kemudian guru mengoreksi dan membuat analisis hasil ulangan. Guru akan mendapatkan peta siswa mana yang tuntas dan siswa mana yang tidak tuntas. Siswa yang tidak tuntas diberi remedial sesuai rencana sampai siswa tersebut tuntas kompetensi tersebut. Dari sini saja kelihatan bahwa siswa akan tuntas. Lalu pada akhir semester dilaksanakan ujian semester. Katankanlah hasilnya siswa tidak tuntas. Pertanyaannya apakah ketidaktuntasan saat ulangan semester membuat nilai siswa benar-benar jeblok. Tentu tidak. Karena prosesentase yang dibuat sekolah lebih besar pada ulangan blok atau KD. Dan penilaian hasil belajar yang dilakukan pada tengah semester (midsemester) dan semester adalah penilaian aspek pengetahuan (kognitif), -yang sesungguhnya aspek ini juga sudah dinilai pada penilaian proses pada setiap akhir pelajaran.

Dari logika kurikulum -meyangkut tiga standar-jika dilaksanakan secara benar oleh guru, kemungkinan kecil banget terjadi ada nilai siswa yang harus dikatrol. Ini juga bisa diartikan kalau sekolah (kepsek) minta guru mengubah nilai siswa agar naik kelas ada dua kemungkinan. Kemungkinan pertama guru tidak melaksanakan perencanaan, proses dan penilaian secara tepat dan benar sesuai ketentuan dan semangat kurikulum. Kemungkinan kedua, kepala sekolah tidak mengontrol secara ketat setiap tahapan dari perencanaan sampai penilaian belajar yang dilakukan guru.

Bisa dikatakan tiga standar pendidikan, yaitu standar isi, standar proses dan standar penilaian adalah satu kesatuan yang saling terkait menjadi tugas pokok guru. Sejauh  perencanaan, pelaksanaan (proses) dan penilaian dilakukan dengan benar dan tepat, kemungkinan kecil sekali nilai siswa pada akhir tahun harus dikatrol agar naik kelas. Siswa yang memang tidak naik kelas seharusnya sudah terindentifikasi sejak awal yakni dari proses setiap pembelajaran. Siswa tersebut adalah siswa yang tidak mau mengikuti proses baik itu proses pembelajaran (kentara dari penilaian proses), dan proses remedial (hasil dari analisis ulangan).

Nah siswa yang memang tidak mau mengikuti proses seperti ini kemudian diberi nilai agar siswa tersebut tetap naik kelas, barulah kita bisa mengerti hal seperti ini akan "mengembosi" idealisme guru. Namun, jika karena guru tidak menjalankan ketiga standar tadi dengan benar dan kemudian nilai siswa rendah alias tidak tuntas, sesungguhnya yang dirugikan bukan guru melainkan siswa. Karena guru tidak memberi pelayanan prima kepada siswa.

Lamunanku tiba-tiba terganggu oleh pemberitahuan bahwa kereta api sebentar lagi sampai distasiun Purwakarta. Kutengok dibelakangku ketiga guru tadi terlelap dalam tidur yang sangat nyenyak. Barangkali mereka sudah berada dalam mimpi indah bercengkrama dengan para muridnya. Semoga mereka selalu mendapatkan semangat mengajar dan terus belajar agar jerih payah sebagai guru terhibur oleh prestasi para siswanya. (Purwanto -Kepala SMA CKTC)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun