Mohon tunggu...
bima putera mokoginta
bima putera mokoginta Mohon Tunggu... -

kesempurnaan tidak pernah nyata dan kenyataan tidak pernah sempurna

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Degradasi "Nasionalisme"

16 Agustus 2013   05:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:15 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Bagimu Negeri, Jiwa raga kami.

Potongan bait terakhir lagu “Padamu Negeri” dapat mengingatkan kita kembali dengan rasa cinta tanah air, seakan tersindir dengan bait ini, sejenak saya berpikir, apa yang telah kita lakukan terhadap negara tercinta ini, apa yang telah kita korbankan untuk mempertahankan kesatuan dan persatuan bangsa, dan apa yang telah kita persembahkan kepada bangsa ini.

Sementara kita lupakan dulu konflik yang tidak pernah ada habisnya di negeri ini, lupakan pembodohan sejarah yang telah berlangsung sekian lama dan seakan tidak ada pencerahan sejarah yang akan terjadi, hilangkan dari pikiran kita tentang ketimpangan kesejahteraan, korupsi, kolusi, nepotisme, mafia pengadilan, mafia pajak, pengangguran, mahalnya biaya pendidikan, kapitalis, konflik agama / suku, dan ribuan masalah lagi yang tidak pernah ada habisnya terjadi di negara ini.

Inilah saatnya kita bertanya pada diri kita masing-masing, seberapa “nasioanlisme” saya? Seorang filsuf Romawi kuno bernama Cicero pernah mengatakan “jangan tanyakan apa yang negara dapat perbuat untuk anda, tapi tanyakanlah apa yang anda dapat perbuat untuk negara”. Kata-kata yang sangat singkat ini mempunyai makna yang sangat dalam tentang nasionalisme yang mulai terdegradasi di negeri tercinta ini.

Lupakah kita, ribuan arwah yang meninggal tampa pamrih di medan perang untuk kemerdekaan Indonesia, hilangkah dari pendengaran kita, jerit tangis istri dan anak yang mengetahui bahwa suami dan bapaknya gugur dengan gagah berani di pertempuran, atau butakah kita melihat para pejuang bangsa yang mengalami cacat fisik seumur hidupnya demi mempertahankan tanah air yang dicintainya.

Sebagai generasi penerus bangsa yang menerima kemewahan dari hasil jerih payah pahlawan Indonesia, inilah saatnya kita merenung sejenak, meresapi semangat juang pahlawan, menghayati budi tulus pejuang bangsa ini. Saatnya kita tumbuhkan kembali rasa nasionalisme cinta tanah air, yang mungkin selama ini kita lupakan betapa indahnya negeri kita ini untuk dipertahankan dan dicintai dengan jiwa raga kita.

Indonesia, tanah airku negeri yang elok, ribuan pulau membentang dari sabang sampai merauke, udara yang segar serasa embun dipagi hari, tanah yang subur bagaikan berkah abadi sang pencipta, laut dan pegunungan yang indah selayak lukisan terindah yang pernah ada. Berkah yang maha besar diberikan Tuhan kepada Indonesia, dan telah diperjuangkan oleh para pahlawan, dan tibalah kita untuk mempertahankan bahkan menjadikan tanah air ini mempunyai wibawa dimata dunia.

Buat negara ini bangga dengan apa yang telah kita perbuat, buat tanah air ini tersenyum dengan apa yang telah kita persembahkan. Mulailah kita berkarya dengan kemampuan kita, tunjukan bahwa Indonesia adalah negara maju dengan semangat anak bangsa yang tak pernah ada habisnya. Dedikasikan jiwa raga ini untuk membela tanah air, persembahkan semangat kita untuk wibawa bangsa Indonesia.

Mungkin dengan catatan kecil ini, kita tersadar dengan rasa nisonalisme, kita tersadar dengan pahlawan, kita tersadar dengan tanah air kita, tumapah darah kita, Indonesia.

Dengan bangga kita bersorak

...dan bagimu indonesiaku, jiwa raga ku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun