Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Blogger

Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024 | Konsisten mengangkat isu-isu yang berhubungan dengan Sustainable Development Goals (SDGs), terutama yang terpantau di Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Apartemen Kosong, Jutaan Warga Terlantar: Apakah Hunian Layak Hanya Ilusi?

6 Oktober 2025   23:33 Diperbarui: 7 Oktober 2025   10:11 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, setiap pembangunan apartemen atau perumahan baru mesti diwajibkan menyediakan minimal 30 persen unit untuk kategori hunian terjangkau dengan harga yang diatur ketat oleh pemerintah.

Aturan ini sudah diterapkan di banyak kota besar dunia, seperti Singapura dan London, dan terbukti efektif mencegah gentrifikasi, serta memastikan keberagaman ekonomi dalam satu kawasan.

Ketiga, bangun ekosistem hunian terjangkau yang terintegrasi dengan transportasi publik dan lapangan kerja.

Hunian terjangkau tidak boleh dibangun di pinggiran kota yang jauh dari akses transportasi dan lapangan kerja, karena ini hanya memindahkan masalah dari ketidakmampuan membeli rumah, menjadi beban transportasi yang tinggi dan waktu tempuh yang panjang.

Pemerintah DKI mesti memastikan setiap rumah susun sederhana yang dibangun terintegrasi dengan stasiun MRT, LRT, atau halte Transjakarta, sehingga penghuni dapat dengan mudah mengakses tempat kerja mereka.

Selain itu, di sekitar hunian terjangkau mesti dikembangkan pusat-pusat ekonomi lokal seperti pasar tradisional modern, ruang usaha mikro dengan sewa terjangkau, dan fasilitas publik seperti sekolah, puskesmas, dan taman.

Konsep kota terintegrasi ini akan memastikan, bahwa masyarakat berpenghasilan rendah tidak hanya mendapat tempat tinggal, tetapi juga akses terhadap peluang ekonomi dan layanan publik yang berkualitas.

Yang juga tak kalah penting dalam kebijakan ini, libatkan warga dalam perencanaan dan pengelolaan hunian melalui sistem koperasi atau paguyuban, sehingga mereka memiliki rasa kepemilikan dan tanggung jawab untuk menjaga lingkungan hunian.

Penutup

Paradoks apartemen kosong di tengah krisis hunian adalah cerminan dari kegagalan sistemik dalam melihat perumahan sebagai hak dasar, bukan komoditas pasar.

Ketika 1,3 juta unit hunian dibutuhkan sementara ratusan apartemen berdiri kosong karena terlalu mahal, ini bukan sekadar masalah ketidakseimbangan pasar, melainkan masalah keadilan sosial yang mendasar.

Tiga solusi yang ditawarkan: subsidi penuh untuk masyarakat berpenghasilan rendah, pajak apartemen kosong dan regulasi hunian terjangkau wajib, serta pembangunan ekosistem terintegrasi, adalah langkah konkrit yang membutuhkan kemauan kuat dan komitmen anggaran yang serius.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun