Tanaman merupakan salah satu komponen penting dalam strategi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca di kota-kota besar.
Namun, terbatasnya lahan di kota besar seperti Jakarta telah memunculkan ide menarik untuk membangun taman di atas atap gedung.
Konsep ini, bukan hal yang baru; beberapa negara Eropa seperti Jerman, Swiss, Belanda, dan Austria sudah mengembangkan taman atap secara luas.
Jerman, bahkan dianggap sebagai pelopor dalam pengembangan teknologi taman atap modern pada tahun 1980-an, dan saat ini diperkirakan sekitar 10% dari semua bangunan di negara tersebut sudah memiliki taman atap.
Taman atap, atau yang dikenal sebagai rooftop garden, merupakan solusi bagi rumah-rumah urban yang tidak memiliki halaman depan maupun belakang.
Instalasi atap hijau memberikan banyak manfaat bagi wilayah perkotaan yang padat penduduk seperti Jakarta.
Dengan adanya taman kota, kualitas lingkungan perkotaan (urban environment quality) akan meningkat secara signifikan.
Konsep taman atap menjadi pilihan tepat, karena mampu menghadirkan suasana asri di atap bangunan, serta berfungsi sebagai pereduksi sinar matahari secara langsung, sehingga ruangan di bawahnya terasa lebih sejuk dan nyaman.
Tulisan ini menyoroti dua hal penting: fungsi taman atap dalam konteks Jakarta dan urgensi membangun lebih banyak taman atap di Jakarta sebagai langkah strategis menghadapi tantangan urbanisasi dan perubahan iklim.
Fungsi taman atap bagi Jakarta
Di kota metropolitan seperti Jakarta, sebagian besar lahan terbuka sudah tertutup oleh lapisan tahan air seperti aspal.
Sementara itu, atap-atap gedung pencakar langit menyerap panas dan memantulkannya kembali ke atmosfer, memperparah efek pulau panas perkotaan.