Saya ingin bercerita. Dua hari ini, yakni Senin 30 Juni hingga Selasa 1 Juli 2025, saya memberi workshop menulis bagi mahasiswa Sekolah Tinggi Teologi (STT) Ekumene Medan, dengan tema "Latihan Menulis dan Menemukan 'Rumah' yang Tepat."
Sebelumnya, saya telah menghubungi sahabat saya, Amoli Ndraha, menyatakan kerinduan untuk berbagi ilmu dan pengalaman menulis di Kompasiana bagi mahasiswanya.
Tidak disangka, Bang Amoli, memberikan respons positif dan menjadwalkan saya pada dua hari tersebut, secara virtual, mulai pukul 08.00 hingga 11.30 WIB.
Pada Minggu, 29 Juni 2025, saya meminta Bang Amoli untuk membuat grup WhatsApp bersama mahasiswa untuk memudahkan komunikasi.
Malam itu, saya memberi arahan kepada peserta agar membuat akun Kompasiana. Keesokan harinya, workshop resmi dimulai dengan menampilkan wajah saya melalui televisi di depan sekitar 60 peserta yang tampak antusias.
Hari pertama, saya memaparkan materi disertai pengalaman menulis di Kompasiana dan merasa berhasil membangkitkan minat mereka untuk menulis di sana.
Sebagai penutup sesi pada hari Senin, saya memberi tugas menulis satu artikel sepanjang 400 kata yang akan ditayangkan pada pertemuan kedua hari ini, Selasa 1 Juli 2025.
Di grup, saya terus mengingatkan mereka agar bersiap dengan artikel masingmasing.
Hari ini, kami kembali bertemu lewat Zoom dengan agenda utama mengajarkan tata letak artikel menggunakan template Tulis Artikel di Kompasiana.
Saya juga membimbing mereka mencari gambar gratis di internet, memasukkan ilustrasi tersebut ke dalam template bersama Teaser dan Tag, lalu menayangkan artikel mereka.
Setelah artikel berhasil tayang, saya memberi waktu untuk mengomentari beberapa karya peserta. Meski jumlah peserta banyak, saya hanya dapat memberikan komentar terbatas.
Uniknya, dari artikel yang ditayangkan siang tadi, belum ada satu pun yang mendapat label artikel "Pilihan." Namun, para peserta tidak menyerah; beberapa dari mereka langsung menayangkan artikel kedua mereka.
Saat kegiatan usai, banyak peserta menyampaikan ucapan terima kasih di grup WhatsApp. Berikut beberapa di antaranya:
"Terima kasih banyak Pak Bil untuk ilmu yang sangat penting buat masa depan mahasiswa kita. Jika ada kesempatan ke depan, kita akan buat event bersama Pak Bil kembali," ujar Ndraha.
"Terima kasih banyak Bapak Billy Steven Kaitjily untuk ilmu yang telah diberikan, saya pribadi sangat terberkati dengan apa yang Bapak sampaikan," ucap Ronaldo.
"Terima kasih Pak Billy Steven Kaitjily buat bimbingannya selama dua hari," kata Perlina Lombu.
"Terima kasih banyak buat ilmu yang Bapak berikan Pak, semoga ilmu ini dapat kami terapkan dalam pribadi kami masingmasing," ujar Kell Saogo.
"Sahlom Pak, terima kasih banyak buat ilmunya selama dua hari ini, Tuhan Yesus memberkati," kata Roinal.
Ucapan terima kasih juga disampaikan melalui video singkat di Instagram dan Facebook STT Ekumene Medan. Bahkan, salah satu peserta membuat reportase kegiatan selama dua hari ini yang diterbitkan di Kompasiana
 Saya sangat berterima kasih kepada Helen Velisia W atas reportasenya dengan judul "Rahasia Menulis dari Billy Steven Kaitjily, M.Th: Inspirasi Seminar Kompasiana di STT Ekumene Medan."
Keharuan menyelimuti saya saat membaca berbagai ungkapan terima kasih tersebut. Lebih menggembirakan lagi, saya merasa hangat disambut oleh mahasiswa STT Ekumene Medan.
Antusiasme mereka mengikuti workshop membuat saya bersemangat, meski kondisi saya pada hari kedua, sebenarnya kurang prima.
Akhirnya, terima kasih kepada seluruh peserta workshop dan terkhusus kepada sahabat saya, Amoli Ndraha, atas kesembatan yang diberikan kepada saya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI