Zaman sudah modern, tapi kok masih ada orang yang memasak pakai kompor berbahan minyak tanah? Apa enggak bahaya?
Tetangga kami di rusun memasak masih pakai kompor minyak tanah. Jujur, kami sangat terganggu dengan asap dan bau yang dihasilkan dari kompor minyak tersebut.
Kami sudah laporkan ke pihak pengelola rusun supaya ditegur. Tapi entahlah, mereka sudah menegur tetangga kami itu atau belum, sebab kami masih mencium bau minyak tanah.
Banyak yang belum tahu, memasak pakai kompor minyak tanah, ternyata memiliki risiko yang dapat berdampak pada kesehatan dan pencemaran lingkungan.
Tulisan ini akan menyoroti tiga aspek penting: alasan mayoritas masyarakat masih menggunakan kompor minyak di tengah zaman yang sudah modern, dampak negatif menggunakan kompor minyak bagi kesehatan dan lingkungan, serta himbauan untuk beralih menggunakan kompor induksi.
Mengapa Mayoritas Masyarakat Masih Pakai Kompor Minyak?
Masyarakat di beberapa daerah di Indonesia masih mengandalkan kompor minyak tanah meskipun Pemerintah sudah melakukan program konversi ke LPG.
Berdasarkan laporan CNN Indonesia, ada sembilan provinsi dan 103 kabupaten atau kota yang masih menggunakan kompor berbahan minyak tanah, dan belum dapatkan program konversi ke LPG 3 kg.
Program konversi ini bertujuan mengurangi penggunaan minyak tanah yang memiliki dampak negatif terhadap lingkungan dan kesehatan.
Berikut beberapa alasan mengapa mayoritas masyarakat masih menggunakan kompor minyak tanah untuk memasak:
Pertama, minyak tanah sering kali lebih terjangkau dibandingkan kompor lain, terutama bagi masyarakat dengan pendapatan rendah.
Di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, misalnya, harga elpiji ukuran 12 kilogram mencapai Rp 265.000 per tabung. Sehingga, sebagian warga pun memilih kembali menggunakan minyak tanah. (Kompas.id).