Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Blogger

Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024 | Konsisten mengangkat isu-isu yang berhubungan dengan Sustainable Development Goals (SDGs), terutama yang terpantau di Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Pertanian Bantaran Kanal Timur Cakung, antara Potensi dan Tantangan Pengelolaan Lahan

17 Februari 2025   10:16 Diperbarui: 18 Februari 2025   04:58 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin, Minggu 16 Februari 2025, saya mengunjungi sahabat saya yang berdomisili di Kota Harapan Indah, sebuah kawasan permukiman yang terletak di antara Kecamatan Medan Satria, Kota Bekasi, Cakung Timur dan Tarumajaya, Bekasi Kabupaten.

Dari arah Pasar Manggis, Jakarta Selatan, saya mengambil rute Pulo Gadung, Jakarta Timur. Google Maps yang menjadi andalan kami, kemudian mengarahkan kami melewati Banjir Kanal Timur, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur.

Banjir Kanal Timur atau dikenal dengan Kanal Timur membelah Cakung, Jakarta Timur dan Kota Bekasi, Jawa Barat. 

Ketika melintasi kawasan ini, saya takjub dengan kehijauan yang dipancarkan oleh Banjir Kanal Timur. Ternyata, beberapa penduduk setempat memanfaatkan lahan kosong pinggir sungai untuk menanam sayur-sayuran hijau.

Pasalnya, Kecamatan Cakung, sejak dahulu sampai sekarang mengandalkan Kali Cakung untuk bertani (Sumber: Kompas.com).

Pemanfaatan lahan pinggir sungai untuk budidaya pertanian, sebenarnya merupakan praktik yang sudah lama dikenal di berbagai wilayah Indonesia.

Lahan-lahan ini, sering dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk menanam berbagai jenis sayuran dan komoditas lainnya.

Namun, meskipun praktik ini menawarkan sejumlah manfaat, terdapat pula tantangan dan risiko yang perlu diperhatikan.

Manfaat Pemanfaatan Lahan Pinggir Sungai untuk Pertanian

Pertama, sumber air yang melimpah. Kedekatan lahan dengan sungai memastikan ketersediaan air yang cukup untuk irigasi, yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman.

Hal ini memungkinkan petani untuk mengurangi ketergantungan pada curah hujan dan menjaga kontinuitas produksi sepanjang tahun.

Kedua, kesuburan tanah. Daerah aliran sungai sering kali memiliki tanah yang subur karena endapan sedimen yang dibawa oleh aliran air.

Kesuburan ini mendukung pertumbuhan tanaman dan meningkatkan hasil panen.

Ketiga, pemanfaatan lahan terbengkalai. Banyak lahan di sepanjang sungai yang tidak dimanfaatkan secara optimal. 

Dengan mengolah lahan-lahan ini menjadi area pertanian, masyarakat dapat meningkatkan produktivitas lahan dan mengurangi lahan tidur.

Keempat, peningkatan ekonomi lokal. Pertanian di lahan pinggir sungai dapat menjadi sumber pendapatan tambahan bagi masyarakat setempat.

Hasil panen dapat dijual di pasar lokal, meningkatkan kesejahteraan ekonomi petani dan komunitas sekitarnya.

Tantangan dan Risiko dari Pemanfaat Lahan Pinggir Sungai

Pertama, kualitas air dan tanah. Meskipun sungai menyediakan sumber air yang melimpah, kualitas air tersebut harus diperhatikan.

Pencemaran air sungai akibat limbah industri, rumah tangga, atau pertanian dapat berdampak negatif pada kualitas tanah dan kesehatan tanaman.

Penggunaan air yang tercemar untuk irigasi dapat menyebabkan akumulasi zat berbahaya dalam tanah dan tanaman, yang pada akhirnya membahayakan konsumen. 

Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa air sungai yang digunakan bebas dari kontaminan berbahaya.

Kedua, risiko banjir. Lahan di sepanjang sungai rentan terhadap banjir, terutama selama musim hujan.

Banjir dapat merusak tanaman, mengikis lapisan tanah subur, dan mengakibatkan kerugian ekonomi bagi petani.

Selain itu, banjir yang sering terjadi dapat mengubah struktur tanah, membuatnya kurang cocok untuk pertanian dalam jangka panjang.

Oleh karena itu, diperlukan strategi manajemen risiko banjir, seperti pembangunan tanggul atau sistem drainase yang efektif.

Ketiga, erosi tanah. Aliran air sungai yang deras dapat menyebabkan erosi tepi sungai, mengurangi luas lahan yang dapat digunakan untuk pertanian.

Erosi juga dapat mengurangi kesuburan tanah dan meningkatkan sedimentasi di sungai, yang berdampak negatif pada ekosistem perairan.

Praktik pertanian yang tidak tepat, seperti penebangan vegetasi penahan tanah, dapat memperparah masalah ini.

Implementasi teknik konservasi tanah, seperti penanaman vegetasi penahan erosi dan pembuatan terasering, dapat membantu mengurangi risiko ini.

Keempat, pencemaran dari aktivitas pertanian. Penggunaan pupuk kimia dan pestisida dalam pertanian dapat menyebabkan pencemaran air sungai melalui aliran permukaan.

Bahan kimia ini dapat membahayakan kehidupan akuatik dan mengganggu keseimbangan ekosistem sungai.

Selain itu, residu pestisida dapat terakumulasi dalam rantai makanan, membahayakan kesehatan manusia dan hewan.

Oleh karena itu, penerapan praktik pertanian ramah lingkungan, seperti penggunaan pupuk organik dan pengendalian hama terpadu, sangat dianjurkan untuk meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.

Studi Kasus dan Rekomendasi Pemanfaatan Lahan Pinggir Sungai

Di berbagai daerah di Indonesia, pemanfaatan lahan pinggir sungai untuk pertanian telah dilakukan dengan berbagai tingkat keberhasilan.

Misalnya, di sepanjang Sungai Ciliwung, Jawa, beberapa penduduk memanfaatkan bantaran sungai sebagai lahan pertanian untuk menanam sayuran.

Namun, praktik ini menghadapi tantangan seperti risiko banjir dan kualitas air yang tercemar.

Selain itu, di beberapa daerah, aktivitas penambangan ilegal di sekitar sungai telah menyebabkan kerusakan lahan pertanian akibat erosi dan sedimentasi.

Hal ini menunjukkan pentingnya pengelolaan lahan dan sumber daya air yang berkelanjutan untuk mendukung praktik pertanian di daerah aliran sungai.

Berikut ini adalah beberapa rekomendasi untuk pemanfaatan lahan pinggir sungai yang berkelanjutan:

Pertama, pengelolaan kualitas air. Sebelum memanfaatkan air sungai untuk irigasi, lakukan uji kualitas air secara berkala untuk memastikan tidak adanya kontaminan berbahaya.

Jika ditemukan pencemaran, pertimbangkan penggunaan teknologi pengolahan air atau sumber air alternatif.

Kedua, penerapan teknik konservasi tanah. Untuk mencegah erosi, tanam vegetasi penahan di sepanjang tepi sungai dan terapkan teknik budidaya yang meminimalkan gangguan pada struktur tanah.

Selain itu, pembuatan terasering dan penanaman penutup tanah dapat membantu menjaga stabilitas tanah.

Ketiga, penggunaan praktik pertanian ramah lingkungan. Kurangi penggunaan bahan kimia sintetis dengan beralih ke pupuk organik dan pestisida nabati.

Selain itu, praktik seperti rotasi tanaman dan penanaman tanaman penutup dapat meningkatkan kesuburan tanah dan mengurangi hama secara alami.

Keempat, manajemen risiko banjir. Bangun infrastruktur seperti tanggul atau sistem drainase untuk melindungi lahan pertanian dari banjir.

Kesimpulan

Pemanfaatan lahan pinggir Kanal Timur untuk pertanian menawarkan berbagai keuntungan, seperti ketersediaan air irigasi yang stabil dan tanah yang subur, yang dapat meningkatkan produktivitas pertanian dan kesejahteraan ekonomi masyarakat setempat.

Namun, praktik ini juga menghadirkan tantangan, termasuk risiko banjir, erosi tanah, dan potensi pencemaran lingkungan akibat penggunaan bahan kimia pertanian.

Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan yang bijaksana dan berkelanjutan, seperti penerapan teknik konservasi tanah, pengendalian kualitas air, dan penggunaan praktik pertanian ramah lingkungan, untuk memaksimalkan manfaat sekaligus meminimalkan dampak negatifnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun