Mohon tunggu...
Billy Steven Kaitjily
Billy Steven Kaitjily Mohon Tunggu... Blogger

Nomine Best in Opinion Kompasiana Awards 2024 | Konsisten mengangkat isu-isu yang berhubungan dengan Sustainable Development Goals (SDGs), terutama yang terpantau di Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

24 Jam Bersama KM Nggapulu, Bosan atau Seru?

26 Desember 2024   16:35 Diperbarui: 27 Desember 2024   11:09 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menu makan sore di KM Nggapulu | Sumber: Dokumen pribadi/Billy Steven Kaitjily

"Diberitahukan kepada seluruh penumpang KM Nggapulu bahwa kurang lebih 1 jam mendatang kapal akan tiba di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya."

Informasi tersebut terdengar jelas di pengeras suara sekitar pukul 15.00 WIB. Rasanya tak percaya bahwa, kami telah berlayar selama 24 jam.

Lalu, apa saja yang kami lakukan selama itu? Nah, biar nggak penasaran, izinkan saya berbagi cerita seru perjalanan kami dari Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, menuju Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.

Perjalanan dimulai dengan pemeriksaan tiket di Pelabuhan Tanjung Priok. Penumpang yang naik dari Jakarta lumayan ramai; sebagian besar hendak pulang kampung untuk liburan.

Salah satu penumpang yang sempat saya wawancarai, bahkan akan berlayar ke Bitung, Sulawesi Utara, dengan waktu tempuh enam hari!

Setelah tiket diperiksa, kami dipersilakan menuju kapal. Barang bawaan yang cukup banyak kami gotong menuju Dek 5, tempat tidur kami berada.

Tempat tidur kami di Dek 5 | Sumber: Dokumen pribadi/Billy Steven Kaitjily
Tempat tidur kami di Dek 5 | Sumber: Dokumen pribadi/Billy Steven Kaitjily

Posisi Dek 5 ini cukup strategis dan lebih nyaman dibandingkan Dek 4 atau 3, karena guncangan gelombang tidak terlalu terasa.

Setelah bertanya kepada satpam, akhirnya kami menemukan nomor tempat tidur kami: 5/5188-5189. Kami termasuk penumpang yang datang lebih awal, sekitar pukul 13.00 WIB, meski kapal baru berangkat pukul 16.00 WIB.

Kesempatan ini kami manfaatkan untuk menata barang bawaan, mandi, dan menyelesaikan tulisan saya untuk diterbitkan di Kompasiana sore itu.

Saat jarum jam menunjukkan pukul 16.00 WIB, kapal perlahan mulai meninggalkan Pelabuhan Tanjung Priok. Dari balik jendela, terlihat pemandangan Jakarta yang semakin jauh.

Sayangnya, momen ini juga menandai hilangnya sinyal internet kami. Meski ada layanan wifi berbayar di kapal, kami memutuskan untuk tidak menggunakannya demi menghemat biaya.

Bagi yang berminat, wifi ini bisa disewa seharga Rp30.000 untuk 4 jam (kecepatan 6 Mbps) atau Rp50.000 untuk 12 jam (10 Mbps).

Sekitar satu jam setelah kapal berlayar, pengumuman berbunyi lagi, kali ini menginformasikan bahwa, makan sore sudah siap.

Menu makan sore di KM Nggapulu | Sumber: Dokumen pribadi/Billy Steven Kaitjily
Menu makan sore di KM Nggapulu | Sumber: Dokumen pribadi/Billy Steven Kaitjily

Perjalanan menuju Ambon, memang cukup panjang, tapi setidaknya kami diberi makan tiga kali sehari. Sore itu, menunya ayam kecap dengan tumis kacang panjang. Meski sederhana, makanan ini cukup mengenyangkan.

Namun, untuk mendapatkan makanan ini, kami harus antre panjang. Bayangkan saja, ratusan penumpang berdiri berbaris untuk mengambil makanan mereka.

Rasanya akan lebih nyaman jika makanan diantarkan langsung ke tempat tidur penumpang, bukan? Tapi, yah, itulah serunya perjalanan dengan kapal laut!

Setelah makan, tubuh kami mulai terasa lelah. Wajar saja, pagi harinya kami sudah bangun lebih awal untuk persiapan keberangkatan. Malam itu, tidur kami sangat pulas, hingga pagi hari tiba tanpa terasa.

Sekitar pukul 07.00 WIB, kami terbangun dan langsung bersiap mengambil makan pagi. Menu pagi itu cukup sederhana, tapi tetap nikmat.

Setelah sarapan, saya memutuskan mandi untuk menjaga kesegaran selama perjalanan. Fasilitas toilet dan kamar mandi di KM Nggapulu cukup memadai, airnya lancar, dan kebersihan kapal juga terjaga dengan baik.

Sejenak menikmati pemandangan laut dari Dek 7 | Sumber: Dokumen pribadi/Billy Steven Kaitjily
Sejenak menikmati pemandangan laut dari Dek 7 | Sumber: Dokumen pribadi/Billy Steven Kaitjily

Saat kapal mulai mendekati Pelabuhan Tanjung Perak, hujan gerimis menyambut kami. Tapi, suasana menjadi lebih ceria, ketika sinyal internet mulai muncul di ponsel kami. He-he. 

Segera kami mengabari keluarga di Ambon, memastikan bahwa, kami baik-baik saja dan siap melanjutkan perjalanan ke Makassar.

Kapal akhirnya merapat di Pelabuhan Tanjung Perak sekitar pukul 16.00 WIB, sesuai jadwal. Saya memutuskan turun sebentar untuk membeli snack dan buah-buahan sebagai bekal perjalanan ke Makassar.

Di luar sana, suasana pelabuhan ramai dan penuh aktivitas, menambah warna baru dalam perjalanan ini.

Perjalanan 24 jam bersama KM Nggapulu ini menjadi pengalaman yang menarik dan penuh cerita. Meski sederhana, momen-momen seperti mengantre makanan, tidur di dek, dan menikmati pemandangan laut memberikan kenangan tak terlupakan.

Bagi kalian yang berencana bepergian dengan kapal laut, jangan lupa menikmati setiap detiknya!

Sampai jumpa di cerita perjalanan berikutnya, ya!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun