Gaya Hidup Minimalis: Jalan Menuju Kebahagiaan Sejati?
Oleh Bilkis Maulidiah
Setiap orang memiliki perspektif masing-masing terhadap gaya hidup yang dijalani dalam kehidupan sehari-hari. Namun, tidak semua gaya hidup membawa kebahagiaan. Justru, pola hidup yang berlebihan dan tidak sesuai dengan kebutuhan sering kali menjadi beban pikiran, menimbulkan stres, bahkan menjerumuskan pada masalah finansial maupun emosional. Dari sinilah muncul pertanyaan penting: Gaya Hidup Minimalis Jalan Menuju Kebahagiaan Sejati?
Gaya hidup minimalis adalah pola hidup yang lebih mengutamakan kebutuhan dan kepentingan umum, Â mengurangi hal-hal yang tidak perlu, serta berfokus pada aspek-aspek penting dan bermakna dalam hidup. Afriadi dkk, (2022) dalam artikel jurnal " Bisnis dan Kewirausahaan" berjudul "Determinan Gaya Hidup Minimalis: Apakah Berpengaruh Terhadap Gaya Hidup Minimalis" mengungkapkan, praktik gaya hidup minimalis dapat dikenali melalui perilaku menghindari masalah, merasa puas dengan harta benda yang cukup, dan menimbang dengan cermat sebelum melakukan pembelian baru.
Pandangan ini mengajak kita untuk lebih selektif dalam menentukan mana yang benar-benar dibutuhkan, dan menghindari pengeluaran atas dasar keinginan semata. Dalam realitasnya, banyak orang terdorong oleh keinginan untuk terlihat sukses, mengikuti tren, atau memperoleh kesenangan sesaat, tanpa mempertimbangkan manfaat jangka panjang. Akibatnya, mereka justru terjebak dalam gaya hidup yang konsumtif dan jauh dari kebahagiaan sejati.
Tujuan manusia dalam kehidupan pastinya menginginkan sebuah  kebahagiaan, dengan cara apapun dilakukan agar kebahagiaan tersebut bisa capai. Untuk mencapai sebuah tujuan harus didasari dengan ikhtiar atau berusaha dan kerja keras yang akan menimbulkan rasa kepuasan tersendiri dengan apa yang telah dicapai. Sayangnya,  banyak orang yang menyalahgunakan hasil jerih payahnya untuk hal-hal yang kurang prioritas.
Misalnya, seseorang yang langsung menghabiskan gaji untuk membeli barang yang diinginkan tanpa mempertimbangkan kebutuhan utama dalam hidupnya. Ketika tagihan yang dimilki jatuh tempo dan tidak ada dana tersisa, akhirnya ia terpaksa meminjam uang, bahkan melalui pinjaman online, yang justru menimbulkan masalah baru.
Contoh lain yang sering terjadi di masyarakat adalah kecenderungan untuk mudah tergiur atau terpengaruh oleh media sosial, terutama di kalangan Gen Z. Hal ini menjadi tantangan tersendiri dalam menerapkan gaya hidup minimalis. Ketika melihat barang-barang yang sedang viral, banyak dari mereka langsung tergoda untuk membeli---bukan karena kebutuhan atau fungsi barang tersebut, melainkan demi status sosial atau kepuasan sesaat. Rasa gengsi pun muncul ketika melihat orang lain ramai-ramai membeli dan memamerkan barang tersebut, sehingga timbul dorongan kuat untuk ikut memiliki, agar tidak merasa "ketinggalan tren."
Gaya hidup minimalis bukan hanya sekadar tren atau pilihan hidup yang tampak sederhana di permukaan. Lebih dari itu, minimalisme mencerminkan kesadaran penuh akan tanggung jawab terhadap diri sendiri, lingkungan, dan orang-orang di sekitar kita. Dengan menjalani hidup yang lebih terfokus dan tidak berlebihan, seseorang akan lebih mampu mengatur waktu, energi, dan keuangannya. Ia tidak lagi sibuk mengejar hal-hal yang semu, tetapi justru memiliki ruang untuk merenung, berkontribusi, dan membangun relasi yang lebih bermakna.
Dari kedua contoh diatas kita tau bahwa gaya hidup  adalah sebuah kebiasaaan dimana kita ingin memperpuas diri, namun gaya hidup tersebut jika terus-menerus dilakakukan  apalagi berlebihan bukan kebahagiaan yang dimilki namun malah sebaliknya karena yang namanya manusia rasa bosan dan stres pasti akan timbul. Sebab itulah hidup akan lebih bermakna jika barang-barang yang tidak perlu di hapus dan gaya hidup minimaslis adalah solusinya.
Gaya hidup minimalis berarti mampu membedakan mana kebutuhan dan mana keinginan. Dapat diartikan juga sebuah tindakan untuk mencapai suatu hidup yang baik, tenang, dengan membebaskan diri dari kekuasaan hawa nafsu dan emosi. Selain itu praktik minimalisme akan terlihat berbeda dari orang lain karena ia menikmati kehidupnya secara wajar namun namun meminimkan masalah kepemilikan barang sebagai langkah awal untuk menata sisi-sisi kehidupan lainnya.