Epithumia: menolak gratifikasi, plagiarisme, atau manipulasi data.
Dengan begitu, kode etik bukan sekadar aturan mati, tetapi panduan moral yang hidup dalam kesadaran mahasiswa.
c. Evaluasi Karakter, Bukan Hanya Nilai Akademik
Penilaian keberhasilan pendidikan tidak boleh hanya didasarkan pada indeks prestasi kumulatif (IPK), tetapi juga pada indikator moral, seperti:
Portofolio integritas (misalnya jurnal refleksi, rekam keputusan etis).
Penilaian dari sesama rekan mahasiswa tentang sikap kerja sama dan kejujuran.
Penugasan berbasis dilema moral sebagai bagian dari evaluasi akhir mata kuliah.
Pendekatan ini membantu memastikan bahwa mahasiswa tidak hanya cerdas, tetapi juga berjiwa adil.
6. Contoh Nyata Penerapan Paideia Antikorupsi di Kampus
Contoh 1:
Di Universitas Negeri Yogyakarta, mahasiswa PPKn diminta membuat simulasi persidangan etik mahasiswa yang melakukan kecurangan. Mahasiswa berperan sebagai jaksa, pembela, dan hakim. Aktivitas ini membentuk nalar etis dan keberanian mengambil sikap.
Contoh 2:
Di Universitas Katolik Parahyangan, fakultas teknik menerapkan Code of Honor yang ditandatangani setiap mahasiswa sebelum mengikuti ujian akhir. Tindakan ini memperkuat kesadaran moral personal, bukan hanya hukuman administratif.
Contoh 3:
Salah satu kampus Islam di Makassar menerapkan jurnal refleksi wajib di setiap mata kuliah, di mana mahasiswa menulis pengalaman dilematis dan bagaimana mereka mengambil keputusan berdasarkan nilai agama dan akal sehat.
Contoh 4:
Organisasi kemahasiswaan di Bandung membuat platform pelaporan anonim terhadap praktik curang di kampus. Thumos kolektif mahasiswa menjadi kekuatan moral yang menjaga kebersihan institusi.