Mohon tunggu...
Bilal AB
Bilal AB Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Love For All Hatred For None

Membenci itu seperti meminum racun dan berharap orang lain yang meninggal

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Tantangan Beragama dan Pondasi Tarbiyat Keluarga

30 Januari 2021   06:23 Diperbarui: 30 Januari 2021   06:38 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Eksistensi agama sebagai jalan hidup manusia untuk mendekatkan diri kepada Tuhan akan tetap ada, selama umat manusia masih memiliki kepedulian dan berorientasi pada kebahagian rohani. Akan tetapi ketika manusia sudah tidak peduli dengan agama, tidak ada 'sense of belonging' (rasa memiliki) terhadap agama dan hanya berorientasi pada kesenangan duniawi. Maka lambat laun agama akan ditinggalkan dan tidak dianggap perlu. Kalaupun dianggap perlu itu hanya sebatas identitas keagamaan. Banyak faktor yang membuat manusia terjerumus ke dalam pola fikir demikian.  

Di zaman modern dengan perkembangan teknologi yang memberikan kemudahan kepada manusia, telah merubah pola aktivitas kehidupan sehari-hari. Bekerja, belajar, bermain, dan bergaul dengan sahabat telah mengalami perubahan yang sangat drastis. Ketika kemajuan teknologi digunakan untuk memudahkan pekerjaan manusia atau sisi positifnya lebih dominan dirasakan, maka kemajuan teknologi akan membuat manusia menjadi lebih bersemangat dalam amal sholeh. Akan tetapi ketika sisi negatifnya lebih berpengaruh pada kehidupan umat manusia, secara otomatis akan berpengaruh juga pada hubungan manusia dengan agama.

Apabila sudah pada level adiksi dalam penggunaan teknologi seperti televisi, komputer atau pun handphone seseorang tanpa sadar akan secara otomatis membuka apa yang menjadi kebiasaannya, yang dirasa memunculkan kesenangan. Secara psikologis kondisi tersebut telah menandakan adanya 'disorder' (gangguan) secara mental. Seorang pakar adiksi di RSCM yang juga pengajar di FKUI, beliau mengingatkan akan bahaya yang mengancam, beliau menjelaskan : "Ini dalam jangka panjang akan menjadi masalah nasional. Bisa dibayangkan seperti apa kualitas sumber daya manusia indonesia nantinya." (fk.ui.ac.id)

Selain faktor tersebut, menurunnya kepedulian atau merasa tidak perlu akan agama disebabkan oleh anggapan bahwa agama membatasi ruang kebebasan untuk mengekspresikan diri. Agama memberikan aturan-aturan boleh dan tidak bolehnya sesuatu dilakukan oleh umat. Keinginan hidup bebas dan tidak dibebani oleh kewajiban-kewajiban yang bersifat ibadah rutin atau pun dalam bentuk pengorbanan harta, begitu kentara tergambar dalam kehidupan di masyarakat.

Sebagai bentuk pemulihan sekaligus pencegahan supaya kondisi seperti ini tidak terus berkembang di masyarakat, maka lembaga-lembaga keagamaan harus melakukan upaya serius melalui pembinaan mulai dari level keluarga, setiap anggota keluarga diharapkan memiliki pemahaman yang yang sama akan pentingnya peran agama dalam membimbing manusia untuk meraih kebahagian hidup di dunia dan akhirat. Beberapa point penting harus senantiasa diajarkan di praktekan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tertanam dalam hati dan menjadi kebutuhan hidup yang sama pentingnya dengan kebutuhan yang lain, bahkan menjadi kebutuhan yang harus senantiasa didahulukan.

  • Keimanan kepada Allah swt       

Pondasi utama dalam beragama adalah keimanan kepada Allah swt, Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Atas dasar kasih sayang-Nya, Dia menciptakan seluruh alam ini dan juga umat manusia di dalamnya. Keyakinan tertinggi untuk membuktikn adanya Tuhan adalah sebagaimana yang dialami oleh para nabi, Muhaddats, atau para wali, mereka adalah wujud-wujud mulai yang dengannya Allah swt berwawancakap melalui wahyu, ilham atau pun kasyaf. Akan tetapi pada level manusia awwam seperti kita, latihan untuk meningkatkan keyakinan akan adanya Allah swt adalah melalui doa-doa yang senantiasa kita mohonkan dengan penuh kerendahan hati. Pengabulan dari doa-doa yang dipanjatkan oleh setiap pribadi, akan menambah keimanan kepada Allah swt.

Inilah yang Allah swt firmankan di dalam Al-quran, sebagai pemuas dahaga orang-orang yang bertanya akan kehadiran-Nya :

"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepada engkau tentang Aku maka katakanlah sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan doa-doa orang yang berdoa kepada-Ku, karena itu hendaklah mereka menyambut seruan-Ku dan beriman kepada-Ku supaya mereka mendapat petunjuk." (QS. Al-Baqarah : 186)

Point penting dari ayat ini adalah bukan hanya mengimani adanya dzat Allah swt tetapi juga mengimani setiap sifat baiknya (asmaul husna), terutama yang berkaitan dengan doa bahwa Dia adalah Maha Mendengar setiap doa-doa hamba dan juga Maha Mengabulkan rintihan doa-doa.

Sebagai salah satu point untuk pengabulan doa-doa hamba-Nya, Allah swt mensyaratkan bahwa hamba tersebut harus juga menyambut seruan-Nya. Seruan utama yang menjadi tanda seorang beragama adalah mendirikan sholat.

Nabi Muhammad saw memberikan penekanan kepada setiap umat Islam agar mengajar sholat kepada anak-anak sejak dini :

"Perintahkanlah anak-anakmu untuk mendirikan sholat apabila mereka telah berumur tujuh tahun dan hukumlah mereka jika mereka tidak tidak mendirikan sholat ketika sudah berumur sepuluh tahun" (HR. Abu Daud)

Pendampingan aktivitas dalam bentuk mengingatkan dan mengajak untuk mendirikan ibadah bersama merupakan cara yang efektif untuk mengajarkan sholat secara rutin dan juga untuk menanamkan betapa pentingnya sholat. Ketika telah masuk waktu sholat, tetapi orang tua membiarkan anak-anak hanyut dalam aktivitas menonton televisi, bermain game di laptop atau handphone, sama seperti mengajarkan bahwa ibadah atau sholat itu tidak penting, lebih penting bermain game atau pun menonton televisi.

Allah swt mengingatkan bahaya dari generasi yang meninggalkan ibadah sholat :

"Lalu datanglah sesudah mereka (generasi) pengganti yang mengabaikan sholat dan mengikuti hawa nafsu. Maka mereka dalam waktu dekat akan tersesat." (QS. Maryam : 59)

  • Membelanjakan harta di jalan Allah Ta'ala

Di dalam Al-quran, perintah mendirikan sholat senantiasa diikuti dengan membayar zakat. Mengorbankan harta di jalan Allah Ta'ala merupakan "riyadhoh" jiwa yang biasa dilakukan oleh para nabi dan sahabat, supaya hati tidak terikat oleh kecintaan pada dunia melebihi cinta kepada Allah swt dan agama-Nya. Rasa memiliki terhadap agama begitu tertanam di dalam hati, akhirnya rohani mereka tubuh beriringan dengan tumbuhnya agama. Ciri ketaqwaan melekat dengan wujud mereka, sebagaimana Allah Ta'ala firmankan :

"orang yang beriman kepada yang ghaib, mendirikan sholat dan menafkahkan sebagian dari harta yang telah Kami rizkikan kepada mereka." (QS. Al-Baqarah : 3)

Berapa banyak uang saku yang diberikan kepada anak setiap hari ? berapa anggaran untuk berlangganan internet atau membeli pulsa setiap bulan ? berapa anggaran belanja setiap bulan ? berapa anggaran untuk membeli pakan hewan kesayangan ?  apakah ada anggaran untuk infak, sedekah dijalan Allah swt, kepada anak yatim atau orang miskin ?    

Nabi Muhammad saw mengingatkan :

"Jauhilah sifat bakhil (pelit), karena sesungguhnya yang membinasakan orang sebelum kalian adalah sifat bakhil..." (HR. Abu Daud)

Wa'allahu 'alam

"kehilangan harta, sejatinya tidaklah kehilangan apa pun. Kehilangan nyawa, sejatinya hanya kehilangan setengah dari diri kita. Kehilangan agama, sejatinya adalah kehilangan segala-galanya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun