CASEL Collaborative for Academic Social and Emotional Learning (Akhmad Mukhlis dkk, 2021) menyebut pendidikan sosial emosional (social emotional learning) adalah suatu proses yang mana anak-anak dan orang dewasa menghadapi dan mengurus emosi , meyakinkan dan mendapatkan tujuan positif,  mengharapkan dan menyampaikan empati untuk orang lain, membangun dan menjaga relasi positif  dan mewujudkan keputusan yang bertanggung jawab.Â
Chaplin (Darmiah, 2020) membedakan emosi dengan perasaan, dimana emosi ialah suatu balasan terdapat suatu stimulus yang menjadi penyebab suatu pergantian fisiologis bersama perasaan yang kuat dan yang memungkinkan untuk meluap-luap. Perasaan atu (feeling) ialah suatu pengalaman yang sadar diaktifkan baik dari stimulus eksternal maupuk dari kegiatan fisik.
Menurut Hurlock terdapat beberapa aspek yang harus dikembangkan yakni rasa takut, malu, khawatir, cemas, marah, cemburu, duka cita, rasa ingin tahu dan gembira (Mira Yanti Lubis, 2019). Ada beberapa faktor yang mempengaruhi emosi anak (Dedeh Kurniasih dkk, 2022) yakni
- Kondisi anak. Yang mana keadaan individu anak,contohnya ada beberapa memiliki kekurangan pada diri anak akan menumbuhkan emosi dan akan berdampak dengan aktivitas kesehariannya
-  Pengaruh belajar. Pengetahuan belajar anak mengenai sesuatu pembelajaran  dapat menumbuhkan kemampuan mana yang akan digunakan untuk mengekspresikan emosinya. Pengalaman belajar yang akan membantuh anak dalam mengembangkan emosinya salah satunya ialah dengan belajar coba-coba, yang dimana dengan pembelajaran ini anak dapat mengungkapkan ekpresi emosi dalam bentuk perlakuan yang akan memberi kepemilikan sedikit atau tidak memiliki kepuasan akan apa yang mereka lakukan
- Belajar dengan cara mencontoh. Dengan mencontoh atau mencermati hal-hal yang dapat menimbulkan emosi orang lain, dengan belajar meniru seseorang anak akan mencontoh reaksi emosional orang lain yang terdorong oleh stimulus yang sama dengan stimulus yang telah ditumbuhkan oleh orang lain
- Belajar dengan mengarahkan dan memperhatikan. Anak akan diajari mengenai cara menyampaikan tanggapan yang dapat diterima jika terdapat emosi yang terangsang. Dengan belajar ini anak memiliki tekad untuk bereaksi terhadap stimulus yang dibiasa diberikan untuk meningkatkan emosi yang poitif dan mencegah agar tidak menumbulkan emosi yang negatif
- Belajar dengan pengondisian. Dengan situasi ini mulai muncul kegagalan dan memancing emosi kemudian berhasil ditumbuhkan dengan cara perkumpulan. Dimana dalam pengondisian ini mudah terjadi dan cepat karena pada awal kehidupan mereka kurang menalar,dan tidak logisnya reaksi mereka.
Ada beberapa cara untuk meredahkan emosi anak salah satunya ialah dengan menyisihkan waktu untuk mencari solusi dari permasalahan dengan anak. Ketika anak tidak diajak bermain oleh temannya, bantu anak untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan menanyakan apa sebab temannya tidak mau mengajaknya bermain kemudian cari solusi bersama. Dengan cara ini dapat membantu anak untuk berpikir rasional untuk menyelesaikan masalah emosinya dan menuumbuhkan kemampuan untuk mencegah serta memiliki kesempatan untuk mengatasi emosinya sendiri(Darmiah, 2020).
Referensi
Darmiah,2020. PERKEMBANGAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EMOSI ANAK USIA MI. Vol 1, No 1. Hal 95-102
Fauziddin Moh dkk, 2018. Useful of Clap Hand Games for Optimalize Cogtivite Aspects in Early Childhood Education. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. Volume 2 Issue 2. Hal 163
Khairi Husnuzziadatul, 2018. KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN ANAK USIA DINI DARI 0-6 TAHUN. Hal 20
Kurniasih Dedeh dkk, 2022. Pembelajaran jarak jauh: Media Daring untuk Anak Usia Dini di masa pandemi Covid-19. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. Volume 6 Issue 5 (2022). Hal 62
Lubis Mira Yanti, 2019. MENGEMBANGKAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA DINI MELALUI BERMAIN. Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Volume 2, No. 1. Hal 53
Martani Wisjnu, 2012. Metode Stimulasi dan Perkembangan Emosi Anak Usia Dini. JURNAL PSIKOLOGI. Â VOLUME 39, NO. 1. Hal 113