Mohon tunggu...
bidin cumi
bidin cumi Mohon Tunggu... Konsultan - Penyuka buah semangka dan pecinta kuliner Lamongan

Zainul abidin adalah milenial muda dan banyak ide. Penyuka Buah semangka

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mencintai Orang yang Menolak

27 Juni 2020   15:14 Diperbarui: 27 Juni 2020   15:11 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Mencintai orang yang sudah menolak dan menyakiti kita itu sejenis perilaku halu kah? Atau kita cuma perlu sabar menunggu? Apa sesungguhnya definisi cinta yang layak diperjuangkan?

Sepertinya jatuh cinta bisa membuat orang jadi lebih optimistis, percaya diri, dan selalu berprasangka baik. Ketika hati memutuskan untuk mencintai seseorang, kita (hah? Kita???), atau pada kasus ini saya, bisa sangat yakin dapat bersamanya. Keyakinan itu timbul dari akumulasi sifat positif yang tadi disebutkan.

Namun, sekeranjang sifat positif yang berlebihan itu bisa hancur seketika apabila kenyataan tak sesuai ekspektasi. Prasangka baik tentang orang yang dicintai adalah bom waktu. Sebab, apa yang kita cintai sebenarnya adalah imajinasi tentang sang pujaan hati. Husnudhon tak melulu baik untuk hati kecil kalau masih ditumpangi oleh rasa berharap yang maksa banget.

Saat dia tak membalas cinta kita, yang kita dapat hanyalah kekecewaan. Merasa tak berharga karena ditolak oleh orang yang telah kita beri cinta. Besarnya rasa kecewa berbanding lurus dengan tingginya harapan. Semua ini diakibatkan dari selalu berprasangka baik tentang orang yang dicintai. Sementara manusia tetaplah manusia yang punya kehendak bebas. Tak melulu sesuai dengan kemauan kita.

Hanya karena kita mencintai seseorang yang bukan milik kita, bukan berarti dia harus selalu menyenangkan kita. Atas nama cinta, kita selalu berusaha bersikap baik padanya. Namun, tak lantas dia punya utang pada kita dan harus membayarnya dengan kebaikan setimpal. Sebab cinta bukan barang transaksional.

Dari sinilah kita mesti belajar ilmu ikhlas. Bagaimana cinta itu perihal memberi. Seberapa jauh kita bisa menunaikan amanah dari hati yang paling dalam itu. Urusan perasaan bakal berbalas atau tidak, itu soal lain.

Kita bisa bertahan mencintai seseorang yang jelas-jelas telah menolak kita karena memang begitulah kekuatan cinta. Bikin penderitanya keras kepala. Bisa juga bikin kepedean dan optimis, "Suatu hari nanti dia akan membalas cintaku!" Ditambah kemantapan sikap positive thinking, "Aku hanya harus bertahan sebentar lagi. Dia cuma butuh waktu untuk melihat dan menyadari kesungguhanku."

Walaupun sudah tersakiti, masih bisa bertahan. Oh, mungkin cinta juga memberikan kekebalan pada hati setiap insan yang memeliharanya. Patah hati, bisa regenerasi secara cepat, lalu mengulangi kesalahan serupa dengan mencintai satu orang yang sama.

Saya pernah dalam kondisi sudah ditolak oleh seorang cewek, tapi masih nggak ngerti-ngerti. Saya terus pepet karena mengejar cinta memang terasa effortless.

Saya menyadari bahwa saya harus berhenti. Noe Letto pernah berkata bahwa cinta itu ibarat cahaya, jadi berikanlah kepada yang membutuhkan cahaya. Saya berpikir, cahaya saya tidak dibutuhkan olehnya yang sudah bermandikan cahaya dari lampu sorot yang diarahkan sang kekasih. Kemudian, saya mematikan pemantik cahaya dan hidup dalam kegelapan hati.

Saya garuk-garuk kepala dan memicingkan mata ke arah matahari. Bagaimana caranya belajar mencintai pakai prinsip Sang Surya menyinari dunia: hanya memberi tak harap kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun