Mohon tunggu...
Bidan Care / Romana Tari
Bidan Care / Romana Tari Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Bidan Romana Tari [bidancare] Sahabat bagi perempuan dan keluarga, saling memperkaya informasi kaum perempuan dibidang kesehatan dan pengalaman sehari - hari dalam hidup,\r\n\r\nMari hidup sehat dan kreatif dalam hidup bersama bidancare

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mama Please, Jangan Gugurkan Aku

13 Oktober 2011   02:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:01 3594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ruang USG tampak sunyi. Gelap dengan cahaya lampu temaram. Seredup ruang hatiku menunggu suara dokter Sasongko. Tak lama kemudian degup jantung bayiku  terdengar  gaduh. Seolah irama palu yang bertabuh.  Memukul  genderang hatiku. Hati seorang ibu yang sedih karena ketubanku pecah saat kehamilan empat  bulan. " Ketuban sudah habis bu Nindi " Dokter Sasongko mengeryitkan kening. Sejenak senyum tipis mengembang disudut bibirnya. Seolah tak ingin beri harapan kosong. " Lalu?...apa yang terjadi dengan bayi saya dokter?" Nindi mulai terisak. Tissue di tangan kanannya mulai basah kuyup. " Cairan ketuban yang mendukung pertumbuhannya habis bu. Kita sudah menunggu dua minggu tak ada perbaikan. Terpaksa kita lahirkan jika ibu setuju" Suara dokter Sasongko bagai vonis di sidang kehidupan. " Tidak...dokter, saya akan mempertahankannya" Nindi memeluk Aryo suaminya. Ia menangis sesenggukan. " Pak Aryo seperti saya jelaskan tadi..Selaput ketuban sudah pecah. Ini beresiko infeksi bagi ibu dan bayi " Dokter Sasongko menatap bu Nindi  dan suaminya. Ia sangat mengerti bagaimana sedihnya Nindi dan suaminya. Mereka sudah menikah cukup lama. Kehamilan ini sangat diharapkan. " Baik, saya sudah mencoba merawat  bu Nindi hampir dua minggu. Tampaknya upaya saya tidak berhasil. Jika memang ingin mempertahankan, saya dukung. Besok silahkan kunjungi dokter yang saya percaya untuk lebih intensif menangani kasus ibu. Beliau Prof  Widodarmo. Saya sertakan surat pengantar riwayat kehamilan ibu " Jawab dokter Sasongko. Ia dokter yang sangat bijaksana. Bidan Utami  selalu setia mendengar curhat dan mendampingi Bu Nindi selama dirawat. Sambil mengantar bu Nindi ke ruang perawatan ia berbisik. " Ibu, jangan putus asa. Ada sebuah kekuatan yang menyertai ibu. Bayi ibu saat di USG  tampaknya sangat sehat dan gesit. Ibu berdoa ya, semoga ada mukjizat" Hibur bidan Utami " Iya suster, saya tidak tega melihat dia lahir dalam keadaan hidup dan masih sangat kecil. Biarlah saya menggendongnya dalam  rahim tubuhku,  hingga ia sendiri yang memilih untuk meninggalkan kami" Kata Bu Nindi. Airmatanya semakin deras. " Saya bisa mengerti apa yang ibu rasakan. Yang penting mulai saat ini ibu bersedia untuk istirahat total tidak turun dari tempat tidur. Minum air putih yang cukup dan menjaga kesehatan ibu agar bayi tetap kuat bertahan. Makan dan minum yang teratur". Kata bidan Utami lagi. Ia memeluk pundak bu Nindi " Boleh minta no hpnya suster? Rencana besok kami pulang dan saya ingin tetap kontak dengan suster " Kata Bu Nindi. Ia sudah tampak seperti keluarga sendiri dengan bidan Utami. Sudah hampir satu minggu perpisahan dengan pasien bernama bu Nindi. Namun bidan Utami tidak bisa melupakan. Ia terus mendoakan keadaan Bu Nindi dan bayinya. Hingga suatu hari ada SMS dari bu Nindi. "Met pagi suster Utami. saya Nindi pasien dokter Sasongko yang hamil  empat bulan dan ketuban  merembes itu. Masih ingat saya suster? " Ya , tentu saja ingat bu. Apa kabar. Saya hubungi hpnya sering tidak aktif. bagaimana hasil pemeriksaan ke Prof Widodarmo?" " Suster, dari Prof Widodarmo keadaan bayi saya sehat dan saya diminta bedrest lagi dua minggu.  Sekarang dapat obat vitamin  juga ada obat penguat kandungan " Syukurlah, saya ikut bersyukur dengar kabar ini. Lalu bagaimana dengan ketuban yang merembes? " Prof Wido pesan dua minggu lagi kontrol sus,akan dilihat apakah kebocoran selaput ketubanku sudah nutup atau belum" " Oh begitu, saya turut merasakan kebahagiaan ibu Nindi. Lalu dokter jelaskan apalagi bu Nindi? " Kata  Prof , air ketubanku masih terus berproduksi tapi karena selaputku ada kebocoran jadi nggak bisa tertampung. Beliau juga jelaskan semua resikonya. Saya juga sudah beritakan ke dokter Sasongko" " Kita doa sama - sama ya bu Nindi, semoga ada mukjizat karena ibu begitu mencintai  bayi yang lemah dalam kandungan. Pasti Tuhan tidak akan tinggal diam" " Iya suster Utami, saya berterimakasih untuk doanya. Dua minggu lagi saya kabari hasil pemeriksaan dari Prof Wido. Siapa tahu pengalaman saya ini bisa membantu ibu lain yang mempunyai kasus sama" Dua minggu kemudian. Setelah bidan Utami doa malam, ia melihat di hpnya ada pesan singkat dari bu Nindi. Dengan penuh harapan positif ia membuka SMS . " Malam suster Utami, saya tadi baru pulang dari praktek Prof  Wido. Syukur pada Allah. Hasilnya bayi saya sehat. Tetapi harus tetap bedrest lagi karena kalau untuk duduk air ketubannya masih merembes. Tidak terasa sekarang sudah lima bulan usia kehamilan saya suster" " Luar biasa sekali pengalaman bu Nindi.Saya yakin Tuhan mempunyai rencana indah untuk bayi ini.Berjuanglah terus Bu Nindi, dan dengarkan suara hatimu juga suara bayi dalam kandunganmu. Ia tak ingin digugurkan" Tak lama telpon Bidan Utami berdering. Bu Nindi yang telepon rupanya. ' Ya bu Nindi "  Jawab Bidan Utami. " Saya telpon nggak apa ya suster ? Ingin curhat sama suster. Iya suster pengguguran itu dosa, saya tidak mau. Saya ingat pesan suster. Ilmu boleh setinggi langit.  Tetapi kuasa Allah tetap Maha Tinggi. Mukjizat itu kami rasakan hingga hari ini. Kami di buat takjub. Dalam keadaan tanpa air ketuban cukup, bayi kami bertahan hidup. Bahagia rasanya melihat saat USG. Ia bergerak dan sehat. Seperti layaknya usia kandungan lima bulan. Bayi kami seolah berkata" Mama, please jangan gugurkan aku".." Suara Bu Nindi bergetar saat mengucapkan kalimat terakhir. " Bu Nindi, saya dukung ibu. Ibu harus kuat dan jangan mengeluh walau harus menghabiskan hari - harimu di atas tempat tidur. Semua itu perjuangan mulia seorang ibu. Saya kagum pada Bu Nindi. Tak ada pilihan lain. Pilihan kita hanyalah mencintai bayi tak berdaya dalam rahimmu " " Iya suster, Prof Wido katakan, memang tak ada pilihan lain jika melihat janin ibu yang begitu sehat dan semangat berjuang hidup. Maka kita lanjutkan kehamilan ini" Jawab Bu Nindi "  Baik bu Nindi, pesan saya jaga jangan sampai ibu demam, panas atau batuk pilek ya? makan makanan alami dan minum jus buah segar. Cobalah mengisi waktu saat bedrest dengan menulis buku harian" " Terimakasih suster.Nanti saya akan terus kabari tentang keadaan kehamilan ini, Maaf merepotkan terus" " Iya bu, dengan senang hati tak ada yang repot kog. Oya sampai jumpa dua minggu  lagi ya" Hp itu diletakkan Bidan Utami di atas mejanya. Ia termangu dalam ketakjuban yang luar biasa. Bayi itu sangat ajaib. Ia bisa hidup dalam air ketuban yang sangat sedikit.. Allah Maha Besar Salam hangat Bidan Romana Diangkat dari kisah nyata, kumpulan share perjuangan ibu yang menolak pengguguran ( Nama dan tokoh Fiktif ) Gambar diunduh dari Google

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun