Mohon tunggu...
Rina Pebriana
Rina Pebriana Mohon Tunggu... Buruh - Sang Buruh Aksara

Bidadari Alai Timur, "Kutemukan keindahan terhakiki dari rangkaian aksara. Cantiknya huruf membuai rasa bahagia, aku jatuh cinta."

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kutemukan Dirimu di Masjid Biru

16 Agustus 2019   16:22 Diperbarui: 16 Agustus 2019   16:31 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
The Blue. Sumber: Phonemo.com

Gawaiku mengalunkan irama gemericik air. Satu chat dari seseorang nun jauh di seberang lautan Jawa membuat mataku yang masih redup menjadi melebar.


"Chat dari Anna Harry!" pekikku.


[Ada jadwal ke masjid Turen juga ...?]


[Itu lumayan dekat dari rumah, Mbak Feby ....]


[Aku sesuaikan jadwalku ya ....]


[Bisanya ketemu di mana?]


Ya, aku bercerita padanya akan terbang ke Kota Pahlawan. Sekalian menjelajah ke Kota Apel tempat dia bersemedi.


"Ah, seperti apa ya rupa dia?" tanyaku pada gorden violet di kamarku. Aku bayangkan gorden kesayanganku itu sedang mengangguk-angguk, terlihat dari kibarannya ke kiri dan ke kanan karena angin sejuk yang berhembus dari jendela kamarku yang terbuka. Telunjuk jari kananku mengetik huruf per huruf pada benda persegi panjang pipih berwarna putih di tangan kiriku untuk membalas chat Anna. Layar WA milik Anna masih menampilkan kata online.


[Selasa tanggal 25 di Masjid Turen dari jam 9 pagi itu, dijadwal itu lumayan lama sampai ke jam 12]


[Besok pagi baru terbang ke Surabaya]


Layar menampilkan kata mengetik ....


[Happy holiday ]


[Semoga selamat sampai tujuan ... selamat datang di kota dingin nantijangan lupa nyobain kulinernya]


Hmmm, rasanya tak sabar inginku segera sampai ke sana. Namun, apalah daya. Keberangkatanku hanya bisa terlaksana esok hari, ya iya lah kalau pada tiket tertera besok baru pergi. Ha ha.


Semua barang yang aku perlukan sudah tergeletak di atas lantai ruang tengah, karena di sanalah ruangan yang paling lebar di rumahku. Jadi enak untuk menatanya ke dalam koper.


Sebentar lagi senja akan tiba. Sinar kejinggaan di ufuk barat perlahan memudar. Bulan di mana air hujan tercurah tidak menyurutkan keinginan untuk terbang di antara awan-awan. Semoga saja cuaca selalu cerah, secerah hatiku ini.

***

Hari ini tanggal 25 Desember 2018. Bis yang kami tumpangi bergerak perlahan. Kemacetan parah mengiringi perjalanan kami. Desember adalah musim orang-orang berlibur panjang. Libur sekolah, Natal, dan akhir tahun. Air hujan tak luput menghampiri membasahi bis. Suasana sedikit hening. Suara televisi masih terdengar.

Masing-masing penumpang bis tenggelam dalam kegiatan masing-masing. Ada yang menyandarkan tubuhnya ke kursi sambil memejamkan mata. Sebagian yang lain berdiam diri sambil menatap televisi. Kualihkan pandangan ke kursi belakang dan kulihat mereka sedang sibuk dengan gawai di tangan. Sementara aku juga berdiam diri.

Netraku menjelajah kaca-kaca bis. Tetesan air hujan di kaca meninggalkan titik-titik indah bagiku. Air yang begitu cantik. Saatnya berdoa. Bukankah saat turun hujan adalah waktu dikabulkannya doa? Doaku adalah ... rahasia!


Tanpa sadar bis kami sudah sampai ke tempat tujuan. Ternyata aku tertidur. Bis diparkirkan. Kami harus berjalan kaki ke Masjid Tiban Turen. Sungguh aku penasaran dengan masjid yang banyak desas-desus orang mengatakan dibangun oleh para jin dalam waktu hanya semalam. Luar biasa pikirku. Mirip legenda Roro Jonggrang ya. Ah, ya. Aku harus menghubungi Anna.


[Beib ... udah sampai. Cuma sejam setengah dari Surabaya]


[Tok tok tok]


Anna membalas chat-ku.


[Owh iya, Mbak ... bentar aku siap-siap]


Lima menit kemudian ada balasannya lagi.


[Mbak ... baru berangkat aku]


[Wait ya]


Sambil menunggu dia datang, aku dan keluarga beserta rombongan terus berjalan hingga sampai dalam wilayah di mana sepanjang kanan dan kiri jalan penuh dengan orang-orang berjualan. Ada yang unik. Beberapa menawarkan kantung plastik untuk membuat alas kaki. Jadi nanti di lokasi masjid kita dilarang memakai alas kaki. Sayangnya, aku sudah membawa plastik di dalam tasku jauh-jauh dari Kalimantan.


Wah, menakjubkan. Bangunan megah dan besar berwarna biru menjulang tinggi di depanku. Sangat klasik. Laksana istana-istana di negeri dongeng. Arsitektur bangunan sangat unik perpaduan Timur Tengah, China, dan modern. Arsitek yang membangun Masjid Turen bukanlah seorang yang memang belajar ilmu arsitektur di perguruan tinggi, melainkan hasil dari istikharah pemilik pondok. Masjid Turen sudah dibangun mencapai 10 lantai. Benar-benar classy. Tidak semua lantai kami masuki. Aku tidak bisa melewatkan momen ini untuk berswafoto dan difoto.


Merasa puas berkeliling, aku dan keluarga ke luar dan duduk-duduk di halaman masjid. Belum nampak tanda-tanda Anna akan datang. Sambil menunggu, kumanfaatkan waktu untuk berfoto-foto. Ini akan menjadi kenangan terindah.


Gawaiku berdering. Anna mengatakan dia sudah sampai. Aku celingak-celinguk tapi tidak mendapati orang dengan ciri-ciri yang dimaksud, sampai diriku ke luar dari halaman masjid. Ternyata setelah aku kembali ke dalam halaman masjid, kutemukan dia bersama dua krucil menggemaskan. Rasa haru menyelimuti hatiku.


Sayangnya pertemuan hanya berlangsung sebentar. Bis rombongan sudah menanti di parkiran. Setelah mengabadikan diri kami lewat kamera, tibalah saatnya perpisahan ini terjadi jua. Buah tangan berupa bros unyu-unyu darinya menjadi pengingat diriku bahwasanya ada seseorang yang begitu baik yang dipertemukan Tuhan untukku.

Terima kasih, Anna.

Barabai, Kab. Hulu Sungai Tengah

Jum'at, 16 Agustus 2019 M/15 Dzulhijjah 1440 H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun