Mohon tunggu...
Bicara Semesta
Bicara Semesta Mohon Tunggu... Penulis - Sebuah platform yang digagas oleh Departemen PSDM bidang Kastrat Himpunan Mahasiswa Sosiologi Universitas Brawijaya

Bidang Penalaran dan Literasi PSDM Himpunan Mahasiswa Sosiologi Universitas Brawijaya Malang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenal Feminisme

15 Juli 2020   16:03 Diperbarui: 15 Juli 2020   15:59 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Akhir-akhir ini ramai masalah terkait feminisme di sosial media. Sebenarnya, apa itu feminisme? Mengapa begitu ramai diperbincangkan akhir-akhir ini?

Feminisme merupakan suatu ideologi yang melepaskan diri dari kultur patriarki. Feminisme sendiri adalah gagasan dari Lady Mary Wortley Montagu dan Marquis de Condorcet karena merasa para perempuan tidak memiliki kesempatan yang sama dengan laki-laki seperti hak untuk pendidikan, pekerjaan, dan politik. Oleh karena itu, pada tahun 1785 terdapat perkumpulan ilmiah untuk perempuan didirikan di Middelburg, Belanda. 

Adanya fundamental agama juga menambah perempuan merasa dinomorduakan karena gereja menolak adanya pendeta perempuan. Sedangkan, istilah feminisme sendiri baru dicetuskan pada 1937 oleh Charles Fourier, seorang aktivis sosialis. Efek revolusi yang terjadi di Amerika dan Prancis juga membuka pengetahuan tentang liberalisme yang mendukung feminisme. 

Di Amerika sendiri, gerakan feminisme berkembang pesat saat publikasi John Stuart Mill pada tahun 1869 yang berjudul TheSubjection of Women (Broto dalam Darma, 2009:145). Sedangkan di Eropa, perempuan-perempuan Eropa menyebut gerakan ini sebagai universal sisterhood yang berarti keterikatan universal.

Pada tahun 1960-an banyak negara-negara ketiga yang baru merdeka dari penjajahan, dan hal tersebut menjadi kesempatan perempuan-perempuan tersebut mendapatkan hak suara parlemen, hak pilih, dan ikut serta dalam politik negara. Gerakan feminisme gelombang kedua dipelopori oleh feminis asal Prancis, Helena Cixous dan Julia Kristeva. 

Sedangkan, gerakan feminisme di Indonesia jauh sebelum tahun tersebut, bahkan gerakan feminisme di Indonesia telah ada sejak Indonesia sedang dijajah oleh Belanda. 

R.A. Kartini salah satu contoh tokoh feminism asal Indonesia. Ia berjuang agar para perempuan di Indonesia, atau Jawa khususnya bisa mempunyai hak yang setara seperti laki-laki seperti mendapatkan akses pendidikan. 

Selain Kartini, Indonesia mempunyai perempuan hebat seperti Cut Nyak Dhien yang membuktikan bahwa perempuan juga bisa menjadi panglima perang yang hebat.

Feminisme sendiri terdapat beberapa aliran berdasarkan politik yang berkembang saat ini, salah satunya ada aliran feminism radikal. Feminisme radikal ini menganggap bahwa ketidakadilan terhadap kaum perempuan bersumber dari laki-laki dan ideologi patriarkisnya. Menurut aliran ini, keadaan biologis laki-laki yang membuat laki-laki mempunyai kekuasaan berlebih dan aliran ini menolak akan hal tersebut. 

Selain itu, terdapat aliran feminisme liberal yang mengadopsi dari pemikiran liberal dimana semua manusia mempunyai hak atas hidupnya. Aliran feminis ini menganggap bahwa laki-laki dan perempuan sama rata. Asumsi dasar aliran feminisme ini adalah rasionalisme merupakan sumber kebebasan dan persamaan (Muslikhati, 2004:32). 

Menariknya, dari banyaknya aliran feminisme, terdapat aliran feminisme postkolonial yang dianut di Indonesia. Feminisme postkolonial adalah aliran feminisme yang muncul dari negara-negara ketiga atau negara negara bekas jajahan. 

Menurut feminisme aliran ini, perempuan yang berasal dari negara-negara ketiga mempunyai beban lebih berat dari perempuan yang berasal dari negara penjajah atau kelas satu karena mereka selain pernah dijajah juga menghadapi isu-isu SARA di negaranya. Oleh karena itu, aliran ini menolak tentang penjajahan baik secara fisik, ideologi, cara pandang, serta mentalitas warga negaranya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun