Dalam suatu perekonomian harus ada keadilan ekonomi, distribusi yang adil dan tidak eksploitatif. Agar harta itu tidak berhenti di orang-orang kaya maka harta itu harus diputar. Untuk menciptakan keadilan sosial, maka pengelolaan ekonomi oleh negara, harus membuka akses yang sama kepada seluruh umat. Demikian disampaikan Prof. Dr. Mohammad Mahfud MD., S.H., S.U., M.I.P., dalam Syawalan Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yang digelar di Gedung Ibrahim, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Minggu (27/4/2025).
Mengusung tema keberlanjutan dalam pembangunan ekonomi umat, acara yang dimeriahkan oleh penampilan Nasyid Oase Mualimin ini menjadi ruang silaturahmi strategis yang mempererat hubungan antarpengurus sekaligus memperkuat komitmen kolaborasi lintas sektor dalam mendorong ekonomi syariah.
Acara ini dihadiri oleh Dewan Pembina, Dewan Pakar, Pengurus MES DIY, sejumlah tamu undangan, serta anggota Arisan Wakaf Tunai. Dukungan juga datang dari berbagai lembaga mitra seperti Bank BPD DIY Syariah, Pegadaian Syariah, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan serta Universitas Muhammadiyah Yogyakarta sebagai tuan rumah. Tampak hadir dalam acara tersebut antara lain Rizqi Maulana sebagai perwakilan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) DIY, Arya Jodi Listyo yang merupakan perwakilan Bank Indonesia Yogyakarta, serta Kepala Dinas Koperasi dan UMKM DIY Ir. Srie Nurkyatsiwi, MMA.
Ketua MES DIY, Prof. Dr. H. Edy Suandi Hamid, M.Ec., dalam sambutannya mengajak untuk serius berpartisipasi dalam ekonomi syariah.
"Perkembangan ekonomi syariah global dan di Indonesia cukup tinggi, tetapi kontribusinya masih sangat terbatas. Ini perlu dukungan kita semua agar porsi ekonomi syariah meningkat. Maka perlu dilaksanakan kolaborasi dan sinergi supaya ekonomi syariah dapat berkembang," kata Rektor Universitas Widya Mataram ini.
Lebih lanjut, Prof Edy menyatakan bahwa literasi dan inklusi keuangan perlu ditingkatkan. "Tantangan ekonomi syariah salah satunya tentang halal. Ada produk yang telah mendapatkan sertifikasi halal, tetapi ternyata masih mengandung hal yang haram, maka dari itu perlu perhatian kita semua," tegas Prof. Edy Suandi Hamid yang juga merupakan mantan Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) ini.
Prof Mahfud MD dalam kesempatan ini menunjukkan bahwa Idul Fitri artinya diantaranya adalah kembali ke fitrah, hari raya untuk kembali ke kesucian.
"Orang yang kembali ke fitrah adalah orang yang mampu bersedekah, mampu menahan amarah, dan berani meminta dan memberi maaf," ujarnya.