Mohon tunggu...
Bhayu M.H. Ketum NuN
Bhayu M.H. Ketum NuN Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bhayu M.H. sebagai Ketua Umum M.P. N.u.N.

Netizen untuk Negeri atau disingkat N.u.N. adalah komunitas lintas-agama, lintas budaya, lintas suku bangsa yang didirikan pada 4 Desember 2016. Niat kami adalah ikut berkontribusi bagi kemajuan bangsa. Fokus perjuangan kami adalah melawan intoleransi dan separatisme. Di account ini, Bhayu M.H. bertindak selaku Ketua Umum Musyawarah Pendiri (M.P.) dari N.u.N. Sekaligus merangkap sebagai Koordinator Utama Badan Pengelola Harian (Kortama B.P.H.). Pembuatan account ini adalah untuk membedakan antara Bhayu M.H. sebagai pribadi -yang mana accountnya sudah lebih dulu ada di Kompasiana- dengan sebagai Ketum N.u.N. Apalagi sejak Kemenkumham resmi mensahkan N.u.N. sebagai badan hukum perkumpulan pada 31 Mei 2021, maka setiap pernyataan Bhayu M.H. sebagai Ketum M.P. merangkap Kortama B.P.H. N.u.N. terbuka bagi publik serta dapat dikutip oleh media massa. Maka, diperlukan pembedaan tersebut sebagai bentuk kehati-hatian.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Taliban Kini Ancaman, Lebih Daripada PKI

2 Oktober 2021   13:52 Diperbarui: 2 Oktober 2021   14:16 896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Layar monitor panita webinar Netizen untuk Negeri (Foto: Bhayu M.H.)

Berlawanan dengan dua pembicara lain yang lebih ahli dan senior, Aslama justru mengemukakan tesis sebaliknya. Menurutnya, Taliban bukanlah ancaman.  Bagi Aslama, apa yang digelisahkan oleh sebagian ahli tidak ada, karena kehidupan di masyarakat tetap berjalan seperti biasa. Untuk mendukung tesisnya, Aslama tidak menyajikan slide presentasi, namun menggantinya dengan butir-butir pemikiran singkat yang disebutnya sebagai "infografis".

Aslama memaparkan bahwa ancaman nyata saat ini adalah ketidakpercayaan banyak masyarakat pada pemerintah, dilema kebebasan berpendapat diberangus, ekonomi yang jatuh karena covid, dan pemerintah harus buktikan kehadirannya pada masyarakat. Dengan alasan itu, ia menganggap kedua tema tidak memberikan atau tidak menjadi ancaman yang nyata.

Sebelumnya, ia sempat menjelaskan sepintas mengenai sejarah PKI dan gerakan Islam politik. Satu hal penting yang digarisbawahinya bahwa PKI sebenarnya bermula dari Sarekat Islam.

Interaksi Peserta dan Tanggapan Pembicara

Ada beberapa peserta yang mengajukan pertanyaan dan komentar. Kebanyakan justru ditujukan untuk mengkritisi tesis Aslama. Pertama dari Henry Rumeser. Ia menekankan saat ini kondisi di masyarakat sebenarnya tidak kondusif. Ia justru menganjurkan agar para ahli tidak diam mencermati kondisi di Indonesia. 

Tanggapan kedua dari Drs. Rizal Bachrun, M.Psi. yang mengingatkan bahwa tesis Aslama berbahaya, karena menganggap remeh adanya gerakan radikal. Ketiga adalah tanggapan dari Wikan Selur, yang lebih berupa "curhat" atas pengalamannya terutama saat mengalami intimidasi dari radikalis agama.

Bahkan dua pembicara Musdah dan Islah ikut "meluruskan" pendapat Aslama. Karena "dikeroyok", Aslama sedikit melunak dan mencoba membelokkan pendapatnya. Islah bahkan menjanjikan akan memberikan data apabila bertemu dengan Aslama langsung empat mata.

Seorang peserta mengajukan pertanyaan melalui kolom chat, yaitu Insan. Ia menanyakan langkah nyata yang sebaiknya dilakukan untuk menghilangkan polarisasi. Inti jawaban dari para pembicara adalah mengajak dialog dan memberikan pencerahan. Aslama menekankan bahwa kita harus merangkul pihak yang berseberangan pendapat dengan kita.

Sekedar Recehan Dari Saya

Sebagai moderator, dalam diskusi tersebut saya sama sekali tidak berpendapat atau bertanya. Tugas saya hanyalah mengatur lalu-lintas diskusi. Bahkan karena situasi di tempat kami panitia berkumpul kurang kondusif, saya sampai tidak membuat kesimpulan. Oleh karena itu, izinkan saya menyampaikan sedikit catatan dari webinar tersebut dalam tulisan ini. Barangkali juga tidak pantas disebut sebagai kesimpulan karena hanya sekedar recehan.

Posisi dua pembicara sepakat, bahwasanya Taliban kini lebih merupakan ancaman daripada P.K.I. Sementara, Aslama sedikit mengkoreksi tesis awalnya yang menganggap sebaliknya. Ia menekankan bahwa sebenarnya perbedaan ideologi tidak perlu dibesar-besarkan. Dan sebaiknya merangkul pihak yang berbeda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun