Mohon tunggu...
Bhayu M.H. Ketum NuN
Bhayu M.H. Ketum NuN Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bhayu M.H. sebagai Ketua Umum M.P. N.u.N.

Netizen untuk Negeri atau disingkat N.u.N. adalah komunitas lintas-agama, lintas budaya, lintas suku bangsa yang didirikan pada 4 Desember 2016. Niat kami adalah ikut berkontribusi bagi kemajuan bangsa. Fokus perjuangan kami adalah melawan intoleransi dan separatisme. Di account ini, Bhayu M.H. bertindak selaku Ketua Umum Musyawarah Pendiri (M.P.) dari N.u.N. Sekaligus merangkap sebagai Koordinator Utama Badan Pengelola Harian (Kortama B.P.H.). Pembuatan account ini adalah untuk membedakan antara Bhayu M.H. sebagai pribadi -yang mana accountnya sudah lebih dulu ada di Kompasiana- dengan sebagai Ketum N.u.N. Apalagi sejak Kemenkumham resmi mensahkan N.u.N. sebagai badan hukum perkumpulan pada 31 Mei 2021, maka setiap pernyataan Bhayu M.H. sebagai Ketum M.P. merangkap Kortama B.P.H. N.u.N. terbuka bagi publik serta dapat dikutip oleh media massa. Maka, diperlukan pembedaan tersebut sebagai bentuk kehati-hatian.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Taliban Kini Ancaman, Lebih Daripada PKI

2 Oktober 2021   13:52 Diperbarui: 2 Oktober 2021   14:16 896
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Layar monitor panita webinar Netizen untuk Negeri (Foto: Bhayu M.H.)

Musdah: Perempuan Termarginalkan oleh Taliban

Layar presentasi Prof. Dr. Musdah Mulia (Foto: Netizen untuk Negeri)
Layar presentasi Prof. Dr. Musdah Mulia (Foto: Netizen untuk Negeri)

Sebagai seorang perempuan pakar yang pernah berkunjung langsung ke Afghanistan, Musdah mengemukan sejumlah fakta yang semestinya tidak mengejutkan, karena dunia sudah mengetahuinya. Seperti halnya Islah, Musdah juga menyajikan slide. Judulnya "Taliban dan Dampaknya Bagi Perempuan".

Musdah mengawali pemaparannya dengan menjelaskan mengenai posisi geografis Afghanistan yang berada di tengah-tengah berbagai negara. Seluruh perbatasannya di darat sehingga tidak memliki akses pantai dan laut. Dalam istilah bahasa Inggris disebut "land lock".

Afghanistan sebenarnya hanya punya 10 suku bangsa. Ini jauh lebih kecil daripada Indonesia yang memiliki lebih dari 300 suku bangsa, belum lagi apabila sub-suku dihitung. Hanya saja, di Afghanistan, tiap suku sangat fanatik (ta'assub jahiliyah) sehingga saling berseteru satu sama lain. Dan itu sudah berlangsung sangat lama sejak ratusan tahun lalu, bukan baru di abad modern saja.

Taliban sendiri baru didirikan pada 1994. Awalnya justru didukung oleh Amerika Serikat, Saudi Arabia dan Pakistan dengan tujuan menggantikan Mujahiddin. Anggota-anggotanya dididik di madrasah-madrasah Pakistan.

Menurut Musdah, "pandangan miring" Taliban terhadap perempuan dimulai dari dianutnya ajaran Islam ala Deobandi yang sangat konservatif dan memandang perempuan hanyalah obyek seksual. Meskipun secara resmi mereka menganut mazhab Hanafi dengan teologi Maturidi.

Meskipun baru kira-kira sebulan Taliban berkuasa, sudah terlihat tindakan-tindakannya yang mendiskriminasikan perempuan. Misalnya peniadaan Menteri perempuan dalam kabinet pemerintahan yang baru dibentuk. Dan juga ada perintah agar perempuan tinggal di rumah, tidak boleh bekerja lagi.

Oleh karena itu, Musdah mengingatkan agar tidak menganggap remeh Taliban. Pengaruh ideologi dan penerapan prinsip keagamaan yang radikal bisa ditiru oleh pengikut Islam garis keras di Indonesia.

Aslama: Taliban Bukan Ancaman

Layar Presentasi Aslama Nanda Rizal, M.Si. (Foto: Netizen untuk Negeri)
Layar Presentasi Aslama Nanda Rizal, M.Si. (Foto: Netizen untuk Negeri)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun