Mohon tunggu...
Bhayu MH
Bhayu MH Mohon Tunggu... Wiraswasta - WIrausaha - Pelatih/Pengajar (Trainer) - Konsultan MSDM/ Media/Branding/Marketing - Penulis - Aktivis

Rakyat biasa pecinta Indonesia. \r\n\r\nUsahawan (Entrepreneur), LifeCoach, Trainer & Consultant. \r\n\r\nWebsite: http://bhayumahendra.com\r\n\r\nFanPage: http://facebook.com/BhayuMahendraH

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

{Rudy Habibie}: Romansa Habibie Muda (Ulasan Film)

1 Juli 2016   16:25 Diperbarui: 4 April 2017   18:10 17639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karakter dari kiri ke kanan: Peter, Liem Keng Kie, Rudy, Mami Habibie, Ayu, Poltak (Sumber foto: posbali.id)

Film ini memang sekuel dari film Habibie & Ainun (2012), sehingga memiliki judul alias “Habibie & Ainun 2”. Digarap oleh rumah produksi berdana besar dan berpengalaman panjang yaitu MD Pictures dengan produser Manoj Punjabi, penonton bisa berharap tontonan yang menarik. Sebagai seorang kritikus film independen tanpa bayaran, saya tentu mengharapkan lebih. Karena ini film biografi dengan latar sejarah, satu yang saya soroti adalah bagaimana sutradara dan seluruh crew film menampilkan keakuratan detail di layar perak. Dan, dengan melihat sekali saat tayang perdana untuk umum di bioskop Kamis (30/6) kemarin, sedikit-banyak saya cukup terpuaskan. Walau, tetap saja, tak ada gading yang tak retak.

OK. Kita mulai saja ulasannya.

Untuk menonton film ini, diharapkan Anda sudah menyaksikan sekuel film pertamanya,Habibie & Ainun (2012). Karena ada beberapa bagian yang sangat terkait dengan film itu. Tetapi bila tidak pun, sebenarnya tidak masalah. Hanya saja, karena bagi orang Indonesia sosok Prof. Dr. Ing. Bacharudin Jusuf Habibie begitu terkenal, cerita dan karakter di film ini terasa asing karena memang tak tampil di kehidupan sang presiden ketiga negara kita itu.

Karakter utama film ini tentu saja Rudy Habibie, yang masih menempuh studi S-1-nya di Jerman, tepatnya di RWTH (Rheinisch-Westfälische Technische Hochschule) di kota Aachen. Bila di film pertama dikisahkan saat ia menempuh studi doktoral hingga jadi Presiden, maka berarti film ini bisa dibilang prekuel dari serial pertamanya.

Satu hal kecil namun terasa mengganggu bagi penonton dengan detail seperti saya adalah ketiadaan penjelasan waktu terjadinya peristiwa. Pada tulisan di layar, hanya ada tulisan nama kota. Padahal, bukan hal sulit mencantumkan tambahan “Aachen-Jerman, awal 1960” misalnya. Ini akan terasa mengganggu ketika ada tokoh historis Bung Karno dimunculkan di layar. Padahal kita tahu, Habibie justru adalah pendukung utama Soeharto, presiden kedua Indonesia yang menggulingkan sang proklamator. Konflik ini akan muncul di seperempat akhir film.

Tapi marilah kembali fokus ke cerita, yang tampaknya diinginkan pihak produser dan sutradara agar penonton terbuai di sana. Kisah dimulai saat Rudy kecil dan adiknya Fanny sedang bermain bersama teman-temannya di Pare-pare. Mereka melihat empat pesawat milik tentara Dai Nippon sedang membom pelabuhan. Habibie nyaris terjatuh dari tebing karena selain asyik, juga terkejut ternyata pesawat yang disenanginya malah melakukan hal jahat.

Sementara di rumahnya, ibu mereka (Dian Nitami) –yang dipanggil mami- memutuskan mengungsi. Padahal ayah dan kedua anak lelakinya itu belum pulang. Rudy bertemu ibu dan keluarganya di jalan, tapi ia kembali ke rumah karena tak mau meninggalkan buku dan pesawat model mainannya yang disebut "Meccano". Saat tiba di rumah, tak lama sang ayah pun pulang mendapati rumah sudah berantakan. Ia memaksa kedua anaknya untuk segera pergi walau Rudy belum sempat menyelesaikan berkemasnya. Kisah masa kecil Rudy inilah yang kemudian di sepanjang film menjadi semacam jangkar bagi Rudy muda yang tengah menempuh pendidikan jauh di negeri orang.

Kisah lantas beralih ke saat Rudy menempuh pendidikan strata satu di Jerman. Ia termangu di depan sebuah gereja yang direkomendasikan dari tanah air. Seorang pastor yang keluar memperkenalkan namanya, dan meski ia orang Jerman, tapi ternyata fasih berbahasa Indonesia. Ternyata Pastor Gilbert itu adalah teman dari Romo Soegijapranata -Uskup Semarang- saat masih di seminari. Bersama sang pastor, Rudy mencari rumah yang mau menampung dirinya untuk indekost. Ternyata, profilnya dari negara bernama Indonesia yang tidak dikenal membuatnya sulit diterima. Dan itu bukan kesulitan pertamanya sebagai mahasiswa, walau ia digambarkan fasih berbahasa Jerman dan Belanda, yang merupakan bahasa serumpun, selain bahasa Inggris dan juga Prancis.

Rudy yang kaku dan cenderung kuper ternyata ditaksir beberapa wanita karena kepintarannya. Di film ini digambarkan ia menjadi bintang di sebuah pesta yang diadakan oleh PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia). Tetapi tentu saja romansa yang terjalin adalah antara Rudy dengan Ilona, dengan bumbu cinta tertolaknya Ayu. Detailnya tentu lebih nyaman bila disaksikan sendiri. Oh ya, karena kita tahu bahwa Habibie akhirnya menikah dengan Ainun, tentu bukan rahasia bila penonton bisa menebak bahwa kisah romansanya dengan Ilona juga pada akhirnya kandas.

Dalam bagian-bagian berikutnya, saya lebih memilih membahas mengenai beberapa aspek dalam sinematografi daripada jalan ceritanya. Karena untuk hal ini, lebih terasa asyik bila menonton langsung filmnya di bioskop. Oh ya, ada “intipan” juga untuk sekuel ketiganya pasca film sebelum credit title. Sebuah gaya keren yang meniru model filmnya Marvel.

Alur dan Teknik Penceritaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun