"Akulah yang paling kuat di seluruh dunia, armada perangku berhasil menghancurkan kerajaan-kerajaan di seluruh bumi".
"Tidak, jika kau yang terkuat mengapa kau sekarang dijaga oleh lima orang berbadan besar di belakangmu, bukankah orang kuat dapat mengalahkan musuhnya seorang diri, mengapa ia perlu armada tangguh untuk menaklukan musuh".
Wajah raja mulai memerah pertanda ia mulai murka dan siap menghabisi pria yang dihadapannya. "Siapa yang kau maksud dia dari tadi ?" ucap raja dengan amarah.
"Yang menciptakanmu, yang memberimu gelar raja, yang memberimu kekayaan, Dia lah Tuhanmu, kau hanya butiran debu bagi-Nya" kata pria tua seraya melebarkan senyum. "Kau lupa Yang Mulia, setiap pidatomu pada rakyat, kau banggakan dirimu seolah kaulah yang paling pandai mengatur seluruh alam semesta, kau melupakan kalau kau juga ciptaan Tuhan, kau tidak pernah lebih hebat dari dirinya, sekecil apa pun".
Mendengar ucapan pria tua itu, semula wajah raja yang memerah mulai kembali normal, nafasnya yang menggebu-gebu mulai tenang, sang raja mulai terdiam. Ia menyadari kalau selama ini ia melupakan sesuatu yang berharga dalam kehidupan. Dirinya hanyalah manusia biasa yang mulai berlaga layaknya Tuhan.
"Bagindaku, pahamilah dirimu masih muda dan perlu banyak belajar makna kehidupan, jangan sampai kau tenggelam di arus derasnya kehidupan dunia, jika kau tenggelam maka seluruh rakyatmu akan ikut ", nasihat pria tua kepada sang raja.
Tanpa mengucapkan sepatah kata, raja berdiri membelakangi pria tua, lalu ia memutuskan untuk kembali ke dalam istana dengan wajah penuh penyesalan.
*******
Bogor, 16 November 2017
Bgustiadi, (sperojournal.wordpress.com)