Mohon tunggu...
bey chan
bey chan Mohon Tunggu... mahasiswa

suka masak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Relevansi Jurusan Kuliah di Tengah Disrupsi Industri: Studi Kasus Lulusan yang Tidak Sesuai Bidang

13 Oktober 2025   10:18 Diperbarui: 13 Oktober 2025   10:18 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

RELEVANSI JURUSAN KULIAH DI TENGAH DISRUPSI INDUSTRI: STUDI KASUS LULUSAN YANG TIDAK SESUAI BIDANG

Disusun Oleh: 

  Ratih salsabiela (255231139)

Sabila rausanfika (255231195)


Pendahuluan
   Perubahan cepat yang ditimbulkan oleh revolusi industri 4.0 telah mengubah secara signifikan lanskap dunia kerja dan pendidikan. Kemajuan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), Internet of Things (IoT), big data, dan otomatisasi telah menuntut tenaga kerja yang adaptif dan memiliki keterampilan lintas disiplin. Dalam konteks ini, muncul fenomena menarik di dunia pendidikan tinggi: semakin banyak lulusan perguruan tinggi yang bekerja di bidang yang tidak sesuai dengan jurusan kuliahnya. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan mendasar tentang sejauh mana relevansi jurusan kuliah masih menjadi penentu utama keberhasilan karier seseorang di tengah disrupsi industri yang masif.
   Berdasarkan hasil penelitian yang dimuat dalam jurnal Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi (JPIT) (Ardiani et al., 2022), fenomena ketidaksesuaian antara bidang studi dan pekerjaan bukanlah semata karena rendahnya relevansi kurikulum, tetapi juga karena perubahan kebutuhan industri yang sangat dinamis. Sementara itu, penelitian di UIN Sumatera Utara (Lubis, 2021) menekankan bahwa dunia kerja kini lebih menghargai keterampilan adaptif, kemampuan berpikir kritis, serta penguasaan teknologi digital dibanding sekadar latar belakang akademik. Oleh karena itu, diperlukan kajian mendalam mengenai relevansi jurusan kuliah dalam menghadapi realitas baru dunia kerja di era disrupsi industri.

Dinamika Dunia Kerja di Era Disrupsi Industri
   Disrupsi industri 4.0 membawa perubahan mendasar pada struktur dan kebutuhan tenaga kerja global. Industri tradisional yang dahulu mengandalkan tenaga manusia kini bergeser ke arah otomasi dan digitalisasi. Dalam jurnal JPIT (2022), disebutkan bahwa perkembangan teknologi digital menuntut setiap individu untuk memiliki kemampuan digital literacy, problem solving, dan collaborative skills. Artinya, kompetensi yang dibutuhkan tidak lagi bersifat spesifik pada satu bidang keilmuan, melainkan multidisipliner.
   Banyak pekerjaan baru yang muncul tanpa memiliki padanan langsung di jurusan perguruan tinggi, seperti data analyst, UI/UX designer, digital marketing strategist, dan content creator. Sebaliknya, beberapa bidang pekerjaan konvensional mulai berkurang atau bahkan hilang karena tergantikan teknologi. Akibatnya, lulusan dari berbagai jurusan sering kali harus beradaptasi dan memasuki bidang pekerjaan yang sebelumnya tidak pernah mereka pelajari di bangku kuliah.
   Fenomena ini diperkuat oleh data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukkan bahwa sekitar 60% lulusan perguruan tinggi di Indonesia bekerja di bidang yang tidak sesuai dengan jurusannya. Hal ini menjadi indikasi bahwa jurusan kuliah tidak lagi menjadi faktor tunggal dalam menentukan karier seseorang. Sebaliknya, kemampuan beradaptasi terhadap perubahan, kemauan belajar ulang (reskilling), dan pembelajaran berkelanjutan (lifelong learning) menjadi faktor yang lebih penting.

Relevansi Jurusan Kuliah dan Kebutuhan Dunia Kerja
   Secara ideal, jurusan kuliah dirancang untuk mempersiapkan mahasiswa memiliki kompetensi yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Namun, realitas di lapangan menunjukkan adanya kesenjangan antara apa yang diajarkan di perguruan tinggi dengan apa yang dibutuhkan oleh industri. Dalam jurnal JPIT (Ardiani et al., 2022), dijelaskan bahwa salah satu penyebab utama ketidaksesuaian ini adalah kurangnya sinergi antara lembaga pendidikan dan dunia industri. Kurikulum pendidikan tinggi sering kali masih bersifat teoritis dan tidak responsif terhadap perkembangan teknologi terbaru.
   Sebagai contoh, mahasiswa lulusan Teknik Informatika mungkin mempelajari bahasa pemrograman yang sudah tidak lagi digunakan secara luas di dunia industri. Begitu pula dengan lulusan Ilmu Komunikasi yang tidak dibekali kemampuan analisis data digital yang kini menjadi kebutuhan utama dalam pekerjaan berbasis media dan pemasaran. Akibatnya, lulusan harus beradaptasi secara mandiri melalui pelatihan tambahan atau kursus daring agar mampu bersaing di pasar kerja.
   Menurut penelitian Lubis (2021) di UIN Sumatera Utara, terdapat tiga aspek utama yang menyebabkan lulusan bekerja di luar bidangnya, yaitu: (1) ketidaksesuaian kompetensi yang diperoleh dengan kebutuhan industri, (2) kurangnya kesempatan kerja di bidang spesifik, dan (3) perubahan orientasi karier lulusan yang lebih didorong oleh minat dan peluang ekonomi. Dengan demikian, relevansi jurusan kuliah menjadi semakin cair dan tidak dapat lagi diukur secara kaku berdasarkan kesesuaian antara ijazah dan pekerjaan.

Studi Kasus: Lulusan yang Tidak Sesuai Bidang
   Fenomena lulusan yang bekerja di luar bidang studinya dapat dilihat di berbagai sektor. Misalnya, banyak lulusan Pendidikan bekerja di bidang pemasaran digital, lulusan Ekonomi menjadi software developer, atau lulusan Hukum menjadi content creator. Berdasarkan kajian JPIT (2022), faktor utama yang memungkinkan hal ini adalah adanya peluang besar di sektor industri kreatif dan digital yang tidak mensyaratkan kesesuaian bidang akademik, melainkan kemampuan praktis dan portofolio.
   Contohnya, seorang lulusan Sastra Inggris mungkin lebih mudah diterima di perusahaan teknologi karena kemampuannya berkomunikasi dalam bahasa global dan menulis konten kreatif, dibandingkan lulusan Teknik yang tidak menguasai soft skill komunikasi. Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi lintas bidang menjadi nilai tambah yang krusial. Dunia kerja modern lebih menekankan pada hasil dan kemampuan nyata daripada sekadar gelar akademik.
   Penelitian Lubis (2021) juga menemukan bahwa sebagian besar responden lulusan perguruan tinggi Islam bekerja di bidang yang tidak sesuai dengan jurusan karena faktor pragmatis: lapangan kerja terbatas di bidang spesifik. Namun, mereka mampu beradaptasi dengan mengikuti pelatihan singkat atau kursus profesional. Ini membuktikan bahwa fleksibilitas dan kemauan belajar menjadi kunci keberhasilan lulusan di tengah disrupsi industri.

Transformasi Pendidikan Tinggi untuk Menjawab Tantangan
   Untuk menjaga relevansi jurusan kuliah di era disrupsi industri, lembaga pendidikan tinggi perlu melakukan transformasi yang komprehensif. Menurut JPIT (2022), ada beberapa langkah strategis yang dapat dilakukan:

1. Pembaruan Kurikulum Berbasis Industri.
Kurikulum harus disusun berdasarkan kebutuhan nyata industri dengan melibatkan praktisi sebagai mitra. Program link and match antara kampus dan dunia kerja perlu diperkuat agar mahasiswa memperoleh pengalaman kontekstual.


2. Integrasi Keterampilan Digital dan Soft Skill.
Setiap jurusan, apapun bidangnya, perlu membekali mahasiswa dengan literasi digital, komunikasi, kolaborasi, dan kemampuan berpikir kritis. Hal ini sejalan dengan temuan Lubis (2021) bahwa soft skill menjadi penentu utama keberhasilan karier.

3. Penguatan Program Magang dan Proyek Riil.
Magang bukan lagi sekadar formalitas, tetapi harus menjadi bagian integral dari proses pembelajaran yang menghubungkan teori dengan praktik industri. Mahasiswa perlu diberi ruang untuk menghadapi tantangan dunia kerja secara langsung.


4. Fasilitasi Pembelajaran Sepanjang Hayat.
Kampus perlu berperan sebagai pusat pembelajaran berkelanjutan (lifelong learning center) yang menyediakan pelatihan bagi alumni untuk upskilling dan reskilling sesuai kebutuhan industri terkini.

Dengan transformasi tersebut, jurusan kuliah akan tetap relevan karena mampu menyiapkan lulusan yang fleksibel, adaptif, dan siap menghadapi ketidakpastian dunia kerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun