Mohon tunggu...
Betris Oktarini A
Betris Oktarini A Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Lampung

Saya Adalah Mahasiswi S1 Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, di Universitas Lampung

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Analisis Gaya Kepemimpinan Jenderal TNI Prof. Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono

14 April 2024   10:54 Diperbarui: 14 April 2024   11:15 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.enbeindonesia.com/nasional/pr-1524193589/hut-ke-77-ri-sby-optimis-ekonomi-tumbuh-6-persen

                              

Jenderal TNI (HOR) (Purn.) Prof. Dr. Dr. (HC). H. Susilo Bambang Yudhoyono, M.A., GCB., AC atau biasa disapa dengan panggilan SBY merupakan presiden ke 6 Indonesia dan menjadi presiden pertama yang dipilih berdasarkan proses pemilihan umum (pemilu). SBY sendiri menjabat sebagai presiden selama 2 periode, yaitu pada tahun 2002-2009 dan tahun 2009-2014. Dilahirkan pada tahun 1949, SBY memulai karirnya dalam dunia militer sebelum kemudian memasuki panggung politik. Sebelum menjabat sebagai Presiden, SBY memiliki riwayat karir yang cemerlang, termasuk menjabat sebagai Menteri Pertambangan dan Energi, Menteri Koordinator Bidang Politik, Sosial, dan Keamanan, serta Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI).

Selama pemerintahannya, Presiden SBY menekankan pentingnya diplomasi yang damai, yang tercermin dalam semangat "Thousand Friends Zero Enemy" yang menjadi khas pada masa itu. Jargon "Thousand Friends Zero Enemy" merupakan contoh dari kreativitas yang ditunjukkan oleh SBY dalam proses berpikir strategisnya. Kreativitas semacam ini dalam berpikir komprehensif sangat penting karena dapat mencegah organisasi yang dipimpin oleh seorang pemimpin dari kemungkinan berbelok ke arah yang tidak diinginkan.

Menulusuri lebih dalam terkait kepemimpinan disini kami akan membahas lebih dalam mengenai gaya kepemimpinan otentik, demokratis, dan kharismatik dari seorang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono serta teori kepemimpinan situasional Hersey-Blanchard.

Gaya Kepemimpinan SBY

1) Kepemimpinan Otentik
Authentic Leadership atau kepemimpinan otentik merupakan gaya kepemimpinan di mana pemimpin memiliki kesadaran yang mendalam terhadap dirinya sendiri dalam pemikiran dan tindakan, serta dianggap oleh orang lain sebagai individu yang peduli terhadap nilai-nilai moral, baik dalam dirinya maupun orang lain. Mereka memiliki wawasan yang luas dan kekuatan yang kuat, serta mampu memahami konteks di mana mereka beroperasi. Mereka juga memiliki keyakinan, harapan, optimisme, ketangguhan, dan karakter moral yang kuat (Avolio et al, 2004).
Pada masa jabatannya Presiden SBY menampilkan kepemimpinan yang kuat, berani, dan berpikir tajam dalam mengambil keputusan selama masa jabatannya. 

Gaya kepemimpinannya mencerminkan Authentic Leadership yang ditandai dengan kesadaran moral yang tinggi, wawasan yang luas, optimisme yang bersemangat, dan ketangguhan karakter yang konsisten. Meskipun latar belakangnya berasal dari militer, SBY tidak memperlihatkan ciri kepemimpinan otoriter yang sering dikaitkan dengan konteks militer. Justru sebaliknya, dalam menghadapi situasi kontroversial seperti demo kenaikan harga BBM pada tahun 2004, ia menunjukkan sikap yang santai dan tidak terburu-buru dalam mengambil tindakan, menganggapnya sebagai bagian dari perdebatan yang sehat tanpa perlu melakukan represi atau tindakan keras.

2) Kepempininan Demokratis
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono / SBY mendapat julukan sebagai "bapak demokrasi" karena ia menjadi presiden melalui proses pemilihan umum (pemilu) sehingga tak heran jika SBY yang sering disebut sebagai demokratis menekankan partisipasi aktif dari bawahan dalam proses pengambilan keputusan.
Gaya kepemimpinan demokratis yang dimiliki SBY tercermin dalam kesediaannya untuk mendengarkan dan menerima masukan dari rakyat. Dalam pengambilan keputusan, beliau cenderung melakukan konsultasi dan musyawarah sebagai langkah untuk melibatkan berbagai pihak terlebih dahulu. SBY memahami pentingnya mendengarkan pandangan dan kontribusi dari semua anggota timnya, sehingga dia memberikan kesempatan bagi mereka untuk menyampaikan ide secara bebas. Ini memungkinkan SBY untuk mendapatkan sudut pandang yang beragam dalam pengambilan keputusan, yang pada akhirnya menghasilkan keputusan yang lebih inklusif dan representatif. Namun, meskipun SBY mendorong demokrasi dalam kepemimpinannya, dia juga memahami perlunya menjaga keteraturan dan efisiensi dalam pemerintahan. Oleh karena itu, dia tidak mengabaikan elemen birokrasi dalam kepemimpinannya.

SBY menegakkan disiplin dan aturan yang ketat untuk memastikan efisiensi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintahannya. Ini menunjukkan pendekatannya yang seimbang antara demokrasi dan birokrasi dalam memimpin negara, di mana kedua elemen tersebut saling melengkapi untuk mencapai tujuan-tujuan pemerintahan yang diinginkan. Dengan menggabungkan pendekatan demokratis dan birokratis dalam kepemimpinannya, SBY berhasil menciptakan lingkungan kerja yang harmonis di mana partisipasi aktif dan kepatuhan terhadap aturan berjalan seiring. Ini memungkinkan pemerintahannya untuk beroperasi secara efisien dan efektif, sambil tetap memperhatikan kepentingan dan aspirasi masyarakat secara menyeluruh.

3) Kepemimpinan Kharismatik
Pemimpin yang kharismatik memiliki kekuatan bawaan yang dapat mempengaruhi orang lain secara positif, sehingga mampu menarik dukungan orang lain untuk mengikuti arahannya. Kehadiran visi yang terang benderang menjadi salah satu faktor utama yang menjadikan pemimpin karismatik tetap dihormati, sehingga dampak dari kepemimpinan mereka akan terus terasa oleh para pengikutnya. Sebagaimana SBY, Walaupun tidak lagi menjabat sebagai Presiden RI, SBY tetap memiliki pengaruh yang signifikan karena visi yang diusungnya, yakni menciptakan Indonesia yang lebih baik dan bermartabat. Meskipun masa kepemimpinannya telah berakhir, gagasan-gagasannya terus mempengaruhi kebijakan organisasi partai. Hal ini menunjukkan bahwa kharisma seorang pemimpin karismatik tidak terbatas pada masa jabatannya, tetapi tetap relevan dan berdampak dalam jangka waktu yang panjang.

B. Teori Kepemimpinan Situasional Hersey-Blanchard SBY

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun