Mohon tunggu...
Betari Tyas Maharani
Betari Tyas Maharani Mohon Tunggu... Lainnya - Kata Imam Syafi'i, ilmu itu seperti hewan buruan, sedangkan tulisan adalah tali ikatannya. Maka ikatlah hewan gembalamu dengan tali yang kuat.

http://irumaharani.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Ikhtisar Ihya' Ulumuddin, Kitab Masterpiece yang Memuat Seluruh Aspek Kehidupan

22 Mei 2021   06:27 Diperbarui: 22 Mei 2021   06:52 2057
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Jika semua kitab Islam hilang, naudzubillah, dan yang tersisa hanya kitab Ihya ini,maka ia mencukupi semua kitab yang hilang itu" Imam Nawawi, Ulama dan penulis kitab Riyadush Shalihin.

Saat membaca kutipan tersebut di cover belakang Ikhtisar Ihya' Ulumuddin ini, yang pertama terlintas dalam benak kita pastinya adalah; Selengkap, sebaik dan seindah apa kitab ini? Hingga seorang ulama besar, Imam Nawawi, bisa mengatakan bahwa kitab ini bisa mencukupi seluruh kitab?

 

Tentang Kitab Ihya Ulumuddin

Kitab Ihya' Ulumudin bertemakan tentang kaidah dan prinsip penyucian hati yang akan memandu kita menemukan jalan kehidupan sesuai dengan petunjuk dan teladan Rasulullah Saw. Kitab ini termasuk kitab terakhir yang dikarang oleh Hujjat al-Islam, Imam al-Ghazali. Beliau adalah tokoh dan filsuf terkemuka yang memiliki kejeniusan dalam bidang fiqh dan tasawuf.

Sebagaimana arti dari judulnya, kitab Ihya' ditulis dengan tujuan menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama yang dianggapnya mulai terkubur. Dan benar, bagaikan masterpiece sebuah kitab, Ikhtisar Ihya' Ulumuddin karya Imam al-Ghazali ini mencakup berbagai disiplin ilmu agama dan mampu menguraikannya dengan sangat detail. Mulai dari prinsip dasar keyakinan (ketauhidan), ibadah, hingga akhlak berdasar pada sumber yang otentik; Al-Qur'an dan As-Sunnah yang akan membawa kebahagian di akhirat. Hebatnya lagi, kitab ini tidak saja terkenal di kalangan kaum muslim, tetapi juga di Dunia Barat dan luar Islam karena ajarannya yang menyeluruh.

Pada dasarnya, ada beberapa versi dari Kitab Ihya' ini. Ada yang terbagi menjadi 4, 9 hingga 12 jilid. Setiap jilid dibagi berdasarkan tema utamanya. 

Pada kitab aslinya, diterangkan bahwa kitab Ihya ini terdiri dari empat rubu' (empat bagian besar kitab), dan di setiap rubu' terdiri dari 10 bab. Rubu' pertama adalah rubu al-ibadat yang membahas ilmu ketauhidan dan perihal ibadah; kedua rubu al-adat yang membahas tentang adab sehari-hari, ketiga rubu al-muhlikat yang menyentuh sisi keajaiban hati dan pengkajian terhadap penyakit-penyakit spiritual berdasarkan ilmu al-Quran, dan keempat rubu al-munjiyat, membicarakan penyucian diri menuju kesuksesan akhirat.

Imam al-Ghazali menulis kitab Iya dengan sistematika pembagian tersebut dengan tujuan menyajikan ilmu yang mudah dipahami dan mudah dipraktekkan secara langsung. Imam al-Ghazali membagi ilmu tasawwuf menjadi dua: pertama, ilmu muamalah (terapan) dan kedua, ilmu mukasyafah (pengetahuan). 

Dituturkan olehnya, pembahasan Kitab Ihya Ulumuddin memang ditekankan dalam wilayah muamalah/ ilmu amal-perbuatan yang "selain harus diketahui, juga dituntut untuk diamalkan", baik secara lahir maupun batin, seperti fiqh penjelasan kewajiban-kewajiban agama seperti taharah, shalat, puasa, haji, zakat dan lain-lain yang semuanya dilaksanakan secara fisik dan secara sosial.

Adapun kitab Ikhtisar Ihya' Ulumuddin yang diterbitkan oleh Turos Pustaka ini adalah ringkasannya, dikemas lengkap dalam 1 buku. Pada halaman depan buku ini, disajikan peta buku yang memberikan gambaran singkat tentang penulis kitab dan karya-karyanya, hingga isi pembahasannya.

Imam al-Ghazali selalu memasukkan rujukan dalil al-Quran dan Hadits dalam pembahasan materinya. Namun sayangnya, kitab Ihya ini tidak menyebutkan sanad Hadits-hadits tersebut dengan jelas. Karenanya, kitab ini kemudian menarik perhatian para muaddits untuk melakukan kajian terhadap Hadis-hadis yang terdapat di dalamnya, baik dari ulama terdahulu maupun ulama kontemporer. 

Ulama-ulama tersebut kemudian men-takhrij (berusaha menemukan matan dan sanad hadist secara lengkap dari sumber-sumbernya yang asli) Hadis-hadis tersebut, ada juga yang melengkapinya dengan syarah (usaha menjelaskan atau mengungkap makna yang terdapat dibalik teks hadis) dan ada pula yang hanya memberikan kritikan.

Di luar dari keterbatasannya, sungguh kitab ini memang kitab yang luar biasa. Anggap aja, dengan mempelajari ini, kita jadi semangat untuk mempelajari juga ulummul hadits.

Kitab ini sampai disebut sebagai kitab yang hampir mirip dengan al-Quran oleh Imam Nawawi. Sebab semua perkara kehidupan lengkap dibahas dalam kitab ini, mulai dari hal yang bersifat ibadah (hablu minallah) hingga seluruh aspek muamalah (hablu minannas). Bahasan adab dalam kehidupan manusia mulai dari terbangunnya hingga tidur lagi semua dikaji disini.

Bahasan-bahasannya detail dan konkret. Diawali dengan kajian ilmu mukasyafah (pengetahuan) seperti keutamaan menuntut ilmu, bahaya jika tak berilmu, persoalan-persoalan dasar dalam ibadah seperti thaharah dan shalat, adab terhadap al-Qur'an, dzikir dan doa. 

Dilanjutkan dengan penerapan adab-akhlak seorang muslim di dalam berbagai aspek kehidupan,  seperti adab makan minum, hakikat persaudaraan (ukhuwah), menahan nafsu dan emosi, tentang bagaimana mestinya memandang dan menyikapi jabatan, tentang adab dalam berkawan, berharap, bertutur kata, hingga konsep zuhud, tawakal, dan kajian perihal hati, cinta, rindu dan keridhoan.

Kajian perihal hati merupakan salah satu bagian yang paling menarik bagi saya. Imam al-Ghazali memberikan perumpamaan hati sebagai cermin. "Selama cermin itu bersih dari karat dan noda, maka akan terlihat banyak hal. Tapi ketika sudah dipenuhi karat dan tak ada yang bisa menghilangkan dan membersihkannya serta membuat cermin itu mengkilap, maka karat itu akan semakin kuat menempel di hati sampai menyatu dengannya."

Saat hati kita sehat, kita bisa menerima semua ilmu dan nasihat dengan baik, namun ketika hati kita sakit (terdapat rasa dengki, pemikiran dan prasangka negatif) ibarat cermin yang sudah pekat tertempel karat hingga pembersih model apapun tidak akan mampu membersihkannya. Nasihat seperti apapun akan senantiasa susah diterima terima. Dan ketika hati sudah kehilangan kendali-kontrol diri, maka setan yang akan menguasainya sehingga sifat-sifat terpuji berbalik menjadi sifat tercela. (Halaman 303)

Rasulullah saw. bersabda "Hati ada empat macam. Yaitu  hati bersih dan didalamnya ada pelita yang menyala adn itulah hati seorang mukmin. Lalu hati hitam terbalik  dan itulah hati orang kafir. Kemudian hati yang tertutup dengan tutup yang terikat dan itulah hati orang munafik. Dan hati berlapis yang didalamnya ada iman dan kemunafikan. Iman yang ada dalan hati ini ibarat tanaman sayur yang dipersubur dengan air yang baik. Sedangkan kemunafikan yang ada di dalamnuya adalah ibarat luka yang dipenuhi dengan nanah. Mana saja dari keduanya yang berkuasa atas hati itu, maka ia yang membawanya pergi."

Allah berfirman dalam QS. al-A'raf (7): 201

"Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa apabila mereka dibayang-bayangi pikiran jahat (berbuat dosa) dari setan, mereka pun segera ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat (kesalahan-kesalahannya)."

Allah swt. Hendak memberi tahu bahwa penglihatan dan pengkilapan hati bisa dicapai melalui zikir, dan zikir bisa dilakukan dengan rasa takwa. Hati yang dipenuhi dengan ketakwaan kepada Allah, jauh dari hawa nafsu dan sifat-sifat yang tercela, sesungguhnya ketika hati itu diketuk oleh syetan untuk lalai dari zikir kepada Allah, mereka akan berlindung dan mengingat Allah lagi, hingga syetan itu tertinggal dan tak dapat memasuki hatinya.

Demikianlah, pada bab akhir kitab ini, kita diajak merenung dengan instropeksi diri (muhasabah), berpikir (tafakur), mengingat Allah dan mengingat kematian. 

Pembahasan kitab ini ditutup dengan kisah wafatnya Rasulullah saw. dan khulafaur rasyidin, gambaran Telaga Kautsar di syurga dan nikmat-nikmatnya hingga kengerian neraka Jahannam agar kita termotivasi untuk senantiasa memilih jalan yang benar, demi mencapai cinta dan ridhoNya. 

Terakhir, nasihat dari imam al-Ghazali pada bagian penutup, kita diarahkan agar senantiasa optimis pada kekuasaan rahmat Allah karena sungguh rahmat Allah sangatlah luas.

Spesifikasi Buku
Judul               : Ikhtisar Ihya' Ulumuddin
Penulis           : Imam al-Ghazali
Penerjemah  : Moh. Yusni Amru Ghozaly, S.sos, M.Ag
ISBN                 : 978-602-7325-25-3
Ukuran            : 15 x 23
Isi                      : 684 halaman
Penerbit          : Wali Pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun