Mohon tunggu...
Besse Herdiana
Besse Herdiana Mohon Tunggu... Dosen - Its me

Saya perempuan yang selalu gagal menghibur diri sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Apakah Hanya Saya yang Ingin "The King Eternal Monarch" Berakhir Tragis?

15 Juni 2020   21:30 Diperbarui: 19 Juni 2020   23:37 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa cerita tidak pernah memaksakan untuk dipahami, entah dari segi alur yang rumit atau beberapa kegagalan interpreasi kita sebagai penikmat/ pembaca.

Saya harus berterima kasih kepada Kim Eun Sook, sudah mengotak-atik kepala saya sehingga episode 1 sampai 3 harus saya ulang beberapa kali dan beberapa bantuan penjelasan dari Ratu Bulkis Ramli.

Dunia paralel seingat saya bukanlah wajah baru dalam fiksi entah film atau narasi. Beberapa film animasi dengan tema dunia paralel yang direkomendasikan teman tidak pernah saya tuntaskan dengan baik.

Pun pengetahuan tentang dunia paralel kemudian saya peroleh dari hasil pembacaan singkat buku 'Michio Kaku', berawal dari ketidak puasan saya terhadap ending The King Eternal Monarch yang harus bahagia. Bukankah orang-orang akan belajar banyak hal dari hal-hal yang tragis.

Tragedi menurut saya selalu menciptakan jiwa-jiwa yang kokoh. Baiklah kembali ke perihal buku 'Michio Kaku' di awal bab I dibuka dengan kutipan menarik dari G.K Chesterson kira-kira seperti ini:

"Penyair hanya mampu meminta agar kepalanya memasuki langit. Sedangkan pemikir berusaha agar langit masuk ke dalam kepalanya. dan pecahlah kepalanya"

Saya kemudian membayangkan isi kepala Einstein yang seperti balon karet mainan anak kecil yang jika volume udara yang ditiupkan tidak sanggup menampung kapasitas balon maka boomm duar akan meledak.

Nyatanya hal ini tidak terjadi pada Einstein, justru saya temukan pada beberapa penyair yang tidak sanggup bertarung dengan kepalanya dan memilih mati, sebut saja si Van Gogh yang mengiris telinganya misalnya.

Dunia paralel yang disajikan oleh Kim Eun Sook dalam The King Eternal Monarch mengantar kita pada dunia imajinasi yang melampaui batas realitas, dua dunia, orang yang berbeda dengan wajah yang sama. Ada semesta baru dari replika semesta yang lain.

Orang-orang bisa saling mengunjungi tetapi tidak bisa hidup berdampingan, sehingga harus mengorbankan yang satu untuk kebertahanan yang lain.

Salah satu adegan menarik menurut saya adalah aksi heroik Lee Gon terlihat ketika pertempuran sengit terjadi tetapi dia memilih mundur untuk tidak mengorbankan nyawa rakyat lebih banyak.

Untuk bagian ini saya harus membangunkan mimpi panjang saya untuk tidak berharap lebih banyak dari dunia fiksi, indah dalam fiksi gagal dalam penerapan realitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun