Mohon tunggu...
Besse Herdiana
Besse Herdiana Mohon Tunggu... Dosen - Its me

Saya perempuan yang selalu gagal menghibur diri sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Apakah Hanya Saya yang Ingin "The King Eternal Monarch" Berakhir Tragis?

15 Juni 2020   21:30 Diperbarui: 19 Juni 2020   23:37 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lee Min Ho dan Kim Go Eun dalam adegan di drama Korea, The King: Eternal Monarch (Netflix, The King Eternal Monarch via KOMPAS.com))

Beberapa cerita tidak pernah memaksakan untuk dipahami, entah dari segi alur yang rumit atau beberapa kegagalan interpreasi kita sebagai penikmat/ pembaca.

Saya harus berterima kasih kepada Kim Eun Sook, sudah mengotak-atik kepala saya sehingga episode 1 sampai 3 harus saya ulang beberapa kali dan beberapa bantuan penjelasan dari Ratu Bulkis Ramli.

Dunia paralel seingat saya bukanlah wajah baru dalam fiksi entah film atau narasi. Beberapa film animasi dengan tema dunia paralel yang direkomendasikan teman tidak pernah saya tuntaskan dengan baik.

Pun pengetahuan tentang dunia paralel kemudian saya peroleh dari hasil pembacaan singkat buku 'Michio Kaku', berawal dari ketidak puasan saya terhadap ending The King Eternal Monarch yang harus bahagia. Bukankah orang-orang akan belajar banyak hal dari hal-hal yang tragis.

Tragedi menurut saya selalu menciptakan jiwa-jiwa yang kokoh. Baiklah kembali ke perihal buku 'Michio Kaku' di awal bab I dibuka dengan kutipan menarik dari G.K Chesterson kira-kira seperti ini:

"Penyair hanya mampu meminta agar kepalanya memasuki langit. Sedangkan pemikir berusaha agar langit masuk ke dalam kepalanya. dan pecahlah kepalanya"

Saya kemudian membayangkan isi kepala Einstein yang seperti balon karet mainan anak kecil yang jika volume udara yang ditiupkan tidak sanggup menampung kapasitas balon maka boomm duar akan meledak.

Nyatanya hal ini tidak terjadi pada Einstein, justru saya temukan pada beberapa penyair yang tidak sanggup bertarung dengan kepalanya dan memilih mati, sebut saja si Van Gogh yang mengiris telinganya misalnya.

Dunia paralel yang disajikan oleh Kim Eun Sook dalam The King Eternal Monarch mengantar kita pada dunia imajinasi yang melampaui batas realitas, dua dunia, orang yang berbeda dengan wajah yang sama. Ada semesta baru dari replika semesta yang lain.

Orang-orang bisa saling mengunjungi tetapi tidak bisa hidup berdampingan, sehingga harus mengorbankan yang satu untuk kebertahanan yang lain.

Salah satu adegan menarik menurut saya adalah aksi heroik Lee Gon terlihat ketika pertempuran sengit terjadi tetapi dia memilih mundur untuk tidak mengorbankan nyawa rakyat lebih banyak.

Untuk bagian ini saya harus membangunkan mimpi panjang saya untuk tidak berharap lebih banyak dari dunia fiksi, indah dalam fiksi gagal dalam penerapan realitas.

Di akhir cerita, perjalanan Lee Gon untuk menemui kekasihnya harus melewati dan membuka beberapa pintu semesta. Wajah yang sama kerapkali ia temui pada masa yang berbeda dengan orang yang berbeda. Pasangan itu harus mengunjungi berbagai dunia di waktu yang berbeda.

Nah apa yang ingin saya katakan bahwa inkonsistensi cerita tentang definisi dua dunia dan dua semesta yang tidak bisa berjalan beriiringan dalam film tersebut. 

Jika Luna Hidup maka Tael harus mati untuk menjaga keseimbangan kehidupan. Sementara di akhir cerita kita disuguhi dengan Tael yang berakhir bahagia dengan bisa mengunjungi semesta yang lain dengan digantikan oleh Luna dalam dunia real.

Artinya apa?

Dalam teori mekanika kuantum sendiri menyebutkan bahwa dunia paralel yang tercipta berisi segala kemungkinan kejadian dan kebalikan dari peristiwa yang sesungguhnya, sehingga akan lebih berterima ketika dalam semesta yang satu tokoh ataupun segala isi semesta punah dan hanya bertahan replika semesta yang baru, hyperspace akan berfungsi sebagai tempat pelarian dan munculnya kehidupan baru (Saya menuliskan bagian ini seraya berpikir mungkin di semesta yang lain saya pernah dekat dengan Lee Gon. haha).

The King Eternal Monarch sukses mendapat apresiasi bagi para pecinta  K-drama terbukti dari rata-rata rating yang diperoleh selalu stabil sejak awal ditayangkan dari episode 1 sampai ending 16 episode ditambah dengan nilai plus penampakan wajah Lee Gon (Lee Min Ho).

Ending yang berakhir bahagia selalu menjadi tujuan utama para penikmat, bukankah tidak ada yang menginginkan tidak bahagia?

Katakanlah saya menginginkan hal yang terbalik. Belakangan kisah-kisah tragis menurut saya lebih memiliki roh, Akan tetapi dalam beberapa hal saya sepakat kalau seorang penulis tidak perlu merasa terbebani dengan kehendak pembaca.

Menulis yah menulis saja. Saya kurang setuju kalau seorang penulis seperti idol yang takut kehilangan fans, sehingga roh tulisannya hilang.

Eka Kurniawan pernah menyebutkan bahwa orang-orang bisa memberikan penafsiran pada setiap cerita, kemana-mana.

Kalau orang yang menafsirkan orang cerdas maka hasil tafsirannya akan cemerlang. Jika bebal, maka akan ditafsirkan dengan sedikit ketololan.

Mungkin saya pada kategori kedua, penafsir yang sedikit bebal dengan mengingnkan ending yang berbeda dari yang diharapkan bukankah tolol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun