Mohon tunggu...
Belinda Gandasurya
Belinda Gandasurya Mohon Tunggu... Ilustrator - Belinda G.

siswa mipa pecinta seni

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perbandingan Warisan Kesultanan Maritim Gowa-Tallo dan Demak di Indonesia

31 Oktober 2019   19:56 Diperbarui: 31 Oktober 2019   20:02 340
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.romadecade.org/kerajaan-demak/ 

Disusun oleh: Anastasia Belinda G. XI MIA 1

Masuknya agama Islam ke Indonesia tidak jauh dari keakhiran masa kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia. Ketika Majapahit sebagai kerajaan terakhir periode Hindu-Buddha jatuh, pengaruh Islam sudah merangkul hampir seluruh Nusantara. Masuknya agama Islam sendiri bergantung pada para pedagang Islam yang datang ke Indonesia; tujuan mereka adalah berdagang di pelabuhan yang sebelumnya dikuasai kerajaan maritim Hindu-Buddha.

Bukti tertua yang dipercaya mengenai masuknya agama Islam adalah kronik yang ditulis oleh musafir Venesia, yakni Marco Polo yang singgah di Sumatra dalam perjalanannya ke Tiongkok. Di Sumatra, ia singgah di Perlak, Aceh utara, dan menemukan pedagang dari Gujarat yang menyebarkan agama Islam. Penduduk yang beragama Islam banyak berada di Perlak, sehingga disimpulkan bahwa Islam baru-baru saja masuk Perlak. Saat itu tahun 1292. Makam Sultan Malik Al-Saleh bertanda tahun 1297 menunjukkan bahwa Samudera Pasai adalah kesultanan pertama di Nusantara. Kesultanan ini mendapat kunjungan Ibnu Battuta, utusan sultan Delhi pada tahun 1345. Ia mencatat bahwa Samudera Pasai adalah pelabuhan penting, kesultanan dengan istana yang ditata layaknya milik raja India, bahkan memiliki penguasa orang Persia.

Abad XV, penduduk pesisir Jawa terkhusus di Jepara, Tuban, dan Gresik mulai memeluk agama Islam. Seorang pangeran Paramirosa dari Majapahit, yang kala itu mengalami perebutan kekuasaan, menjadi raja Malaka pada tahun 1405 dengan gelar Sultan Iskandar Syah. Malaka pun menajdi pusat penyebaran agama Islam di daerah barat Nusantara sebelum jatuh ke Portugis pada 1511.

Di timur, Ternate menjadi pusat penyebaran Islam ke pelosok pedalaman Nusantara. Abad XVI, penyebaran lebih intensif. Islam menyebar ke Kampar dan Indragiri, lalu Minagkabau, Bengkulu, dan sebagian Batak. Penyebaran Kerajaan Demak meluaskan pengaruh Islam ke Banten, lalu ke Lampung dan Palembang. Dari Ternate, Islam merambat ke Maluku dan Sulawesi bagian timur serta utara. Perdagangan orang Bugis meluaskan pengaruh islam ke Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara serta kepulauan Nusa Tenggara.

Hanya beberapa daerah yang melanjutkan kebudayaan Hindu, diantaranya Bali, Lombok Barat, Blambangan, dan timur Jawa.

Proses masuknya agama Islam ke Indonesia sendiri masih diperdebatkan; terdapat tiga teori yang dibedakan oleh tahun masuknya dan siapa yang membawanya masuk, yaitu teori Gujarat, Mekkah, dan Persia. Dari ketiga teori tersebut, yang paling sesuai dengan keberadaan Kesultanan Demak dan Gowa-Tallo adalah teori Gujarat, karena waktu masuknya yang cukup awal namun didukung bukti-bukti yang sesuai. Teori Gujarat didukung Snouck Hurgronje, W.F. Suttherheim, dan B.H.M. Vlekke, dan menyatakan agama Islam dibawa masuk oleh pedagang Islam dari Gujarat, India pada abad XIII. Teori ini didukung bukti batu nisan Sultan Samudera Pasai yaitu Sultan Malik Al-Saleh, bertanda 1297, yang memiliki corak Gujarat.

Kesultanan Demak sendiri berdiri pada tahun 1500-1568 sebagai kesultanan Islam pertama di tanah utara Jawa. Persisnya, Demak terletak di Jawa Tengah. Raja pertama yang memerintah Demak adalah Raden Patah, awalnya bernama Pangeran Jimbun. Setelah berguru pada Sunan Ampel ia diangkat Brawijaya V menjadi adipati Demak (1478). Raden Patah membentuk Kesultanan Demak, yang menjadi pusat perdagangan dan penyebaran agama Islam di pulau Jawa, serta menaklukkan Majapahit yang kala itu melemah. Raden Patah bergelar Sultan Alam Akbar al-Fatah; ia membangun Masjid Agung Demak.

Sumber: https://salamadian.com/kesultanan-kerajaan-demak/ 
Sumber: https://salamadian.com/kesultanan-kerajaan-demak/ 

Kejayaan Demak terjadi berkat Sultan Trenggana (1521-1546). Ia menyebarkan Islam ke daerah kekuasaannya yang membesar, namun Portugis tetap menjadi musuh Demak. 22 Juni 1527, Fatahillah mengusir Portugis dari Pelabuhan Sunda Kelapa di Jawa Barat; Fatahillah lalu mengganti nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta, artinya kemenangan yang gemilang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun