Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Belajar Kearifan Wastra Nusantara di "Tahun Politik"

12 September 2018   15:09 Diperbarui: 12 September 2018   15:25 516
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beragam jenis wastra nusantara yang indah. (Foto: BDHS)

Ulos yang Memberi Kehangatan

Contoh lain dari semangat persatuan dalam keberagaman bermasyarakat, bisa dilihat dari ulos, kain tenunan khas masyarakat Batak, Sumatera Utara. Ulos diambil kata mangulosi, yaitu memberi dengan cara mengalungkan kain tenun itu di pundak orang yang menerima ulos.

Mangulosi merupakan kegiatan adat penting yang hampir tak pernah ditinggalkan, baik dalam acara pernikahan, menyambut kelahiran seorang bayi, atau pun saat suasana duka cita. Pada saat itulah, orang yang mengalami peristiwa-peristiwa tersebut diberi ulos oleh pihak keluarga dan kerabatnya.

Ini merupakan pertanda memberikan kehangatan atau simpati dan rasa persaudaraan. Keberadaan ulos jelas bukan sekadar kain tenun biasa, tetapi mempunyai makna lebih, sikap saling memperhatikan satu sama lain, baik di kala senang maupun susah.

Bagi masyarakat Batak, kehangatan itu penting, karena dulu para leluhur berdiam di dataran tinggi dan pegunungan yang suhunya cenderung dingin. Orang Batak mengenal sedikitnya tiga sumber kehangatan, yaitu matahari, api, dan ulos. Matahari terbit dan menghangatkan tubuh, namun hilang di malam hari atau ketika cuaca mendung dan berhujan. Sementara api memang mudah dinyalakan, namun untuk menghangatkan tubuh, orang harus selalu dekat dengan sumber api. Selain itu, api juga harus dijaga, tidak boleh padam atau sebaliknya membesar dan tak terkedali.

Maka dari situlah masyarakat Batak menenun ulos. Menggunakan ulos dapat dilakukan sepanjang hari, tak perlu terlalu tergantung pada matahari atau pun api. Praktis digunakan dan praktis pula untuk dibawa ke mana pun pergi. Sehingga tubuh dapat tetap terjaga kehangatannya, dan pada gilirannya bila tubuh terasa hangat, pikiran menjadi tenang dan dapat bekerja lebih baik, dibandingkan tubuh yang kedinginan.

Hewan-hewan di Tenun Sumba

Kita juga dapat belajar dari hewan-hewan yang terlihat pada kain tenun Sumba dari Nusa Tenggara Timur. Setidaknya ada tiga hewan yang sering dijadikan bagian dari desain kain tenun Sumba oleh para perajin di sana, kuda, ayam, dan burung kakatua. Bukan saja memperindah desain kain tenun tersebut secara keseluruhan, tetapi kehadiran hewan-hewan itu juga menjadi bukti kain nusantara penuh makna yang positif.

Kuda misalnya, melambangkan kegagahan dan kejantanan. Sepintas terlihat bahwa masyarakat Sumba hanya mengutamakan kaum lelaki, betulkah itu? Ternyata tidak, pada tenun Sumba juga ada gambar ayam, yang melambangkan perempuan. Terutama perempuan yang telah berumah tangga, yang selalu berjalan diikuti anak-anaknya. Jadi di sini terlihat bahwa kesetaraan gender dan sikap saling menghargai antara lelaki dan perempuan terbukti jelas diungkapkan dalam tenun Sumba.

Lalu bagaimana dengan burung kakatua? Ternyata kakatua merupakan lambang persatuan. Masyarakat Sumba sering melihat burung kakatua yang selalu terbang dalam kawanan, bersama-sama. Ini menyiratkan perlunya ditiru sikap burung kakatua, yang mengutamakan persatuan dengan selalu bersama ke mana pun mereka terbang mencapai tujuannya.

Tiga contoh tadi, batik tiga negeri, ulos, dan tenun Sumba, hanya sebagian kecil dari banyaknya ragam wastra nusantara di seluruh pelosok Indonesia. Dari wastra nusantara itu kita dapat belajar hal-hal positif, yang telah diwariskan oleh nenek moyang kita. Belajar saling menghargai, saling membantu, dan menjaga persatuan.

Sungguh, wastra nusantara adalah penanda Indonesia sejati, yang masyarakatnya hidup rukun saling tolong menolong, untuk mencapai kesejahteraan bersama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun