Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bagaimanakah Seharusnya Menulis Nama Bapak Pandu Sedunia?

20 Februari 2017   10:44 Diperbarui: 20 Februari 2017   11:09 41096
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lukisan Baden-Powell karya David Jagger. (Foto: artuk.org)

Menjelang peringatan Hari Baden-Powell pada 22 Februari, sudah banyak pihak yang mempersiapkannya. Termasuk mempersiapkan spanduk, banner, bahkan mungkin pin, badge, dan kaus dengan tulisan nama Bapak Pandu Sedunia itu. Tetapi bagaimanakah seharusnya menulis nama Bapak Pandu Sedunia tersebut? Tulisan ini mencoba menjelaskannya.

Bila kita membahas mengenai gerakan pendidikan kepanduan yang di Indonesia kini dikenal dengan nama Gerakan Pramuka, tentu tak bisa diepaskan dengan kehadiran seorang Baden-Powell. Bernama lengkap Robert Stephenson Smyth Baden-Powell, dia adalah penggagas berdirinya gerakan pendidikan kepanduan sedunia.

Namanya amat terkenal di Kerajaan Britania Raya atau yang lebih kita kenal dengan sebutan Inggris, setelah dia menjadi “Pahlawan Mafeking”, karena keberhasilannya mempertahankan kota Mafeking, yang kini bernama Mafikeng di Afrika Selatan, dari serangan musuh.

Tidak tanggung-tanggung, Baden-Powell bersama pasukannya berhasil mempertahankan Mafeking dari serangan gencar musuhnya selama 217 hari, sebelum bala bantuan dari Inggris tiba di tempat itu. Keberhasilannya itulah yang membuat Baden-Powell disambut sebagai pahlawan sekembalinya ke London, kota kelahirannya di Inggris.

Coin memperingati kepahlawanan Baden-Powell di Mafeking. (Foto: downies.com)
Coin memperingati kepahlawanan Baden-Powell di Mafeking. (Foto: downies.com)
Baden-Powell memang dilahirkan di London, 22 Februari 1857, dan merupakan anak ketujuh dari pasangan Reverend HG Baden Powell, seorang guru besar Universitas Oxford dan istrinya, Henrietta Grace Smyth. Setelah melalui masa sekolahnya, Baden-Powell memulai karier militernya dengan ditugaskan di India pada 1876. Dia kemudian ditugaskan juga di Balkan, Malta, dan Afrika Selatan, yang membuatnya menjadi pahlawan bagi bangsa Inggris.

Sepulang ke Inggris pada 1903 yang membuatnya dijuluki sebagai pahlawan, Baden-Powell justru lebih tertarik pada kenyataan  buku kecil Aids to Scoutingyang ditulisnya sebagai panduan untuk anggota-anggota muda di pasukannya, ternyata digunakan oleh pemimpin-pemimpin kelompok remaja dan guru-guru untuk mengajar mengenai pengamatan dan membuat perlengkapan berguna dari kayu. Hal itu membuat Baden-Powell kdiundang untuk berbicara di sekolah-sekolah dan komunitas kaum remaja tentang bukunya itu.

Pulau Brownsea

Suatu saat Baden-Powell datang ke Boys’ Brigade – organisasi kaum muda Kristen yang pertama kali dibentuk di Glasgow, Inggris –  dan bertemu dengan pendiri organisasi itu, Sir William Smith. Sang pendiri Boys’ Brigade meminta agar Baden-Powell dapat membuat skema pelatihan yang lebih bervariasi bagi anak-anak muda agar menjadi warganegara yang berguna.

Baden-Powell kemudian memulai menulis ulang Aids to Scouting, kali ini lebih ditujukan kepada pembaca usia muda. Untuk memantapkan penulisan ulang itu, dia mengajak 22 anak dan remaja putera yang berusia sekitar 13-14 tahun dari sekolah-sekolah umum yang beberapa di antaranya berasal dari keluarga menengah bawah, untuk berkegiatan di alam terbuka di bawah pimpinannya. Beberapa dari mereka juga merupakan anggota Boys’ Brigade.

Pulau Brownsea. (Foto: thedorsetpage.com)
Pulau Brownsea. (Foto: thedorsetpage.com)
Anak-anak itu diajaknya berkemah di Pulau Brownsea, Dorset, yang tak terlalu jauh dari London. Di sana mereka belajar hidup di alam terbuka, bermain bersama, dan sekaligus belajar hidup mandiri tanpa bantuan orangtua seperti yang mungkin mereka biasa dapatkan di rumah masing-masing. Perkemahan itu dimulai 1 Agustus 1907, dan berlangsung selama delapan hari.  Tanggal 1 Agustus 1907 belakangan dicatat sebagai tanggal penting dalam sejarah gerakan pendidikan kepanduan sedunia, dan sering disebut sebagai “saat fajar menyingsing” organisasi pendidikan tersebut.

Sepulang dari perkemahan delapan hari itu, Baden-Powell mulai memasukkan catatan-catatan yang dibuatnya selama berkemah digabungkan dengan isi buku Aids to Scouting. Hasilnya, Baden-Powell menerbitkan serial berjudul Scouting for Boys, yang diluncurkannya dalam enam kali penerbitan mulai Januari 1908. Tak disangka, karyanya amat disukai anak-anak dan remaja. Pertama-tama di antara keluarga dan teman-teman anak dan remaja yang diajak Baden-Powell berkemah di Pulau Brownsea. Namun kemudian meluas ke mana-mana. Sampai kemudian Scouting for Boys diterjemahkan ke banyak bahasa.

Itulah asal-muasal lahirnya gerakan pendidikan kepanduan di seluruh dunia. Suatu pendidikan nonformal bagi anak-anak dan remaja, untuk melengkapi pendidikan informal – khususnya di lingkungan keluarga dan komunitas terdekat – serta pendidikan formal di sekolah-sekolah. Baden-Powell yang kemudian diberi gelar Lord dan namanya ditulis menjadi Lord Baden-Powell, diakui sebagai Bapak Kepanduan Sedunia.

Buku
Buku
Kurang Tepat

Sayangnya, walaupun Baden-Powell sudah terkenal di seluruh dunia, masih saja ada yang kurang tepat menuliskan namanya. Masih sering namanya dituliskan Baden Powell, padahal seharusnya sebagaimana dia menuliskan sendiri, namanya adalah Baden-Powell. Ada tanda garis penghubung di antara kata “Baden” dan “Powell”.

Ayahnya, HG Baden Powell, memang tidak ada tanda garis penghubung di antara kata “Baden” dan “Powell”, karena namanya adalah HG Baden, sementara nama keluarganya adalah Powell. Ketika dilahirkan dan dibaptis sebagai anak kecil penganut Kristiani, nama lengkap Baden-Powell pun hanya Robert Stephenson Smyth Powell. Namun setelah ayahnya meninggal saat Baden-Powell baru berusia 3 tahun, sang ibu memutuskan mengubah nama keluarganya pada 1869.

Perubahan nama keluarga itu tampaknya juga dipengaruhi kondisi sosial di Inggris saat itu, di mana k

Lord Baden-Powell dan kata-kata mutiaranya. (Foto: pinterest.com)
Lord Baden-Powell dan kata-kata mutiaranya. (Foto: pinterest.com)
abarnya banyak keluarga kelas menengah yang mengubah nama keluarganya agar bila ditulis atau dibaca menjadi lebih indah dan “berkelas”. Henrietta Grace pun memutuskan untuk menggunakan nama keluarga Baden-Powell, dan bukan sekadar Powell saja.

Menyatukan dua nama suaminya Baden dan Powell dengan tanda garis penghubung, juga merupakan penghormatan yang dilakukan Henrietta kepada suaminya itu.  Maka, kini putranya menggunakan nama lengkap Robert Stephenson Smyth Baden-Powell.

Sekali lagi sayangnya, hal seperti ini tampaknya masih dianggap sepele oleh sebagian orang, baik mereka yang aktif di gerakan pendidikan kepanduan maupun para penulis dan penyunting yang menulis tentang Baden-Powell. Memang pada masa-masa awal penerbitan buku Scouting for Boys, di bagian depan masih tercetak nama Baden Powell saja, tanpa garis penghubung antara kata “Baden” dan “Powell”. Tetapi dalam edisi dan cetakan berikutnya, hal itu sudah dikoreksi. Bahkan sampai kini pun, World Scout Shop yang merupakan kedai resmi Gerakan Kepanduan Sedunia, menjual berbagai pernak-pernik dengan tulisan “Baden-Powell”. Jadi kalau ditanyakan, siapakah nama Bapak Pandu Sedunia? Maka jawabannya adalah Baden-Powell, bukan Baden Powell.

Pin Baden-Powell House yang dijual World Scout Shop. (Foto: worldscoutshop.com)
Pin Baden-Powell House yang dijual World Scout Shop. (Foto: worldscoutshop.com)
Daftar Bacaan:

Jeal, Tim. Baden-Powell. Yale Nota Bene, Yale University Press, New Haven & London, 2001.

Sica, Mario. Where It All Began. Brownsea August 1907. Fiordaliso Societa Cooperativa, Roma, 2007.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun