Mohon tunggu...
Berty Sinaulan
Berty Sinaulan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog

Pewarta, Pelatih Pembina Pramuka, Arkeolog, Penulis, Peneliti Sejarah Kepanduan, Kolektor Prangko dan Benda Memorabilia Kepanduan, Cosplayer, Penggemar Star Trek (Trekkie/Trekker), Penggemar Petualangan Tintin (Tintiner), Penggemar Superman, Penggemar The Beatles

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Kecil Berbagi Berita Pramuka Peduli Saat Tsunami di Aceh

30 September 2016   16:34 Diperbarui: 30 September 2016   17:00 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampul muka buku laporan tahunan 2004 World Scout Foundation. Wajah-wajah yang ada pada foto itu sebagian besar saya wawancarai untuk dibagikan beritanya oleh Gerakan Kepanduan Sedunia tentang aktivitas Pramuka Peduli Indonesia membantu korban bencana tsunami di Aceh. (Foto: Istimewa)

Tanggal 26 Desember 2004 di pagi hari. Gempa bumi dan gelombang tsunami meluluhlantakkan bagian utara Pulau Sumatera, terutama di wilayah Provinsi Aceh. Kabarnya banyak yang tewas. Kabarnya? Ya, karena saat itu penggunaan media sosial belum mewabah seperti sekarang, dan siaran televisi lokal pun baru menjelang sore ada gambar langsung dari tempat musibah.

Tidak banyak informasi di hari-hari awal. Hal ini jugalah yang dirasakan oleh Biro Kepanduan Sedunia (World Scout Bureau) yang berpusat di Jenewa, Swiss. Biro ini adalah kantor pusat pelaksana kegiatan kepanduan sedunia, yang di Indonesia dikenal dengan nama Gerakan Pramuka. Luc Pannissod, Deputi Sekretaris Jenderal World Organization of the Scout Movement (WOSM) – organisasi gerakan kepanduan sedunia – yang mengepalai biro tersebut, mencoba mencari informasi sampai ke Jakarta.

Namun, Pannissod belum mendapatkan informasi yang memuaskan. Akhirnya, dia menghubungi saya. Kebetulan kami telah beberapa kali bertemu langsung, karena saya pun aktif di Gerakan Pramuka, bahkan sejak 1998 menjadi perwakilan Indonesia di Kepanduan Asia-Pasifik, tepatnya di Public Relations Subcommittee.

Dia menghubungi saya melalui email dan juga melalui telepon rumah saya di bilangan Matraman, Jakarta Timur. Di saat suasana libur Natal dan Tahun Baru 2005, saya pun mencoba mencari informasi ke sana ke mari. Pannissod yang tahu saya seorang wartawan – dan mungkin karena itu oleh Gerakan Pramuka saya juga ditempatkan di Public Relations Subcommittee Kepanduan Asia-Pasifik – meminta saya untuk mengirim kabar mengenai bencana tragis tersebut. Termasuk sejauh manakah keikutsertaan anggota Gerakan Pramuka ikut membantu meringankan musibah tersebut.

Pannissod mengharapkan pula, agar kalau dapat saya mengirimkan berita secara berkesinambungan bukan hanya sekali saja. Hal itu dianggapnya penting, agar dia dapat segera memuat di situs web resmi WOSM secara berkala, dan pembaca mendapatkan informasi teranyar mengenai musibah dan aktivitas Pramuka Indonesia membantu mengatasi bencana itu.

Begitulah, setelah mendapatkan informasi, saya mulai menulis berita. Seingat saya, kurang dari seminggu setelah kejadian, sudah ada anggota Gerakan Pramuka yang berangkat ke Aceh, lokasi musibah tsunami yang paling menyedihkan. Satu-persatu anggota Gerakan Pramuka, tanpa digerakkan oleh siapa pun, berangkat ke lokasi bencana.


Belakangan, Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka secara resmi memberangkatkan kelompok-kelompok Pramuka Peduli yang menjadi relawan di lokasi bencana. Menggunakan pesawat Hercules TNI-AU, kelompok Pramuka Peduli itu terjun langsung ke daerah-daerah yang kondisinya paling memprihatinkan.

Seorang anggota Pramuka Peduli yang juga Staf Humas Kwarnas, Saiko Damai, mengabadikan aktivitas para Pramuka di sana lewat kamera fotonya. Beberapa fotonya juga saya bagikan dan kirim ke Luc Pannissod untuk dimuat di website resmi WOSM. Belakangan, salah satu foto karya Saiko Damai di sana, memenangkan penghargaan foto terbaik Kepanduan Asia-Pasifik. Fotonya menggambarkan sejumlah anggota Pramuka Peduli sedang mengangkat jenazah korban tsunami, dianggap para juri internasional menggambarkan sikap sejati Pramuka yang selalu siap menolong dan setiap saat ikut serta membangun masyarakat.

Saya sendiri karena keterbatasan waktu, sulit untuk bergabung langsung ke Aceh. Apalagi seingat saya, akhir Desember 2004 dan awal Januari 2005, kondisi fisik saya juga kurang baik. Daripada menyusahkan kalau memaksakan diri berangkat ke sana, lebih baik saya memantau dari Jakarta saja. Di samping setiap waktu tetap menelepon ke Aceh, mengumpulkan data-data untuk menulis berita dan mengirim foto berita untuk website resmi WOSM.

Belakangan saya baru tahu, ternyata Luc Pannissod meminta berita dan foto-foto itu untuk membuktikan kepada kepanduan dunia betapa mengenaskannya bencana tsunami dan sekaligus membuktikan pula bahwa para Pramuka yang merupakan bagian dari anggota kepanduan sedunia tidak tinggal diam, melainkan ikut terjun langsung membantu di arena bencana.

Hasilnya, organisasi-organisasi nasional kepanduan dari banyak negara tergerak untuk memberi sumbangan. Bukan hanya itu, World Scout Foundation (WSF) yang dipimpin oleh Presiden Kehormatan (Honorary President) Raja Carl XVI Gustaf dari Swedia juga memberikan sumbangan cukup besar.

WSF bahkan mengirim Mark A Clayton, seorang staf yang juga fotografer profesional. WSF bermaksud membuat laporan tahunan dalam bentuk buku, berupa aksi para Pramuka di daerah bencana tsunami itu.

Awalnya, saya yang mengirim tulisan dan foto berupa profil beberapa Pramuka yang terjun langsung ke sana. Setelah itu, tulisan dan foto-foto dijadikan bahan dasar untuk ditulis ulang oleh WSF sebelum dimasukkan ke dalam buku laporan tahunan mereka.

Buku laporan tahunan 2004 yang diberi judul “When Leadership Really Counts” itu kemudian disajikan dalam Konferensi Kepanduan Sedunia yang diadakan di Tunisia, 5-9 September 2005. Pada saat itu, delegasi Gerakan Pramuka diwakili oleh Ketua Kwarnas, Prof. Dr. dr. Azrul Azwar, dan Wakil Ketua Kwarnas, Parni Hadi.

Di salah satu sesi, perwakilan dari WSF tampil dan menyampaikan laporan tahunannya dengan menyertakan buku yang berisikan aktivitas para Pramuka Indonesia menolong korban tsunami. Sekitar 10 menit laporan dibacakan, dan diakhir acara “standing ovation” (tepuk tangan sambil berdri tanda menghormati dan mengapresiasi) diberikan kepada Gerakan Pramuka.

Saya mendapatkan informasi itu setelah konferensi selesai. Bagi saya – walaupun tak mendengar dan melihat langsung – tepuk tangan itu juga membuat saya bahagia. Meski pun tidak langsung ikut membantu Pramuka Peduli ke Aceh atau ikut ke konferensi di Tunisia, saya merasa ikut membantu mempublikasikan berita dan foto-foto aktivitas Pramuka membantu korban tsunami di Aceh.

Di tengah keterbatasan saya – antara lain karena waktu dan kondisi fisik tubuh yang agak kurang baik saat itu – paling tidak saya sudah berusaha berbagi. Membagikan informasi yang dapat langsung dibaca dan dilihat fotonya oleh masyarakat kepanduan sedunia.

Lewat berita dan foto-foto itulah, timbul rasa simpati dan bantuan kepanduan sedunia untuk membantu mengatasi tragedi gempa bumi dan tsunami itu. Seperti yang pernah dikatakan Kak Parni Hadi – saya memanggilnya kak sebagai sebutan di antara orang dewasa dalam Gerakan Pramuka – dalam aktivitas pertolongan korban bencana, publikasi juga memainkan peran penting untuk menggalang bantuan dan simpati masyarakat luas.

Saya memang tak bisa berbagi banyak, tetapi paling tidak inilah yang pernah saya lakukan, berbagi lewat keterampilan seorang wartawan, mempublikasikan berita dan foto agar masyarakat luas lebih memahami aktivitas Pramuka, seperti contohnya Pramuka Peduli yang melakukan aksi kemanusiaan di Aceh saat itu. Inilah kisah kecil itu yang saya tuangkan kembali setelah hampir 12 tahun bencana itu berlalu, sambil berdoa dan berharap semoga kejadian bencana alam dapat semakin diprediksi, untuk meminimalisir kerugian yang mungkin terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun