Mohon tunggu...
Bert Toar Polii (Bertje)
Bert Toar Polii (Bertje) Mohon Tunggu... Atlet, Pelatih, Jurnalis Bridge

Lahir 30 Agustus 1953 di Tondano. Penerima Satya Lancana Dharma Olahraga dari Presiden Jokowi, Atlet legenda dari Menpora dan Tuama Leos, Keter wo Nga'asan dari Rukun Keluarga Besar Ratulangi saat memperingati 128 tahun Dr. GSSJ Ratulangi. Sampai sekarang masih aktif sebagai atlit, pelatih dan jurnalis.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Bisakah Orang Buta Main Bridge? Jawabnya Bisa

29 September 2025   09:17 Diperbarui: 29 September 2025   09:17 98
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Zia Mahmood & Omar Syarif Sumber : https://www.facebook.com/photo?fbid=2047363678828945&set=a.1630583360506981 

Bisakah Orang Buta Bermain Bridge? Jawabnya Bisa

Oleh : Bert Toar Polii

Saya beruntung punya pengalaman menarik karena sempat mengikuti pertandingan bersama Zia Mahmood yang berpasangan dengan Om Parkash Chaudry di Calcutta India beberapa tahun yang lalu.

Ketika itu nkami bermain bereempat, Saya  bersama Alm. Denny Sacul, Alm.Arwin Budirahardja dan Alm. Munawar Sawiruddin.

Sekitar 5 tahun yg lalu saya ikut turnamen bridge online dan kebetulan lawannya dari Calcutta dan menanyakan tentang pemain ini. Ia mengatakan kebetulan kenal dan masih sering bermain bridge.

Om Prakash Chaudry adalah seorang pemain bridge yang buta matanya.

Kisah tentang ini ditulis sendiri oleh Zia Mahmood dalam bukunya Bridge My Way.

 

Let me quote Zia Mahmood on Om Parkash Chaudry in

Bridge My Way:

'While playing in Calcutta I met an unforgettable bridge player, a young man called Om Parkash Chaudry. He is memorable not for his standard of play, which was high enough, but because

he was blind. Moreover, he played without the benefit of Braille cards. A friend would sit behind him, whispering to him just once what his cards were as he picked them up.

Similarly, if Om became  the dummy's card as well. Om would call his cards whenever it

was his turn to play either on defense or as declarer. He rarely made a mistake, and would do this hand after hand, playing not only well but at normal speed.

The first time I saw him I was impressed and asked him to play in a tournament with me. He agreed, and we played a few days later in a pair event. We were doing well enough and Om

was in the middle of playing a hand, when the electricity failed, a not uncommon occurrence in India. The play around him stopped, but Om, oblivious to what was happening, continued

calling a card from the dummy. "You'll have to wait, the lights have gone out," I informed

him. Before I realized the significance of my own remark, Om answered, "I am sorry, I forgot that you can't play bridge with the lights out." Just an innocent statement, but a lesson at the

same time, equally valuable in life and bridge. Try to understand a situation from the other person's point of view. Things often look very different from the other side." the declarer, his friend would name.

Izinkan saya mengutip Zia Mahmood di Om Parkash Chaudry di

Bridge My Way :

'Saat bermain di Calcutta saya bertemu dengan pemain bridge yang tak terlupakan,

seorang pemuda bernama Om Parkash Chaudry. Dia dikenang bukan

untuk standar permainannya, yang cukup tinggi, tetapi karena

dia buta. Terlebih lagi, dia bermain tanpa menggunakan huruf Braille

kartu-kartu. Seorang teman akan duduk di belakangnya, berbisik padanya hanya

sekali apa kartunya saat dia mengambilnya.

Demikian pula, jika Om menjadi kartu dummy juga. Om akan memanggil kartunya kapan saja

adalah gilirannya untuk bermain baik sebagai pemain bertahan atau sebagai pernyataan. Dia jarang

membuat kesalahan, dan akan melakukan ini secara bergantian, bermain tidak hanya baik tetapi pada kecepatan normal.

Pertama kali saya melihatnya saya terkesan dan memintanya untuk  bermain di turnamen dengan saya. Dia setuju, dan kami bermain beberapa hari kemudian dalam acara berpasangan. Kami melakukannya dengan cukup baik dan Om sedang bermain tangan, ketika listrik padam,

kejadian yang tidak biasa di India. Permainan di sekelilingnya berhenti, tapi Om, tidak menyadari apa yang terjadi, melanjutkan memanggil kartu dari dummy.

"Kamu harus menunggu, lampunya padam," aku memberi tahu dia. Sebelum saya menyadari pentingnya ucapan saya sendiri, Om menjawab, "Maaf, saya lupa bahwa Anda tidak bisa bermain bridge dengan mati lampu." Hanya pernyataan yang tidak bersalah, tetapi pelajaran di

waktu yang sama, sama-sama berharga dalam hidup dan bridge . Mencoba untuk mengerti

situasi dari sudut pandang orang lain.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun