Mohon tunggu...
Bernorth M
Bernorth M Mohon Tunggu... Administrasi - Volunter, Penulis, Pengembang Aplikasi

WWW.BONUSDEMOGRAFI-INSTITUTE.ORG Kopiholic # Untuk Kolaborasi, ide & saran email : bonusdemografi2020@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Serba-serbi "Social Entrepreneur"

29 September 2018   00:11 Diperbarui: 1 Oktober 2018   06:37 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gbr : events.illinoisstate.edu

Hari gini gak tau social entrepreneurship ( SE )/Social Enterprise ? Yaps, SE disebut juga wirausaha sosial di mana model bisnis atau gerakannya lebih di pengaruhi niatan utama memberikan dampak sosial di tengah masyarakat. Uniknya, wirausaha sosial sejatinya haruslah memiliki perencanaan berkelanjutan, di mana beban operasional dalam penciptaan pengaruh sosialnya mampu di biayai dari gerakan itu sendiri. Bisa jadi awalnya memang di dukung oleh pihak pendonor, namun sangat berbeda dengan konsep nirlaba, wirausaha sosial harus mampu menunjukkan kemampuan manajemen program untuk meraih  profit yang nantinya di mamfaatkan untuk terus secara progresif memenuhi misi-misi utamanya. Keren, khan ?

Agar lebih memahami secara komprehensif apa itu sebenarnya kewirausahaan sosial, saya akan mencoba menyodorkan beberapa pendapat dan defenisi dari para ahli. Harapan besar dari tulisan ini, anda para Kompasioner dan pembaca secara perlahan mendapatkan semacam gagasan dan ide terang dalam pikiran sehingga terbersit niat mengajak rekan kerja, sahabat, dan mungkin teman-teman lama untuk bersama-sama mewujudkan sebuah gerakan yang memberikan kontribusi nyata di lingkungan sekitar ataupun bisa jadi, seiring banyaknya ragam atribut platform, Anda di mungkinkan memulainya terlebih dahulu dari diskusi media sosial , blog , atau seperti saya , memulainya dengan menulisnya terlebih dahulu di Kompasioner. Halahh.

Saya sendiri pernah beberapa kali menjalankan beberapa model kewirausahaan sosial dan nirlaba dari pengajaran, fasilitator, hingga terkait bencana alam. Saat ini saya juga sedang mengangkatisu bonus demografi,di mana saya lebih menitikberatkan sosialisasi, edukasi dan advokasi mengarah kepada generasi muda, generasi seperti saya yang banyak mengalami shifting budaya di sebabkan kemajuan inovasi teknologi dalam bentuk atribut kanal-kanal seperti youtube, blog, media sosial, dsb. Belum lagi terkait persaingan dunia kerja anak Zaman Now yang pastinya akan semakin sengit dan ketat karena dalam perubahan struktur penduduk pada puncaknya tahun 2028-2030 akan ada sekitar 80 juta jiwa usia produktif 15-34 tahun. Udah tahu kan, pengangguran sekarang sekalipun memang terlihat menurun, namun menyisakan ke khawatiran karena pengangguran terbesarjustru mereka yang bertitel sarjana dan berpendidikan vokasi ( keahlian ). Ini sungguh anomali. Tapi, daripada meributkan kegelapan, baiknya mari kita nyalakan lilin. Bila perlu api unggun. Eh.

Semaputnya, kita-kita ini yang sering di sebut generasi penerus bangsa justru terlihat abai atau malah memang tidak tahu sama sekali akan tantangan isu bonus demografi. Jika, tahu saja belum, bagaimana pula menghadapinya ? Karena itu, saya mencoba, untuk menyampaikan beberapa solusi aplikatifsehingga generasi kita-kita ini nantinya semakin melek akan isu tersebut sehingga memiliki daya kritis dan alternatif pilihan agar lebih produktif.

Bagaimana seharusnya paragenerasi Milenial bermanuverdalam menghadapi masifnya persaingan generasi mereka sendiri agar selamat berselancar dari gelombang bonus demografi, saya akan memulainya dari model kewirausahaan sosial.

sumbergbr: Depokpos.com
sumbergbr: Depokpos.com
Berikut beberapa defenisi dan kesimpulan dari beberapa pakar.

Eduardo Morato, Ketua Asian Institute Management (AIM) pada tahun 1980-an, yang memperkenalkan social entrepreneurship dengan definisinya sebagai berikut :

Wirausaha sosial merupakan orang atau lembaga inovatif yang memajukan penciptaan dan penyelenggaraan usaha yang berhasil bagi mereka yang membutuhkan. Wirausaha sosial berbeda dengan usaha yang lazim atau usaha niaga dengan satu ciri utama, yakni menaruh kepedulian pada upaya membantu kesejahteraan pihak lain daripada kesejahteraan diri sendiri. Pihak yang dibantu oleh Wirausaha sosial ialah golongan yang kurang beruntung atau lebih miskin di kalangan masyarakat (Morato (1994) dalam buku Saidi, 2005).

Karakteristik yang dimiliki social entrepreneur (Borstein, 2006, 1-4)

1. Orang-orang yang mempunyai visi untuk memecahkan masalah- masalah kemasyarakatan sebagai pembaharu masyarakat dengan gagasan-gagasan yang sangat kuat untuk memperbaiki taraf hidup masyarakat.

2. Umumnya bukan orang terkenal, misal : dokter, pengacara, insinyur, konsultan manajemen, pekerja sosial, guru dan wartawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun