Mohon tunggu...
Bernard T. Wahyu Wiryanta
Bernard T. Wahyu Wiryanta Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Wildlife & Travel Photo Journalist

Wildlife & Travel Photo Journalist www.wildlifeindonesia.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menguji Kesaktian Haji Khasan, Sang Gubernur Jenderal Banten

8 Oktober 2013   18:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:48 854
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada tahun 2000an, saya pernah membuka sebuah lahan di Banten untuk perkebunan durian. Tepatnya di Desa Cimanis kalau tidak salah, diantara jalur ke arah Ujung Kulon dan hanya berjarak 1 jam dari Tanjung Lensung Resort.

Disana banyak sekali rumah walet yang berdiri, dan waktu itu hasilnya lumayan. Juga ada beberapa usaha yang investornya dari Jakarta. Kebanyakan mereka selalu dipalak oleh para preman yang bergelar Jawara atau Pendekar Banten. Ada juga Persatuan Pendekar Banten. Jika usaha kita tidak membayar jasa keamanan mereka, maka bisa dipastikan tidak aman. Tetangga di kanan-kiri saya sering dirampok.

Saya kemudian penasaran dan mencari tau tentang para pendekar dan jawara Banten ini. Juga saya cari siapa dedengkotnya. Ternyata banyak sekali perkumpulan para jawara ini. Ada yang fokus ke seni dan budaya, ada yang menjual jasa keamanan, ada pula yang memang tukang rusuh, merampok, dan berbuat kriminal. Semua saya telusuri, dan akhirnya saya dapat kesimpulan, semua jawara-jawara ini, juga semua perkumpulan jawara tunduk pada satu nama, Haji Khasan.

Semua usaha, yang mengatasnamakan “Milik Haji Khasan” atau saudaranya, atau temannya, atau apanyalah, pasti aman. Tentu saja ini harus merelakan sebagian keuntungannya untuk Haji Khasan ini. Saya jadi berpikir, seperti apa rupa manusia bernama Haji Khasan ini, hingga semua orang tunduk dan takut sama beliau.

Tidak hanya dalam berusaha. Para lurah, camat, bupati dan pejabat yang menjabat jabatan strategis, jika tidak mendapat restu jadi jawara, walaupun didukung oleh masyarakat maka bisa dipastikan akan gagal menjabat. Maka saya telusuri informasi siapa Haji Khasan ini dan dimana tinggalnya?

Sambil menelusuri sang Haji Khasan, saya banyak bergaul dengan beberapa kelompok jawara. Tentu saja ini menghabiskan banyak uang. Pajak hampir tiap minggu harus saya bayar supaya perkebunan saya aman. Dilain pihak, saya juga membuat sumur artesis, dan MCK untuk masyarakat sekitar yang kekurangan air bersih dan tidak mengenal kamar mandi dan WC. Saya juga membuatkan lapangan sepak bola, sebuah Mushala kecil dan mengenalkan kembali masyarakat terbelakang ini dengan Syariat Islam dan Al Qur’an.

Suatu ketika, saya pernah didatangi 30 motor yang berisi masing-masing motor bisa 2-3 orang berpakaian hitam-hitam dan masing-masing memegang golok. Mereka menuntut pembayaran tanah yang sudah saya bayar. Alasannya, saya hanya bayar ke orang tuanya, belum bayar ke mereka anak-anaknya dan minta dibayar yang nilainya sama. Saya ajak mereka masuk ke pondok, saya keluarkan tembakau, dan saya ajak minum kopi. Keesokan harinya, 12 Kopassus bersenjata lengkap dalam satu mobil Defender datang ke lokasi atas suruhan pemilik tanah. Para Jawara ini membuka bajunya dan berteriak “Hayo tembak urang!”. Katanya mereka sakti, maka saya menyuruh pasukan elite ini untuk pulang ke Jakarta. Saya ditinggal sendiri dengan bekal pisau rimba dan revolver dengan 6 butir peluru.

Secara tidak sadar, kemudian saya berkata kepada para jawara ini. “kalau mau minta uang pembayaran tanah ini, minta sama Haji Khasan. Saya akan menghadap Khasan besok karena disini saya selalu mendapat gangguan.” Mereka kaget, melunak, namun ada yang tidak percaya bahwa saya mengenal Haji Khasan. Cilaka, batin saya. Dari beberapa teman Jawara yang baik hati, saya mendapat kabar bahwa beberapa pimpinan jawara kampung itu sedang ada di rumahnya Haji Khasan untuk silahturahmi, juga mengumpulkan masa untuk kkegiatan di Jakarta besok sore. Maka buru-buru saya prepare dan esok paginya pergi ke rumahnya Haji Khasan. Saya masih belum tau, mau apa saya disana.

Pagi-pagi, saya sudah sampai di depan rumah Haji Khasan, disitu sudah banyak orang-orang dengan seragam pendekar. Gagah-gagah mereka itu semua. Beberapa sudah mengenal saya, dan mereka berkumpul di luar rumah. Saya melapor akan bertemu Haji Khasan. Ketika penjaga bertanya ada kepentingan apa saya menjawab dengan lancang “Bilang saja saya mau menghadap, beliau pasti sudah tahu, walaupun saya belum ada janji”. Saya menjawab demikian karena di sekeliling saya banyak jawara, juga ada beberapa jawara kampung yang mengenal saya. Mereka kaget, dan saya dengan yakin melangkah masuk dan duduk dengan nyaman di teras. Seorang pekerja kemudian menyuguhi saya kopi. Saya merokok sampai hampir satu jam tanpa bertemu Haji Khasan. Para jawara menunggu di luar, beberapa jawara di dalam tidak mengenal saya, dan bilang Pak Haji sibuk.

Saya kemudian pulang kembali ke Tanjung Lesung resort. Ketika keluar dari gerbang, beberapa Jawara memperhatikan saya, beberapa bertanya “Bagaimana boss?”, saya hanya menjawab dengan mengacungkan ibu jari. Mereka pikir saya benar-benar bertemu dengan Haji Khasan. Dan sejak itu, tidak ada gangguan lagi. Mereka kemudian menjadi sahabat, dan ikut mengamankan lokasi perkebunan saya. Tentu saja buat para jawara yang ikut bekerja saya memberikan upah. Tapi perusuh yang minta pembayaran tanah tidak pernah datang lagi. Mereka pikir saya sudah mendapat restu dari Haji Khasan. Kemudian salah satu pendekar disitu memanggil saya untuk ikut acara mereka, ada acara pencak silat dan debus, dan saya dimintai KTP dan foto. Beberapa minggu kemudian saya mendapat kartu anggota “Persatuan Pendekar Banten”. Dan ini tentunya satu-satunya anggota dari luar dan yang beragama Nasrani.

Waktu itu, baru saya buktikan, Haji Khasan memang benar-benar sakti dan berpengaruh di kalangan Jawara dan para Pendekar Banten. Beberapa tahun kemudian ketika ada gurbenur banten yang perempuan saya baru sadar, gurbenur itu adalah salah satu puteri dari Haji Khasan. Dan baru saya tahu seluruh sepak terjang Haji Khasan. Juga beberapa kesaktiannya mengatur proyek, dan menguasai Banten. Pantesan saja para pendekar tidak mengutak-atik kegiatan saya disana.

Jadi sebenarnya saya masih punya hutang sama Haji Khasan, dan waktu itu jika ketahuan saya secara tidak sengaja menggunakan pengaruhnya, mungkin saya sudah habis.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun