Mohon tunggu...
Berliani November
Berliani November Mohon Tunggu... Mahasiswa : komunikasi

Tak sekadar menulis, tapi mencoba memahami dunia lewat kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tanpa Kepala di Malam Barzanji

6 Oktober 2025   19:25 Diperbarui: 6 Oktober 2025   19:25 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, sosok itu bergerak. Gerakannya aneh, terhuyung dan meraba-raba seperti sedang mencari sesuatu dalam kegelapan. Ia bergeser perlahan ke arah jendela kamarku.

Aku merasakan suhu ruangan turun drastis, dinginnya menusuk hingga ke tulang. Lidahku kaku, semua ayat kursi dan istighfar yang kuingat terasa tercekat di tenggorokan. Aku berusaha menjerit, tapi hanya udara beku yang lolos

Tepat ketika sosok itu mencapai jendela dan bayangan tanpa kepalanya menelan cahaya neon yang tersisa, kengerian itu menjadi terlalu berat. Rasa takut yang brutal itu menekan, menggerogoti kesadaranku hingga akhirnya... semua meredup, tak bersisa.

Aku tersentak sadar oleh suara sandal beradu dan celotehan teman-temanku yang baru pulang selepas Isya. Wajahku pasti pucat dan sembab, karena mereka menatapku heran.

Aku menceritakan semuanya, tentang kengerian di malam Barzanji itu. Mereka tertawa kecil. "Ah, pasti kamu mimpi, Ketua. Dampak dari demam itu," kata salah satu, menepuk pundakku.

Aku ikut tertawa, pura-pura setuju. Tapi jauh di dalam hati, aku tahu... itu bukan mimpi.

Saat aku membuka pintu, kulihat ada bekas jejak kaki berlumpur yang dalam di lantai depan kamar padahal semalam sama sekali tidak hujan.

Dan di dinding putih dekat jendela, di tempat sosok itu berdiri, ada sebuah noda merah kental yang sudah kering. Noda itu berbentuk samar seperti cap jari yang menempel dan tertekan kuat.

Sejak malam itu, aku tak pernah berani tinggal sendirian di kamar lagi. Setiap kali ada Barzanji, suara shalawat yang dulu menenangkan kini malah membuat bulu kudukku berdiri.

Aku masih belum bisa memastikan...

Apakah malam itu aku benar-benar bermimpi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun