Mohon tunggu...
Berliani November
Berliani November Mohon Tunggu... Mahasiswa : komunikasi

Tak sekadar menulis, tapi mencoba memahami dunia lewat kata.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Waktunya Merayakan Festival Film: Menyusuri Cerita di Balik Layar

2 Oktober 2025   04:06 Diperbarui: 2 Oktober 2025   04:06 4
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Suasana meriah penonton dalam sebuah festival film yang menghadirkan beragam karya sinema dari berbagai negara

Festival film selalu punya daya tarik yang berbeda dibanding menonton film reguler di bioskop. Bukan sekadar menikmati layar lebar, festival menghadirkan suasana merayakan ide, keberanian, dan suara-suara baru dari para sineas. Tahun lalu, saya berkesempatan mengikuti Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) 2024 di Yogyakarta, dan pengalaman itu benar-benar meninggalkan kesan mendalam.

Salah satu film yang saya tonton adalah Autobiography karya Makbul Mubarak. Film ini bukan hanya menyuguhkan cerita tentang hubungan kuasa dan politik di sebuah desa kecil, tetapi juga menghadirkan refleksi tentang bagaimana luka masa lalu diwariskan ke generasi berikutnya. Menontonnya di ruang festival terasa berbeda: audiens datang dengan rasa ingin tahu yang besar, diskusi selepas film berlangsung hangat, dan bahkan sang sutradara hadir langsung untuk menjawab pertanyaan penonton. Rasanya seperti menonton film sekaligus membaca pikiran pembuatnya.

Namun, yang paling berkesan justru bukan hanya filmnya, melainkan atmosfer festival itu sendiri. Saya masih ingat bagaimana panjangnya antrean tiket sejak pagi hari. Ada mahasiswa yang datang berombongan, ada penonton dari luar kota, hingga wisatawan asing yang sengaja mampir. Semua bercampur dalam satu ruang, duduk berdampingan, lalu tenggelam dalam cerita yang sama di layar besar. Ada energi kebersamaan yang sulit ditemukan di bioskop komersial.

Festival film juga memberi ruang bagi karya-karya yang jarang kita lihat di pasaran. Di sinilah film-film independen, dokumenter, hingga karya sineas muda menemukan penontonnya. Bagi saya, festival seperti JAFF bukan sekadar tontonan, melainkan perayaan ide dan keberagaman manusia.

Menulis ulasan tentang festival film adalah cara sederhana untuk membagikan pengalaman itu. Setiap festival selalu punya cerita tentang perjuangan mendapatkan tiket, kejutan saat menonton film yang tak terduga, hingga rasa hangat ketika berdiskusi dengan sesama penonton. Semua itu membuat festival film layak untuk terus dirayakan.

Karena pada akhirnya, festival film bukan hanya soal menonton, melainkan juga soal merayakan kehidupan. 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun