Beliau juga punya filosofi hidup yang damai. Sering bilang bahwa hidup itu harus dijalani dengan cinta. Eyang juga penyintas kanker, loh. Pernah sakit keras tapi bangkit, terus malah bikin lagu dan semangat hidup lagi. Orang kayak gini, tuh bukan cuma inspirasi, tapi bukti nyata bahwa seni dan cinta bisa menyembuhkan apa pun.
Yang paling nyentuh, banyak banget penyanyi muda yang ngaku kalo mereka bisa berdiri di panggung hari ini karena pernah disentuh nasihat atau kebaikan beliau. Bahkan di masa tua, Eyang masih jadi tempat ngadu, tempat belajar, tempat pulang.
Kadang ya, aku mikir... kok bisa ya, satu sosok perempuan punya pengaruh sebesar itu dalam hidup banyak orang? Maksudku, Eyang Titiek bukan cuma artis senior, bukan sekadar penyanyi legendaris, tapi dia tuh udah kayak fondasi dari dunia hiburan Indonesia.
Beliau tuh selalu hadir di setiap generasi. Mulai dari nenekku, mamaku, sampai aku sendiri pun tahu dan hafal lagu-lagunya. Dan uniknya, meskipun lagu-lagunya udah puluhan tahun, rasanya tuh masih relevan. Masih ngena. Masih bisa bikin kita diem, mikir, atau senyum sendiri.
Aku jadi inget satu momen... pas aku lagi down karena habis disalahpahamin temen kantor. Aku pulang, nyalain TV, dan tiba-tiba nongol dokumenter lama tentang Eyang. Di situ dia bilang gini:
"Orang bisa ambil apa pun dari kamu. Tapi kalau kamu punya hati, kamu nggak akan pernah habis."
Aku langsung diem. Kata-katanya tuh kayak tamparan lembut. Nggak keras, tapi bikin sadar. Dan begitulah Eyang. Beliau nggak perlu marah-marah untuk menyentuh hati orang. Cukup lewat nada, lirik, dan senyuman yang hangat.
Eyang juga dikenal sebagai ibu dari tiga anak, istri dari Mus Mualim seorang maestro musik juga dan mereka adalah pasangan harmonis yang selalu saling dukung di dunia seni. Tapi tahu nggak? Meski kehidupannya kelihatan bahagia, beliau juga pernah jatuh, pernah sedih, pernah sepi. Dan yang bikin aku salut, beliau nggak pernah menyembunyikannya. Justru dari luka itu, beliau ciptakan lagu-lagu yang jujur. Lagu yang benar-benar bisa jadi teman buat kita saat kita ngerasa sendiri.
Contohnya lagu "Doa untuk Kekasih" atau "Mengapa Kau Menangis?"itu lagu-lagu yang nggak meledak kayak "Apanya Dong", tapi liriknya... dalem banget. Aku pernah denger cerita dari seorang presenter TV senior yang bilang, "Titiek Puspa itu bukan cuma nyanyi. Dia ngobrol lewat lagu. Dia doain kamu lewat lagu. Kamu nggak akan pernah ngerasa sendiri kalau pernah denger lagu-lagunya."
Dan soal keberpihakan beliau sama seniman muda aduh, itu topik yang bisa satu buku sendiri. Termasuk saat Inul Daratista dihujat karena goyang ngebor, Eyang maju paling depan buat bela. Padahal waktu itu, banyak banget artis senior lain yang malah ikutan nyinyir. Tapi Eyang beda. Dia liat niat Inul, liat perjuangannya, dan bilang, "Kalau kamu punya bakat, jangan takut. Terus nyanyi. Terus menari."