Bayangin, datang ke rumah sakit dengan niat menyelamatkan ayah, malah jadi korban kejahatan, lalu kehilangan orang tua di hari yang sama. Rasanya kayak dunia runtuh dalam sekejap.
Semoga almarhum ayahnya diterima di sisi Tuhan Yang Maha Esa, dan korban diberi kekuatan untuk melalui ujian berat ini.
Yang bikin aku agak lega, pihak Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) ternyata juga gak tinggal diam. Setelah mendapat informasi dari korban dan melakukan penelusuran internal, pihak rumah sakit langsung melaporkan kejadian itu ke kepolisian. Jadi, bukan cuma korban yang speak up, tapi institusinya juga ikut ambil langkah hukum.
Aku sempat baca pernyataan dari pihak RSHS dan mereka menyebutkan bahwa mereka mendukung proses hukum sepenuhnya dan menyerahkan semua penyelidikan ke Polda Jawa Barat. Buat aku pribadi, ini penting banget. Karena kadang, institusi bisa aja nutup-nutupin demi nama baik. Tapi RSHS milih transparan.
Setelah penyelidikan oleh polisi dan pemeriksaan saksi serta barang bukti, Priguna resmi ditetapkan sebagai tersangka. Dia dikenakan pasal 289 KUHP tentang perbuatan cabul, dan karena korbannya dalam keadaan tidak sadar, itu bisa jadi faktor pemberat.
Pihak kampus, Universitas Padjadjaran, langsung ambil tindakan tegas juga. Mereka mengeluarkan Priguna dari program spesialis anestesi. Artinya, dia gak bisa melanjutkan pendidikannya sebagai calon spesialis. Bahkan, menurut info dari Kementerian Kesehatan, kalau seseorang sudah terlibat kasus kekerasan seksual, mereka gak akan bisa daftar PPDS di tempat lain juga.
Izin praktik medisnya juga terancam dicabut.
Reaksi publik langsung rame. Di media sosial, orang-orang mempertanyakan: kok bisa? Kenapa gak ketahuan sebelumnya? Banyak juga yang menyoroti fakta bahwa dia sudah menikah, dan tetap melakukan perbuatan ini di tempat kerja, pada seseorang yang sedang dalam kondisi rentan.
Aku bahkan sempat lihat beberapa komentar dari teman-teman sejawatnya. Mereka bilang shock dan kecewa. Karena Priguna dikenal sebagai sosok yang cerdas dan ramah. Tapi ya, kita gak pernah benar-benar tahu isi hati dan sisi gelap seseorang.
Sampai sekarang, gak banyak yang tahu gimana kondisi keluarganya, terutama istrinya. Tapi bisa dibayangin gimana beratnya posisi mereka. Nama baik, masa depan, semuanya runtuh dalam sekejap.
Sebagai perempuan, aku ngerasa kisah ini ngingetin kita semua betapa pentingnya punya rasa percaya tapi juga gak boleh terlalu buta. Bahkan di tempat yang kita anggap paling aman, kayak rumah sakit, kita tetap harus punya kontrol atas tubuh kita sendiri.