Mohon tunggu...
Martha Weda
Martha Weda Mohon Tunggu... Freelancer - Mamanya si Ganteng

Nomine BEST In OPINION Kompasiana Awards 2022, 2023. Salah satu narasumber dalam "Kata Netizen" KompasTV, Juni 2021

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Bertengkar Secukupnya, Berbahagia Sebanyak-banyaknya

10 Juni 2021   18:09 Diperbarui: 11 Juni 2021   02:42 1207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bertengkar (Ilustrasi marah (Sumber : Thinkstockphotos.com via Kompas.com)

Kalau bisa hidup damai, mengapa harus bertengkar? Bertengkar secukupnya saja, lalu berbahagialah sebanyak-banyaknya.

Pagi tadi saya sedang sibuk membersihkan dan merapikan rumah, anak saya baru selesai mandi, dan suami sedang sibuk berbalas pesan di WA grup kantornya. Kebetulan hari ini jatah WFH suami.

Tak lama, samar-samar terdengar suara seperti suara ribut-ribut.

Saya segera mematikan televisi. Suasana rumah senyap seketika. Dan suara-suara keributan tersebut semakin jelas terdengar.

Ternyata keributan ini berasal dari rumah salah satu tetangga. Sepertinya sedang terjadi pertengkaran hebat antara suami istri penghuni rumah tersebut.

Jeritan, teriakan, disertai tangisan terdengar dari sang istri. Sesekali juga terdengar sahutan keras dari sang suami, yang juga bernada marah dan emosi.

Tak lama terdengar bunyi seperti barang dibanting, entah apa. Begitu besarnya suara pertengkaran mereka, sehingga saya yakin beberapa tetangga di sekitar kami turut mendengar pertengkaran ini.

Sangat disayangkan memang, percekcokan dalam rumah tangga tak mampu dikendalikan dan akhirnya menjadi konsumsi lingkungan sekitar.

***

Pertengkaran, perselisihan atau percekcokan antara pasangan suami istri dalam sebuah pernikahan merupakan hal yang mungkin dan wajar saja terjadi.

Dua orang yang berbeda jenis kelamin, berbeda watak, berbeda kebiasaan, berbeda pola pikir, dan berbeda dalam banyak hal, lalu tinggal dalam satu rumah.

Ibarat bunyi peribahasa, asam di gunung, garam di laut, bertemu dalam belanga. Dua anak manusia yang berasal dari tempat berbeda, latar belakang berbeda, bertemu dan hidup bersama dalam satu wadah pernikahan. Oleh karena itu, potensi untuk ribut, atau cekcok selalu ada.

Pemicunya banyak. Antara lain, perbedaan pendapat, ketidakpuasan, kekecewaan, atau bisa pula kegagalan komunikasi

Pertengkaran sah saja bila dilakukan dengan porsi dan cara yang tepat. Seperti mau saling mendengarkan, dan fokus pada solusi.

Sebaliknya, percekcokan menjadi tidak wajar dan tidak sehat ketika beberapa hal-hal tidak wajar berikut ini dilakukan.

1. Tidak mau mendengarkan
Ada beberapa orang yang senang bertengkar dengan cara sangat egois. Hanya mau didengar tetapi tidak mau mendengarkan.

Cirinya, orang ini biasanya akan bicara terus-menerus selama pertengkaran. Tetapi ketika disela atau ditanggapi oleh pasangannya, dia tidak terima dan melancarkan argumen-argumen yang benar menurut dirinya sendiri.

Tindakan seperti ini tentu tidak akan membawa penyelesaian pada masalah. Tidak akan tercipta solusi sesuai kesepakatan bersama.

Idealnya, pasangan duduk bersama, saling bergantian berbicara dan memberi pendapat, lalu cari solusinya tanpa mengintimidasi satu sama lain.

2. Menyerang karakter pasangan
"Kamu kan memang keras kepala, nggak bisa dikasih tau!"

"Kamu memang nggak bisa dipercaya ya, ngurus beginian aja gak selesai-selesai!"

"Kamu tuh bisanya apa sih, begini aja gak bisa!"

Kalimat-kalimat di atas sangat tidak pantas disampaikan pada pasangan kita. Sangat tidak benar menuding-nuding kekurangan orang lain.

Karena pada dasarnya, tidak ada satu pribadi pun di dunia ini yang tidak memiliki kekurangan. Dan kita tentunya tidak suka bila kekurangan kita menjadi bahan hinaan atau ejekan oleh pasangan kita. 

Bertengkarlah secara benar. Pikirkan dulu kalimat-kalimat yang akan kita ucapkan. Jangan sampai ucapan kita menyinggung dan menyakiti hati pasangan.

3. Tidak fokus pada masalah
Ada orang yang cara bertengkarnya seperti ini. Masalahnya A, tetapi kemudian melebar ke masalah B, C, D, dan E yang telah usang dan sudah selesai jauh sebelumnya.

Cara bertengkar seperti ini akan sangat melelahkan, karena jadi tidak jelas masalah apa yang diributkan. Durasi pertengkaran pun bisa menjadi lebih lama dan berlarut-larut.

Sebaiknya, langsung pada inti masalah, dan fokus untuk mencari solusi demi kebaikan bersama.

4. Memaksakan kehendak
"Aku gak mau tau, pokoknya.....!"

"Terserah gimanapun caranya, pokoknya....!"

"Sudah, cukup! Pokoknya terima keputusanku!"

Contoh-contoh kalimat di atas merupakan bentuk pemaksaan kehendak kepada pasangan.

Alih-alih mengedepankan musyawarah, ego yang dikedepankan.

Cara bertengkar seperti ini mungkin bisa terlihat mudah karena pertengkaran cepat selesai. Namun sebenarnya masalahnya belum selesai, karena tidak tercipta solusi dari kesepakatan bersama.

5. Keduanya panas hati
Pertengkaran akan sulit dikendalikan bila emosi turut mengambil bagian di dalamnya.

Saling berteriak, saling menuding, saling memaki, tidak akan menyelesaikan masalah. Syukur-syukur bila tidak main kekerasan.

Dikhawatirkan bila sudah tersulut emosi otak tidak bisa lagi berpikir rasional, setan turut bekerja, KDRT (kekerasan dalam rumah tangga) pun terjadi.

Ada baiknya, ketika salah satu sedang emosi dan sangat marah, yang lain bersikap lebih tenang. Diam akan lebih baik pada situasi seperti ini. Setelah emosi mereda, mulailah mengajaknya kembali bicara baik-baik.

***

Pernikahan itu menyenangkan. Institusi terkecil yang Tuhan ciptakan ini dimaksudkan untuk membuat hidup manusia lebih indah dan lebih berbahagia dari sebelumnya. 

Berapa tahun paling lama usia pernikahan kita? Sepetinya tidak mungkin mencapai seratus tahun. Paling lama hanya hitungan puluhan tahun. Jadi sangat disayangkan bila kita habiskan usia pernikahan kita hanya untuk bertengkar.

Untuk itu, berusahalah menciptakan suasana damai di tengah keluarga dan hindari percekcokan. Tidak peduli siapa yang membawa damai terlebih dahulu, entah suami ataukah istri.

Bila pun harus bertengkar, bertengkarlah secukupnya, lalu berbahagialah sebanyak-banyaknya.

Salam.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun