Mohon tunggu...
Berli istiqomah
Berli istiqomah Mohon Tunggu... Mahasiswa UNIVERSITAS ANDALAS

Merupakan Mahasiswa Universitas Andalas

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tambo Minangkabau: Karya Sastra Sejarah Asal Mula Etnis Minangkabau

23 April 2024   10:11 Diperbarui: 23 April 2024   10:15 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tambo menurut KBBI adalah sejarah, hikayat, riwayat kuno, dan juga uraian sejarah suatu daerah, dimana uraian sejarah ini sering bercampur dengan dongeng-dongeng dan legenda. Tambo juga berarti pembangkit perkara yang sudah-sudah. A.A. Navis (1984:45) mengungkapkan, kata tambo berasal dari bahasa  Sanskerta, tambay yang berarti bermula. Kata Tambo dapat diartikan sejarah, sejarah, silsilah keturunan. Dan juga riwayat pada zaman dulu (Djamaris, 1991: 13). Tambo adalah karya sastra sejarah yang merekam kisah lama, atau legenda mengenai suku bangsa, tambo berisi fakta-fakta sejarah yang terjadi di masa lalu.

Minangkabau atau minang merupakan salah satu kelompok etnik di nusantara yang menghuni Sumatera tengah, Indonesia. Minangkabau adalah salah satu etnik di Indonesia yang terkenal dengan sistem kekerabatan  materlinealnya. Warisan dan garis keturunan diwariskan melalui garis keturunan ibu. Sistem kekerabatan, perkawinan, dan kohesi sosial di Minangkabau memiliki ciri khas yang unik. Masyarakat Minangkabau menganut sistem kekerabatan matrilineal, di mana garis keturunan dan warisan ditelusuri melalui garis ibu. Perkawinan di Minangkabau cenderung mengikuti pola matrilokal, di mana suami pindah ke rumah keluarga istri. Hal ini memperkuat hubungan keluarga ibu dan mendorong solidaritas antara wanita dalam keluarga. Kohesi sosial di Minangkabau juga didukung oleh adat dan tradisi yang kuat, seperti gotong royong dan sistem adat yang mengatur kehidupan sosial masyarakat.

Tambo Minangkabau merupakan karya sastra sejarah yang membahas kisah-kisah legenda asal usul bangsa, dan memuat adat-adat yang ada di Minangkabau. Tambo Minangkabau merupakan karya sastra sejarah berdasarkan kepercayaan masyarakat setempat secara turun temurun (Kartodirdjo, 1968). Tambo Minangkabau ditulis ke dalam bahasa Melayu berbentuk prosa. Sebagian naskah Tambo Minangkabau ditulis dengan huruf Arab-Melayu, sebagian juga  ditulis dengan huruf latin. Terdapat 47 naskah Tambo Minangkabau yang berhasil ditemukan, naskah ini tersebar di beberapa tempat baik di Indonesia maupun dunia.

Hingga saat ini, peniliti dan masyarakat menggunakan tambo sebagai media informasi dari generasi sebelumnya, yang menggambarkan asal-usul masyarakat Minangkabau. Namun penelitian itu belum sepenuhnya berkiblat pada isi naskah pada tambo, namun hal yang sudah diturunkan adalah cerita-cerita, legenda-legenda yang ditambah-tambahkan.

Tambo Minangkabau terbagi menjadi dua jenis, yaitu :

Tambo alam Minangkabau

Berisikan cerita asal-usul kedatangan dan wilayah Minangkabau. Pada tambo alam minangkabau menceritakan tentang anak ketiga dari raja Iskandar Zulkarnain, Sri Maharaja Diraja yang melakukan perjalanan laut bersama anggotanya. Ditengah perjalanan kapal yang dinaiki mengalami kerusakan sehingga Sri maharaja Diraja beserta anggotanya berlabuh di sebuah daratan besar dan menempati daratan tersebut (wilayah gunung marapi), pulau tersebut dinamakan "Sirangkak Nan Badangkuang". Untuk memperbaiki kapal yang rusak, Sri Maharaja Diraja membuat sayembara barang siapa yang berhasil memperbaiki kapal tersebut maka akan dinikahkan dengan putri-putrinya. Harimau Campo, Anjing Mualim, Kambing Hutan, dan Kucing Siam merupakan 4 orang petugas yang berhasil memperbaiki kapal tersebut dan menikahi putri-putri dari sang Raja. Seiring bertambahnya waktu sang raja Sri Maharaja Diraja pun mulai memperluas wilayahnya, di masa ini adat-adat, kebudayaan, dan permainan anak-anak mulai berkembang dan dibentuk. Wilayah baru ini dinamakan dengan Nagari Pariangan. 

Seorang hulubalang bernama Datuak Bandaro Kayo pergi untuk mencari wilayah baru. Ia membabat hutan menggunakan pedang panjangnya, wilayah baru ini pun dinamakan dengan Padang Panjang. 

Perluasan wilayah terus dilakukan hingga muncul luhak nan tigo, dimana luhak nan tigo ini adalah tiga daerah hasil perluasan wilayah diantaranya ada luhak Lima Puluah Koto, luhak Agam, luhak Tanah Datar. 

Kerajaan terus berlangsung dari generasi ke generasi, dan perluasan wilayah semakin bertambah.

Asal mula nama minangkabau, menurut tambo terdapat cerita legenda yaitu manang kabau yang berarti menang kerbau. pada zaman dulu terdapat rombongan yang ingin memperluas wilayahnya mereka datang ke satu daerah dan melakukan perundingan dengan warga lokal untuk melakukan pertandingan adu kerbau. Rombongan dan warga lokal membuat perjanjian bila rombongan yang menang maka daerah itu akan menjadi milik mereka, namun jika warga lokal yang menang maka semua kekayaan rombongan itu akan menjadi milik mereka. Rombongan kaya ini menggunakan kerbau raksasa untuk pertandingan mereka, sedang warga lokal mencari solusi dengan mengkarantina seekor anak kerbau yang masih menyusui. Di hari pertandingan si  anak kerbau yang kelaparan itu dipasangkan sebuah tanduk besi yang sangat tajam, hingga disaat pertandingan dimulai si anak kerbau bertanduk besi yang tajam ini merasa kalau kerbau raksasa dari lawan adalah induknya. Anak kerbau tersebut mengejar kerbau raksasa menanduk hingga merobek perut kerbau besar  membuat isi perut dari kerbau besar tersebut keluar hingga mati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun