Mohon tunggu...
Berki Arrahman
Berki Arrahman Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Andalas

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Randai, Teater ala Ranah Minang

18 April 2021   09:48 Diperbarui: 20 April 2021   13:10 584
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Randai merupakan salah satu dari sekian banyaknya tradisi seni pertunjukan Minangkabau yang sudah populer secara turun-temurun di lintas generasi. Pola permainannya hampir sama dengan panggung teater . Dimainkan dengan sejumlah orang yang membentuk lingkaran, dengan diiringi musik, tarian dan drama . Yang membedakannya adalah tarian dalam randai justru dimainkan dengan unsur gerakan silek (silat) Minangkabau. Begitu juga dengan pakaiannya menggunakan galembong (semacam celana hitam berukuran besar), persis yang digunakan pandeka (pendekar) Minang dalam bersilat. Randai adalah teater tradisional rakyat Minangkabau yang tumbuh, hidup dan berkembang di lingkungan masyarakat di Nagari - Nagari dalam wilayah Minangkabau. Sebagai teater rakyat randai hidup dari rakyat dan untuk rakyat.

Semua cerita dalam randai berasal dari kaba yang bertemakan budi, malu, susila dan pendidikan. Pemeran utama dalam randai berjumlah satu sampai tiga orang tergantung cerita yang dibawakan. Dalam membawakan cerita, pemeran utama dilingkari oleh anggota randai lainnya dan berda di tengah - tengah. Randai dipimpin oleh satu orang yang disebut tukang goreh yang mana tugasnya adalah mengeluarkan teriakan khas untuk menentukan cepat lambatnya tempo tiap gerakan dalam randai. Biasanya dalam satu group Randai memiliki satu orang panggoreh, tetapi orang tersebut bisa digantikan oleh rekan tim lainya apabila panggoreh sebelumnya kelelahan, hal itu disebabkan karena durasi Randai yang lumayan lama yaitu bisa menghabiskan 1 hingga 5 jam bahkan lebih. Randai juga merupakan media untuk menyampaikan kaba atau cerita rakyat melalui gurindam yang didendangkan dan tari yang diiringi dengan gerakan silat. Pertunjukan randai biasanya dilakukan di alam terbuka yang  membentuk arena dan tidak memakai panggung. Tidak ada batas antara pemain randai dengan penonton. Fungsi lain dari Randai sendiri adalah sebagai seni pertunjukan hiburan yang didalamnya juga disampaikan pesan dan nasihat.

Pengembangan cerita daam randai dapat dilakukan dengan cara menyusun atau menggarap cerita baru sesuai keinginan grub itu sendiri. Agar tetap mempertahankan nilai budaya Minangkabau, maka hendaknya cerita baru tersebut mengandung nilai - nilai kehidupan masyarakat di Minangkabau. Baik nilai - nilai kehidupan masyarakat Minangkabau pada masa silam maupun nilai - nilai masyarakat masa kini. Karena cerita randai biasanya diambil dari kenyataan hidup yang ada di tengah masyarakat.

Randai dalam sejarah Minangkabau memiliki lika - liku yang lumayan panjang. Pada Awalnya randai merupakan permainan komunal yang dimainkan oleh pemuda di halaman surau pada malam hari menjelang tidur. Pemuda yang memainkan kesenian ini sebelumnya diajari oleh Pemuda Nagari (Pemuda Desa). Namun sekarang ini randai dijadikan seni pertunjukan diberbagai kegiatan seperti pernikahan, pesta rakyat, pengakatan penghulu sampai perayaan hari raya Idul fitri.

Randai tumbuh memang benar-benar dari dalam masyarakat Minangkabau sendiri karena dalam nilai adat Minangkabau tidak membeda-bedakan golongan masyarakatnya. Dialog dalam randai dibawakan dengan bahasa minang, biasanya memakai prosa dan lirik pantun yang biasanya mengandung kiasan.

Kesenian randai tidak kalah hebat dan mengagumkan dari tarian lainnya yang ada di Indonesia. Perwatakan tokoh dalam permainan randai sangat menarik karena tidak diungkapkan melalui riasan atau kostum yang mereka pakai melainkan dari gurindam atau dendangan mereka. Hal lainnya yang menarik dari randai adalah partisipasi dan semangat masyarakat dalam mendukung dan melestarikan tradisi tersebut. Tapi sayang saat ini permainan randai menjadi sesuatu yang asing bagi pemuda dan pemudi di Minangkabau karena pemuda dan pemudi jaman sekarang lebih tertarik dengan perkembangan teknologi dan melupakan tradisi Minangkabau. Hanya sebagian kecil pemuda dan pemudi saja yang tertarik dengan kesenian ini pada zaman sekarang, itupun mungkin tidak termasuk pemuda dan pemudi dari kota – kota besar yang ada di Minangkabau. Hal itu sungguh sangat disayangkan padahal merekalah yang harus melestarikan randai agar anak cucu kita kelak tetap bisa menikmati keindahan permainan randai.

Tidak hanya Randai, hal – hal yang menyangkut budaya – budaya tradisional pada masa sekarang ini sungguh memprihatinkan karena keberadaannya yang perlahan menepi disebabkan globalisasi dan lonjakan teknologi. Pikiran yang menganggap budaya tradisional itu adalah budaya yang kuno dan tidak keren, sudah sangat mengakar pada diri pemuda dan pemudi saat ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun