Mohon tunggu...
Bergman Siahaan
Bergman Siahaan Mohon Tunggu... Penulis - Public Policy Analyst

Penikmat seni dan olah raga yang belajar kebijakan publik di Victoria University of Wellington, NZ

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Kebutuhan dan Peluang Investasi EBT di Indonesia

9 Desember 2022   20:15 Diperbarui: 11 Desember 2022   07:02 830
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Turbin angin di Makara, New Zealand (Foto: Dok. Pribadi)

Untuk mencapai kondisi karbon netral tersebut, menurut PLN, 600 GW listrik harus dihasilkan oleh pembangkit EBT. Saat ini (2022) produksi pembangkit EBT hanya sekitar 66 GW (Sucahyo, 2022).

Indonesia sebenarnya memiliki karunia EBT yang melimpah. Selain matahari yang bersinar sepanjang tahun, panas bumi tersimpan banyak di Indonesia. Setelah Amerika Serikat, Indonesia adalah penghasil sumber panas bumi terbesar di dunia ("Panas," 2021b).

Potensi EBT Indonesia menurut Menteri ESDM RI Arifin Tasrif di bulan November 2021, mencapai 648,3 GW, jika mengikutkan uranium. Sayangnya, potensi EBT itu baru terolah sebanyak 2% ("Peluncuran," 2021).

Kendalanya terjadi pada beberapa aspek, antara lain keterbatasan jaringan dan intermitten surya dan angin. Minat investor yang masih terbatas disebabkan oleh biaya yang mahal, risiko yang tinggi, dan keterbatasan teknologi.

Kebutuhan investasi untuk mencapai kondisi karbon netral menurut Kementerian ESDM RI adalah 1.177 miliar dolar AS. Angka itu terdiri dari 1.042 miliar dolar AS untuk investasi di pembangit EBT dan 135 miliar dolar AS untuk transmisi ("Ini," 2022).

Sementara untuk mencapai target energi terbarukan di tahun 2025, Indonesia butuh 423 triliun rupiah atau sekitar 28 miliar dolas AS (Umah, 2020). Sebagian dari pembiayaan ini butuh peran sektor swasta dengan skema KPBU (Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha).

Peluang Investasi

Beberapa peluang investasi EBT antara lain terbuka di Batam, Sumatera Barat, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Timur. 

Di Batam, menurut BP Batam, terdapat industri yang bisa menjadi konsumen EBT. Kemudian memiliki jaringan distribusi ke Pulau Bintan yang merupakan Free Trade Zone (FTZ) dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Singapura yang posisinya dekat juga merupakan peluang pemasaran EBT. Sementara untuk pembangunan PLTS terapung, Batam juga memiliki 7 waduk yang bisa dimanfaatkan (Sirait, 2022).

Di Sumatera Barat, potensi EBT belum tergarap secara maksimal meski potensinya besar. Panas bumi merupakan potensi terbesar di Sumatera Barat, disusul potensi hydro. Capaian tingkat EBT panas bumi di Sumatera Barat sekitar 28,19%, meski demikian lebih besar dari capaian nasional yang hanya 11,5% (Hendra, 2022).

Di Nusa Tenggara Timur, energi EBT bisa diperoleh dari arus laut yakni di Flores Timur (Meilanova, 2018). Sementara di Manggarai Barat diperoleh dari panas bumi ("Panas," 2021a). Potensi EBT di Selat Larantuka Flores Timur diperkirakan mencapai 30 MW ("Menteri," 2018) dan potensi EBT panas bumi di Wae Sano Manggarai Barat sekitar 910 MW.

Potensi EBT di Kalimantan Timur diperkirakan sebesar 23.841 MW. Potensi ini antara lain terdiri dari tenaga air 5.615 MW, surya 13.479 MW, biomassa 964 MW, air (hidro) 3.562 MW, dan sampah 9 MW (Prasetyo, 2022).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun