Mohon tunggu...
Bergman Siahaan
Bergman Siahaan Mohon Tunggu... Penulis - Public Policy Analyst

Penikmat seni dan olah raga yang belajar kebijakan publik di Victoria University of Wellington, NZ

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bangga Menjadi Orang Indonesia (Refleksi Chauvinisme)

17 Agustus 2020   08:27 Diperbarui: 18 Agustus 2020   20:47 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bendera dengan latar Gunung Merapi (Foto: Dok. Pribadi)

Kita tidak sudi menjual satwa langka kita untuk orang asing atau mengurungnya hanya untuk kenikmatan mata memandang. Kita juga tidak rela memusnahkan hutan yang ditumbuhi beragam hayati itu hanya untuk menggantinya dengan tanaman sejenis demi harta warisan untuk anak dan cucu kita.

Kita adalah bangsa yang menghormati para pendatang yang ingin hidup bersama-sama dengan kita. Orang-orang yang meminum air dari tanah dan menumpahkan darah di tanah yang sama. Kita tidak membeda-bedakan hak sesama penduduk berdasarkan warna kulit atau caranya menyembah Tuhan. Kita suka menegur setiap orang yang kita temui di jalan untuk sekedar berbasa-basi atau untuk memastikan dia baik-baik saja.

Kita adalah bangsa yang hebat sehigga kita menaruh respek terhadap bangsa lain, apalagi saudara tetangga. Kita tidak suka mengucapkan kata-kata hinaan atau merendahkan ras bangsa lain karena kita sadar bahwa setiap bangsa memiliki harkat dan martabatnya masing-masing.

Kita adalah orang-orang yang mencintai kemanusiaan seperti yang diajarkan agama, jauh diatas kepentingan politik apalagi hanya karena uang. Kita selalu mengutamakan nilai kemanusiaan sehingga tidak mungkin menganiaya sesama hanya karena berbeda keyakinan atau pilihan politik. Tidak, itu jelas bukan kita.

Kita suka hidup berdampingan dengan orang lain dalam damai. Kita tidak akan mengambil kepunyaan orang lain yang bukan hak kita. Bila ada orang yang kekurangan, kita akan dengan senang hati membagi kelebihan kita. Mata kita tidak silau dengan harta orang lain sehingga tak mungkin kita mengusiknya.

Kita, orang Indonesia, adalah manusia-manusia yang berakhlak tinggi. Kita suka beribadah dan merayakan hari-hari besar keagamaan sepanjang tahun. Tak heran jika kita taat menjalankan perintah-perintah Tuhan dan menjauhi larangan-laranganNya. Tentu saja kita juga adalah orang-orang yang jujur. Kita bukan tipikal orang yang suka menipu ketika berdagang atau memanipulasi dokumen-dokumen demi keuntungan pribadi.

Agama juga telah mengajarkan kita untuk bersabar. Oleh karenanya, kita terbiasa untuk menunggu giliran. Kita malu kalau keberadaan kita mengganggu kepentingan orang lain apalagi kepentingn umum. Entah itu di jalan, di depan mesin ATM atau dimana saja kita beraktivitas.

Siapa bilang kita individualistis seperti budaya di negara lain itu? Kita selalu peduli pada orang di sekitar! Jika terlihat orang yang kesusahan, kita pasti menghampiri dan menawarkan bantuan. Bukan hanya waktu dan tenaga, materi pun siap kita berikan. Anak-anak, orang tua, orang difabel selalu kita utamakan dalam setiap hal di kehidupan sehari-hari.

Kita adalah masyarakat yang tidak suka menutup mata pada kesusahan orang lain. Sebaliknya, kita juga tidak suka mengurusi kesenangan orang lain. Seperti itulah kehidupan bangsa yang hebat.

Sebentar... Kok rasanya saya pernah menyaksikan orang-orang yang mempraktikkan itu semua... Tetapi dimana ya...? 

Ah, pasti itu di Indonesia. Merdeka!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun