Mohon tunggu...
Anjar Anastasia
Anjar Anastasia Mohon Tunggu... Penulis - ... karena menulis adalah berbagi hidup ...

saya perempuan dan senang menulis, menulis apa saja maka lebih senang disebut "penulis" daripada "novelis" berharap tulisan saya tetap boleh dinikmati masyarakat pembaca sepanjang masa FB/Youtube : Anjar Anastasia IG /Twitter : berajasenja

Selanjutnya

Tutup

Diary

Jangan Sepelekan Bisikan Sekitar

23 September 2021   14:23 Diperbarui: 23 September 2021   14:33 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber dan pengoalahan dokpri

Pulang dari nengokin keluarga adik di Boyolali, saya naik bis kembali ke Bandung. Setelah telat banget, saya naik bis dan duduk di bangku yang sudah ditentukan.
Kebetulan bagasi penuh, sempat sebal. Tapi, mau nggak mau tas saya bawa saja sambil minta izin ke sebelah mungkin agak terganggu adanya tas itu.

Bukan karena masih ingin tinggal saja, begitu duduk rada gelisah.
Tapi, memang ada sesuatu yang meminta saya selalu awas.
Apalagi ketika sebuah keluarga masuk dan duduk di depan saya persis.

Sepanjang perjalanan, anak keluarga itu, mungkin berumur sekitar 3 tahun, tidak bisa diam. Padahal segala cara sudah dilakukan orang tuanya agar dia diam.
Nggak mempan.
Berisik banget jadinya sebis.

Biar sudah pakai earphone, suara berisiknya si balita masih menembus. Alhasil sebis mulai rada protes biar gak membantu juga.
Karena kondisi ini saya jadi blas tidak bisa tidur. Hanya sekadar memejamkan mata saja.

Jelang tengah malam, balita itu mulai sedikit tenang.
Mungkin kecapean.
Nggak lama setelah itu, bis yang saya tumpangi mulai sering mogok. Kalau sebelumnya pernah berhenti sebentar, saya kira karena ada penumpang mau naik atau kepentingan lain yang sebentar.
Kali ini rada lama berhentinya.

Setelah keadaan dianggap aman, bis jalan lagi.
Tapi, nggak lama berhenti lagi.
Lebih lama.
Orang di bis mulai gelisah.
Tak lama jalan lagi. Jalanan sudah semakin sepi dan gelap. Saya sudah nggak bisa liat sedang berada dimana.

Pas di tempat istirahat, si supir dan keneknya terpaksa rela nggak istirahat demi membereskan bisnya.
Setelah diumumkan bis akan meneruskan perjalanan, para penumpang naik.
Belum lama jalan, bis berhenti lagi karena mogok.
Saya sudah mulai cemas. Mungkin ada sejam kurang kami tidak bisa melakukan apa-apa karena dimana berada pun, kami tidak tahu.

Saya udah lebih cemas. Merasa ada sesuatu.
Saat itu, ada suara yang mengingatkan saya untuk kalau nanti mogok, ikuti saja saran yang diberikan.
Benar saja, meski setelah mogok hampir sejam itu teratasi, kami sempat cukup lama bisa terlelap, ternyata di daerah Jatinangor bisa mogok lagi. Sekitar jam 3 pagi.
Kali ini nggak bisa diapa-apain.
Supir pun minta maaf dan meminta keneknya mencari bis pengganti.

Begitu bis pengganti datang, tanpa pikir panjang saya segera turun. Barang-barang sudah saya siapkan. Jadi bisa cepat turun dan menuju bis pengganti.

Saat di dalam bis pengganti, sempat sekilas dengar dan melihat dari balik kaca jendela, keluarga yang balitanya pernah nangis terus itu ternyata kehilangan barang di bagasi. Entah siapa yang ngambil.
Digantinya malah sama karung yang entah apa isinya.
Bisa jadi ketukar atau sengaja ditukar sama orang yang pas sering mogok sebelumnya turun duluan.
Si balita pun menangis lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun