Maka tidak aneh ketika ada tawaran untuk membuat album lagu-lagu liturgi, beliau terima dengan antusias. Kalau tidak salah dengar, sampai niat banget bolak balik Bandung dan bahkan semadi di sebuah tempat retret agar bisa mendapatkan ide maksimal.
Hebatnya lagi, ada beberapa lagu yang beliau cipatakan itu, meski berbau ngepop atau bahkan kalimatnya tidak seperti lagu-lagu rohani biasa, ternyata beliau punya filosofinya sendiri. Banyak sekali beliau menerangkan. Saking banyaknya saya nggak ingat semua....
Yang paling saya ingat adalah resepnya dalam mengolah lagu tersebut sehingga terasa sakral dan liturgisnya.
"Tuhan itu ada di tempat paling tinggi tho Mbak Anjar? Makanya aku nyiptainnya nggak main-main dan lama. Butuh banyak merenung. Buatku lagu ini caraku menyatakan atas keagungan Tuhan. Makanya kamu perhatikan nadanya. Semakin meninggi itulah simbol Dia yang harus selalu kita tinggikan dari apa pun."
Lalu beliau langsung praktikkan dan meminta saya ikuti.
Tentu saja saya tidak bisa. Kalah dengan suara merdunya bahkan saat beliau petikkan gitar tua kami dan sebentar memainkan lagunya. Saya bisa ikuti, tepi mengikuti yang dia maksud, menyerah saya...
"Aku nggak mau main-main menciptakan lagu bagi kemulianNya, Mbak... Aku benar-benar ingin memberikan yang terbaik bagiNya sebab sudah memberikanku yang baik juga dengan kemampuan bermusikku ini."
Contoh lagu lagu ciptaan Mas Andre tersebut bisa dilihat di link di bawah ini.
Obrolan kami pun terus panjang dan lupa waktu. Meski ada kode perut yang berbunyi sebab sudah lebih dari jam makan siang, Mas Andre masih kuat ngobrol asyik. Di hadapannya cuma segelas air putih yang beberapa kali dia mintai tolong ditambah. Saya juga sungkan untuk menyudahi obrolan hehe
Hingga menjelang jam 16 WIB seorang adik yang kebetulan mengetahui asyiknya kami ngobrol, nyeltuk "Mbak Anjar... Mau nitip apa nggak? Aku mau jajan ke depan nih... Daritadi belum makan kan?"