Mohon tunggu...
Anjar Anastasia
Anjar Anastasia Mohon Tunggu... Penulis - ... karena menulis adalah berbagi hidup ...

saya perempuan dan senang menulis, menulis apa saja maka lebih senang disebut "penulis" daripada "novelis" berharap tulisan saya tetap boleh dinikmati masyarakat pembaca sepanjang masa FB/Youtube : Anjar Anastasia IG /Twitter : berajasenja

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pupuk Baik dari Kaesang

5 Juni 2019   10:23 Diperbarui: 5 Juni 2019   17:06 1048
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dari twitter Kaesang

Sementara kalau di rumah memang cenderung ditekankan soal sopan santun terutama kepada yang lebih tua. Diantara ajaran itu ada yang diujarkan oleh ibu dan bapak, ada juga yang langsung dicontohkan oleh mereka sehingga saya langsung melihat dan mengerti.

Masa itu, saya tidak diharuskan untuk mencium tangan orang yang lebih tua. Bahkan belum "musim" sebagai keharusan yang lebih muda. Cipika cipiki pun hanya dilakukan oleh keluarga yang sangat dekat dan biasanya setelah sekian lama tidak bertemu. Semua terlihat wajar saja.

Sebagai tanda hormat kepada yang lebih tua, saat salaman dan atau melangkah di hadapannya, selain sedikit merundukkan kepala serta tubuh, juga menyebut maaf, nyuwun sewu atau punten saat melewati. Tidak berlebihan menurut saya. Namun, membuat orang yang dituju merasa dihargai.

Untuk yang berhubungan dengan ucapan, biasanya memang ibu dan bapak selalu mengingatkan agar bicara secukupnya saja. Apalagi jika dalam kondisi kedukaan. 

Biasanya orang yang sedang mengalami kedukaan sering kali ingin meluapkan emosinya dalam bentuk cerita atau pesan semasa ia masih bisa bersama yang meninggal. Saat seperti ini, baik kalau kita mendengarkan saja.

 Bila ingin berkomentar, komentar yang wajar saja. Tidak perlu mengungkit hal yang tidak menyenangkan atau komentar negatif segimana pun inginnya mulut ini ingin mengeluarkan pernyataan itu. Kalau pun harus diutarakan, mungkin nanti, setelah masa-masa duka itu sudah mulai sedikit berlalu.

Ajaran kesantunan kepada orang lain yang diberikan sejak masa kecil dan terus menerus ternyata mampu menjadi semacam modal atau pupuk baik dalam pergaulan di masa depan. Bahkan ketika ada perubahan dalam kesantunan pergaulan, misalnya cium tangan, ketika sudah terbiasa santun, gestur tubuh tidak bisa dibohongi. 

Termasuk juga dengan kalimat bicara yang diucapkan. Otak akan terbiasa mengolah dulu apakah yang ingin dibilang pantas atau tidak pantas diucapkan saat itu.

Sumber: Dari twitter Kaesang
Sumber: Dari twitter Kaesang

Sumber: Dari twitter Kaesang
Sumber: Dari twitter Kaesang
HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun