Mohon tunggu...
Benyamin Melatnebar
Benyamin Melatnebar Mohon Tunggu... Dosen - Enjoy the ride

Enjoy every minute

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

The Haunted Cup

30 Agustus 2021   21:06 Diperbarui: 30 Agustus 2021   21:13 1080
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: lifecrust

Chapter I
Ballroom

Alunan musik klasik di tengah ballroom. Menemani riuhnya pasangan  pasangan yang sedang mabuk kepayang. Bersenda gurau menikmati larutnya malam. Dua hingga empat pasangan turun ke lantai dansa, seolah tidak sanggup untuk menghentikan tubuh mereka karena mabuk oleh suasana yang semakin panas. Entah sudah berapa banyak pasangan yang sudah masuk ke dalam ballroom ini. Pelayan  pelayan dengan lincahnya menjajakan minuman dan aneka panganan kecil yang disuguhkan dengan kemewahan bintang lima. Kesombongan para undangan, memamerkan pakaian  pakaian mahal kualitas import dan polesan make up  make up terbaik menunjukkan bahwa mereka telah menjadi trending bagi sebagian kalangan papan atas. Dengan bermodalkan kecantikan yang dimilikinya, Vina tidak mau ketinggalan ia menebarkan pesonanya, menyapu seluruh ruangan dengan eksistensinya yang hakiki. Balutan long dress hitam terbuat dari kain beludru bermodel kemben, dengan sarung tangan hitam yang panjangnya sampai ke kedua sikunya yang mulus dan kencang. Dipadankan dengan topi cantik bergaya Kate Middleton, tak ketinggalan dengan dua bunga mawar didepannya. Menambah kecantikan Vina.

Bangunan kokoh, dengan pilar  pilar yang sangat indah berwarna putih gading. Lantai beralaskan marmer kualitas tinggi ukuran enam puluh kali enam puluh centimeter menambah keanggunan tersendiri bagi kemolekan bangunan bergaya England palace. Vina membuka tasnya, ia mengambil cermin kecil dan memperhatikan riasannya apakah sudah pudar atau tidak. Ia mengambil compact powder, memoles kembali wajahnya. Kemudian ia mengambil maskara dan memperlentik bulu matanya. Haikal yang telah bersama Vina, memperhatikan Vina lalu menggenggam tangannya yang halus dengan cincin emas bertahtakan berlian indah.

Kamu, cantik sekali malam ini sayang.  Ucap Haikal sambil tersenyum
Haikal mendaratkan kecupan ringan di kening Vina. Vina tersenyum simpul. Dalam hatinya, tidak percuma hampir tiga setengah jam ia berdandan habis  habisan untuk tampil memukau dihadapan pujaan hatinya.

Terima kasih sayang.  Tukas Vina malu  malu.      

Vina maupun Haikal mengambil gelas calyx berdiri kokoh berisikan red wine yang ditawarkan oleh pelayan kepadanya. Mereka melakukan toss dan terlibat dalam sebuah percakapan sederhana. Dalam riuh dan serunya tawa riang  yang dialami oleh para tamu. Haikal dan Vina turun ke lantai dansa. Vina melingkarkan kedua tangannya di leher Haikal. Haikal pun membalas dengan memeluk pinggang Vina nan langsing lagi kencang bak gitar mini spanyol. Vina merasakan getaran cinta yang kuat yang ditawarkan oleh Haikal, tatkala ia menatap matanya yang sayu. Ingin rasanya ia mencium kedua bola mata Haikal yang sexy. Tiba  tiba Vina merasakan kepanasan yang luar biasa, ia sangat kegerahan.
 

Aku ingin mencari udara segar dulu.  Ucap Vina.
Kenapa, apa kamu baik  baik saja ?  Balas Haikal dengan penuh kelembutan
Iya, aku baik. Tenang saja.  Tukas Vina sambil tersenyum yang terlihat dipaksakan
Do you want me to accompany you ?
No, Im alright.  Tukas Vina ringan.

Vina menyusuri kerumunan para tamu dan menuju balkon yang dekat dengan toilet di sebelah kanannya.
Di bawah temaramnya bulan Purnama, tepat di tanggal dua puluh lima Juni dua ribu dua puluh. Vina menarik nafas panjang dan membuangnya kembali dengan hembusan panjang. Suasana malam yang dingin dan lantunan musik dari dalam ballroom masih membuat Vina terhipnotis dan besar harapannya untuk kembali masuk ke ball room. Kedua tangan Vina memegang pinggiran balkon. Ia tidak mengerti dengan suhu tubuhnya yang meningkat sangat pesat. Tiba  tiba sebuah tangan menggapai lengannya.

Vina, apa yang kamu lakukan disini ?  Sebuah suara khas dari arah belakangnya.
Tristan, apa yang kamu.. ?  Ucap Vina seperti merasa kelelahan
Aku mencarimu selama beberapa hari ini. Tapi kamu selalu menghindar.
Dengar, aku tidak ingin ada masalah. Aku saat ini sedang bersama Haikal.

Mengapa, mengapa kamu memilih dia ? Ucap Tristan seolah tidak mengerti.
Vina menjelaskan kepada Tristan, bahwa ia lebih mencintai Haikal daripada Tristan. Vina segera meluncur kembali ke lantai dansa untuk bertemu dengan dambaan jiwanya. Ia mengambil segelas red wine dari seorang pelayan yang berpapasan dengannya. Ia berusaha merapikan kembali rambutnya dan berdiri agak di pojok ruangan, berharap Haikal melihat dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun