Mohon tunggu...
Bentang Sayap Rajawali
Bentang Sayap Rajawali Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Hubungan Internasional di Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kegagalan Indonesia dalam Menyelenggarakan Piala Dunia U-20 dan Diplomasi Publik Indonesia

1 April 2023   11:31 Diperbarui: 1 April 2023   11:49 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bola. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Diplomasi publik (public diplomacy) adalah upaya diplomatik suatu negara untuk memengaruhi opini publik di negara lain melalui berbagai cara seperti dialog, pertukaran budaya, promosi kebijakan luar negeri, dan penyampaian informasi melalui media massa dan teknologi informasi modern. Tujuan dari diplomasi publik adalah untuk memperkuat hubungan antar negara dengan cara membangun pemahaman, kepercayaan, dan dukungan publik untuk kebijakan dan tujuan luar negeri suatu negara. Diplomasi publik sering digunakan oleh negara-negara besar dalam mengembangkan hubungan internasionalnya dan juga dapat dilakukan oleh organisasi internasional atau lembaga swasta yang ingin meningkatkan citra publik mereka di negara lain.

Seperti yang telah kita ketahui bersama, Indonesia terpilih menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 menyingkirkan Brazil dan Peru. Piala Dunia U-20 adalah salah satu ajang sepak bola paling bergengsi di dunia, dan menjadi tuan rumahnya adalah sebuah kehormatan yang sangat besar. Hal ini menunjukkan adanya pengakuan internasional terhadap kemampuan Indonesia dalam menggelar acara olahraga besar, serta menjadi kesempatan untuk mempromosikan keindahan dan kekayaan budaya Indonesia ke seluruh dunia melalui video-video klip seperti teaser, iklan dalam broadcasting mancanegara, dan sebagainya. Persiapan yang matang dan kolaborasi yang baik antara pemerintah, masyarakat, dan pihak-pihak terkait tentunya akan sangat penting untuk menjamin suksesnya acara ini. Dengan menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20, Indonesia berpeluang untuk memperkuat posisinya sebagai salah satu negara yang dipandang di Asia Tenggara dan meningkatkan citra positifnya di dunia internasional.

Namun baru-baru ini, FIFA resmi mencabut keuntungan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023. Keputusan ini diambil setelah terjadi beberapa peristiwa yang mengakibatkan ketidakpastian terhadap kelancaran penyelenggaraan turnamen tersebut, termasuk penolakan terhadap Tim Nasional Israel, ketidak siapan venue pertandingan, serta insiden Tragedi Kanjuruhan pada Oktober 2022 lalu. Keputusan ini tentu memiliki dampak yang signifikan pada berbagai aspek, termasuk diplomasi publik Indonesia di mata dunia internasional. Indonesia sebelumnya pun telah mempersiapkan diri dengan baik untuk menjadi tuan rumah turnamen tersebut, dengan harapan dapat memperbaiki citra negara di mata dunia internasional dan mempromosikan pariwisata dan kebudayaan Indonesia.

Batalnya Piala Dunia U-20 yang akan diselenggarakan di Indonesia pada tahun 2023 akibat penolakan terhadap Tim Nasional Israel dan Tragedi Kanjuruhan ini tentu memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap diplomasi publik Indonesia di mata dunia. Penolakan terhadap Tim Nasional Israel tentunya merupakan sikap yang dapat dikatakan merugikan bagi citra Indonesia di kancah dunia. Pasalnya, FIFA menganut konsep football family dimana seluruh anggota FIFA merupakan keluarga, dengan mengesampingkan hubungan diplomatik antar negara yang buruk. Hal ini tentu saja dapat membuat Indonesia dikucilkan di kancah kejuaraan olahraga internasional karena mencampuri sepakbola dengan politik serta kepentingan-kepentingan politik dalam negeri. Selain itu, hal ini dapat memberikan citra negatif bagi Indonesia di mata dunia internasional, terutama di kalangan negara-negara yang memiliki hubungan diplomatik yang baik dengan Israel.

Sementara itu, Tragedi Kanjuruhan yang menimpa suporter Arema FC, Malang pada bulan Oktober 2022 dianggap sebagai sebuah tragedi yang mengguncang dunia sepak bola internasional dan menyebabkan kekhawatiran yang cukup besar terhadap keamanan dan keselamatan para pemain dan suporter di Indonesia. Bagaimana tidak menimbulkan kekhawatiran, tragedi ini memakan korban sejumlah lebih dari 135 jiwa.  Hal ini tentunya juga dapat memberikan citra yang negatif bagi Indonesia di mata dunia internasional, berkaitan dengan hal kualitas sumber daya manusia, keselamatan, dan keamanan.

Dampak dari kedua peristiwa tersebut akan membuat citra Indonesia dalam diplomasi publik di mata dunia menjadi tercemar, karena Indonesia dinilai tidak dapat menjamin keamanan dan kedamaian dalam pelaksanaan event olahraga dan tidak mampu menerima partisipasi dari semua negara dalam event olahraga tersebut. Oleh karena itu, untuk memperbaiki citra tersebut, Indonesia harus memperkuat hubungan diplomatik dengan negara-negara yang terdampak dan meningkatkan keamanan dalam pelaksanaan event olahraga di masa mendatang. Indonesia juga harus pasca peristiwa ini memperkuat diplomasi publik dengan berbagai cara, seperti meningkatkan hubungan diplomatik dengan negara lain, melakukan kampanye promosi pariwisata dan kebudayaan Indonesia, dan memperkuat kerja sama internasional di berbagai bidang. Hal ini diharapkan dapat memperbaiki citra Indonesia di mata dunia internasional kembali.

Sepakbola adalah olahraga yang dapat mempersatukan orang dari berbagai latar belakang dan budaya yang berbeda. Sepakbola juga menjadi ajang di mana pemain dan suporter dapat mengekspresikan hasrat, semangat, dan emosi mereka. Namun, di beberapa kasus, sepakbola telah terjebak dalam konflik politik dan sosial yang melibatkan negara, agama, dan kelompok-kelompok tertentu.

Pisahnya sepakbola dari politik adalah penting untuk menjaga integritas olahraga tersebut. Sepakbola harus dilihat sebagai olahraga yang netral dan dijalankan tanpa ada campur tangan atau pengaruh politik. Ketika politik terlibat dalam sepakbola, tentunya itu dapat merusak integritas olahraga dan memicu konflik yang dapat berdampak negatif bagi masyarakat dan negara.

Selain itu, politik dan sepakbola memiliki tujuan dan fungsi yang berbeda. Politik berfokus pada kepentingan nasional dan geopolitik, sementara sepakbola adalah tentang olahraga dan hiburan. Karena itu, penting bagi negara dan pemerintah untuk memisahkan sepakbola dari politik dan menjaga agar sepakbola tetap menjadi olahraga yang fair dan netral.

Dalam konteks diplomasi publik, menjaga sepakbola terpisah dari politik juga dapat memperkuat hubungan diplomatik antara negara-negara yang berbeda. Sepakbola dapat menjadi jembatan yang menghubungkan berbagai negara dan budaya, sehingga menjaga agar sepakbola tidak terjebak dalam politik dapat memperkuat kerja sama dan hubungan antar negara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun