Mohon tunggu...
Benny Wirawan
Benny Wirawan Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa kedokteran dan blogger sosial-politik. Bisa Anda hubungi di https://www.instagram.com/bennywirawan/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pengalaman Seorang Kristen dari Suku Bali

28 September 2017   16:49 Diperbarui: 29 September 2017   01:41 12619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Reaksi yang kedua, yang membuat hati miris, adalah yang merespon keberadaan kami dengan penolakan keras. Bagi kelompok orang ini kami bukan lagi orang Bali, identitas kesukuan kami dihapus ketika kami beragama non-mayoritas. Kenyataan bahwa kami melaksanakan budaya Bali, dari pakaian, musik, hingga bahasa, dipandang sinis sebagai upaya 'mencontek' budaya Bali, budaya nenek moyang kami. Bahkan, ada pula yang menganggap akulturisasi budaya Bali Kristen sebagai konspirasi terselubung dengan menyamarkan agama Kristen dan Hindu.

Sejak maraknya internet, semakin banyak yang mampu menyuarakan penolakannya dalam ruang publik. Walau kadang tidak eksplisit, makin banyak upaya mengidentikkan bahwa Bali dengan Hindu dan Hindu dengan Bali, menolak adanya subkultur suku Bali yang beragama lain. Identifikasi ini secara tidak langsung menolak keberadaan kami sebagai bagian dari identitas kesukuan Bali.

Dengan pengalaman pribadi seperti ini, identitas kesukuan saya yang dipertanyakan oleh saudara sesuku, tentu saya sangat reaktif saat melihat adanya upaya serupa pada Bangsa Indonesia. Sejak Pemilu 2014, saya melihat adanya upaya identifikasi identitas Bangsa Indonesia dengan agama tertentu, agama mayoritas. 

Pola ini dapat dilihat dari upaya menjatuhkan politisi dengan rumor bahwa si politisi sebenarnya beragama minoritas. Tidak hanya itu, kasus Basuki Tjahaja Purnama yang karena agama dan identitas kesukuannya terang-terangan ditentang sebagai gubernur DKI Jakarta, daerah metropolitan yang penduduknya paling heterogen di Indonesia, tentu menjadi luka tersendiri.

Seiring terintegrasinya elemen-elemen penyusun budaya di Indonesia, keberadaan budaya akulturisasi seperti komunitas Bali Kristen menjadi tak terhindarkan. Pun juga dalam kebangsaan kita, banyak komunitas-komunitas melanggar stereotipe kesukuan dan kebangsaan kita dan tetap mengidentifikasi diri sebagai Bangsa Indonesia.

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang muncul dari keberagaman, dipersatukan kesamaan nasib dan perjuangan.  Jika saat ini ada gerakan-gerakan yang membatasi definisi identitas kesukuan atau kebangsaan menjadi agama tertentu, atau sub-elemen lainnya, mereka mengkhianati keberagaman Indonesia, mengkhianati Pancasila.

'Bhineka Tunggal Ika' berarti orang-orang seperti saya, para pelanggar stereotipe, harus mampu mengakui identitasnya dengan bebas dan bangga.

Saya orang Bali. Saya beragama Kristen. Saya Bangsa Indonesia. Saya ada!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun